PSS-11

Dalam perjalanan pulang kekotanya, Shaika masih tetap diam tak bersemangat, selama tiga hari di kota itu dia mematikan HP nya secara total. Orangtua nya sebelumnya sudah ia kabari kalau selama liburan Shaika tidak ingin diganggu jadi HP akan ia nonaktifkan.

“Aku tidak sanggup lagi rasanya menginjakan kakiku di sini ! jika aku tau patah hati itu sangat sakit, maka aku tidak akan berani bermain-main dengan cinta,” meskipun Shaika sekarang masih patah hati, tapi ia memutuskan untuk tidak menangis lagi walaupun hatinya tersayat-sayat.

“Apa aku tinggalkan saja negara ini? tapi aku harus kemana?” gumam Shaika lagi.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya Shaika tiba juga di depan gerbang rumahnya. Saat ia keluar dari taksi tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan Reva dengan raut wajah yang begitu marah.

“Shaika ! kemana saja kamu tiga hari ini hah?” Reva begitu marah. “Orangtuamu mengatakan kalau kamu pergi liburan,” lanjut Reva lagi, dia bahkan memukul dengan keras bahu Shaika, ia sebenarnya kwatir tapi juga bercampur kesal.

“Kenapa kamu datang marah-marah begini sih? aku baru datang, koper aku saja belum dikeluarkan, kita ngobrol di dalam saja!” ucap Shaika dengan lembut.

“Kamu tidak papa kan?” tanya Reva lagi. Shaika hanya menggeleng.

Supir taksi itu membantu Shaika mengeluarkan kopernya.

“Ayo kita masuk ke dalam!” ajak Shaika. “Tapi kok rumah sepi ya? Mama dan Papa kemana? adikku juga kemana?” Shaika masih menarik kopernya masuk ke dalam gerbang rumahnya diikuti oleh Reva di belakang.

“Mungkin mereka ada urusan diluar,” tebak Reva.

Shaika memasukkan kata sandi gerbang rumahnya sehingga gerbang itu terbuka. Shaika kemudian masuk dan Reva masih mengikutinya. Gerbang rumah terkunci otomatis lagi. Mereka masih berjalan masuk ke dalam rumah.

Sesampai di dalam, Shaika mempersilahkan Reva duduk. Koper masih ia biarkan berada di dekat sofa.

“Sekarang katakan padaku, kenapa kamu datang marah-marah begini?” tanya Shaika.

“Kamu jangan kaget ya kalau aku cerita!”

“Kenapa? apa kamu melakukan kesalahan?”

“Tiga hari yang lalu aku datang ke pernikahan Renaldi dan Hamira meskipun aku tidak diundang, aku membuat keributan di pesta itu sehingga aku diusir paksa satpam keluar, disana aku memaki Hamira dan Renaldi, aku mengatakan kepada semua orang di sana kalau mereka berselingkuh,” jelas Reva sambil menahan kekesalannya.

“Kenapa kamu melakukan itu Rev? itu semua tidak benar! belum tentu mereka berselingkuh!” ucap Shaika dengan lembut.

Reva keget dengan perubahan sikap Shaika.

“Shaika? kamu tidak papa kan? biasanya kamu akan heboh dan frustasi kalau orang lain mengkhianati kamu, kenapa kamu menjadi orang yang bijaksana begini? atau jangan-jangan…” Reva mendekati Shaika, ia meletakkan telapak tangannya di kening Shaika. “Tidak panas,” gumam Reva.

Melihat perlakuan Reva, Shaika lalu melepaskan tangan Reva dari keningnya.

“Aku baik-baik saja Rev, selama tiga hari ini aku sudah berpikir, dalam menjalani hubungan dengan Renaldi, aku yang salah Rev, seharusnya aku peka terhadap perasaannya, dia pantas bahagia Rev bersama dengan wanita yang ia anggap mampu memahaminya!” Shaika berusaha tegar meskipun di dalam hatinya ia masih kecewa.

“Kamu yakin?” Reva tidak percaya.

“Jodoh itu ada ditangan Tuhan Rev, kalau aku dan Renaldi tidak bersatu, itu artinya aku dan dia tidak berjodoh,” kata Shaika lagi.

Reva menganga setelah mendengar perkataan Shaika barusan.

“Sepertinya memang benar pasti kamu sedang berada di situasi sulit, Shaika! aku justru sangat kwatir kalau kamu berubah menjadi tenang dan pendiam begini, Shaika yang aku kenal adalah sosok yang ceria dan dan heboh,” kata Reva.

“Reva, aku baru sadar kalau sifatku yang dulu itu tidak baik, aku hanya ingin menjadi wanita yang baik sekarang,” ucap Shaika sambil tersenyum.

Reva bisa melihat dari sorot mata Shaika kalau sahabatnya itu masih patah hati.

“Shaika!” Reva menggenggam tangan Shaika. “Tidak ada yang salah dengan kepribadianmu yang dulu, apa Renaldi yang mengatakan kepribadianmu tidak baik sehingga kamu berubah menjadi begini?” tanya Reva dengan menatap mata Shaika dengan lekat.

“Aku hanya ingin berubah Reva,” jawab Shaika dengan singkat.

Reva sangat sedih melihat perubahan Shaika. Ia sangat menyukai Shaika yang dulu, bukan Shaika yang sekarang. Patah hati ternyata penyakit yang mematikan.

“Shaika, aku percaya kalau suatu saat pasti kamu akan kembali menjadi Shaika yang dulu, percayalah Shaika, penilaian Renaldi terhadap kamu itu tidak benar, diluar sana aka nada laki-laki yang menghargai karakter kamu!” Reva mencoba menyemangati sahabatnya itu.

“Terima kasih Rev karena kamu sangat menyayangi aku!” Shaika memeluk Reva dengan erat.

“Shaika, aku sedih akan berpisah dari kamu!” mendengar ucapan Reva, Shaika langsung melepaskan pelukannya.

“Apa maksudmu?” tanya Shaika dengan heran.

“Aku sangat malas melihat wajah Hamira dikampus, itu sebabnya aku memutuskan pindah kuliah, aku sudah mengurus kepindahanku dua hari yang lalu, besok aku akan terbang ke negara Z, aku sudah mendaftar di kampus sana, apa kamu mau ikut aku?” Reva berharap Shaika mau ikut dengannya.

“Aku juga akan pindah kuliah,” jawab Shaika.

Terpopuler

Comments

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

lanjut

2020-10-22

0

eka

eka

uuuuhh... penasaran
lanjut thor 🙏😘

2020-10-21

0

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸ🦎ᵏᵉʸ

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸ🦎ᵏᵉʸ

knpa harus satu bab thor....pengin bca terus terus terus lanjutannya...

2020-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!