Menyelesaikan Masalah

Di sekolah, Aina datang keruang bu Lina, rencananya hari ini akan menanyakan gaji yang tertunda.

"Selamat pagi Bu Lina..."

"Pagi Bu Aina...silakan duduk..." Sahut Bu Lina. Aina segera duduk di hadapan Bu Lina.

"Begini Bu...langsung saja...saya mau menanyakan mengenai gaji saya yang waktu itu tertunda, apa bisa di ambil hari ini? Kebetulan saya sedang ada keperluan Bu..." Ungkap Aina.

"Oh...iya Bu...sebenarnya dari yayasan gaji untuk guru belum turun...tapi kalau memang Bu Aina butuh...saya akan talangin dulu gaji Bu Aina..." Tawar Bu Lina. Aina tersenyum senang.

"Trimakasih Bu...saya memang lagi butuh banget...maklum suami saya baru keluar kerja Bu..." Kata Aina.

"Iya Bu...saya paham...apalagi sekarang Bu Aina sedang hamil...pasti banyak sekali kebutuhan...oya, mana nomor rekeningnya Bu? Biar nanti saya transfer..." Kata Bu Lina.

"Saya gak punya nomor rekening Bu...tapi rekening suami saya ada...boleh kan?" Tanya Aina.

"Tentu saja boleh Bu...nih coba ibu catat nomornya, nanti siang saya akan transfer kan..." Ujar Bu Lina. Kemudian Aina segera mencatat nomor rekening Vino.

"Sekali lagi terimakasih Bu Lina...saya pamit mau masuk kelas dulu..." Ucap Aina gembira.

"O iya silahkan Bu..." Jawab Bu Lina.

Dengan langkah ringan Aina segera masuk ke kelasnya dan segera mulai mengajar.

****************

Siang sepulang mengajar, Vino menjemput Aina dengan motornya. Rencana hari ini mereka mau kerumah pak Iwan, mau menjelaskan permasalahan dan bernegosiasi.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka sampai juga di rumah pak Iwan, rumah itu cukup besar, ada di dalam perumahan elit, di garasinya ada 2 mobil. Vino berdecak kagum melihat penampakan rumah teman lamanya itu.

"Wah...pak Iwan beneran sudah sukses sekarang...padahal dulu juga dia kere.." Kata Vino.

"Sudah Vin...ayo masuk, biar urusan cepat kelar..." Ujar Aina.

Kemudian mereka memencet bel yang ada di sisi pagar rumah itu. Lalu tak lama muncul seorang wanita yang membukakan pintu.

"Permisi Bu...pak Iwan nya ada?" Tanya Vino.

"Ada urusan apa ya?" Kata wanita itu agak jutek.

"Ini kami dari kawan lamanya Bu..." Sambung Vino. Wanita itu nampak melirik memperhatikan penampilan Vino dan Aina. Seolah tak percaya kalau Vino benar-benar adalah temannya.

"Siapa di luar Ma?" Tiba-tiba pak Iwan muncul dari dalam. Rupanya wanita itu adalah istri pak Iwan.

"Pak Iwan...ini aku Vino.." Panggil Vino. Pak Iwan mendekati mereka.

"Wah...kebetulan.. aku dengar kiosku kebakaran tempo hari...baru aku akan ketempatmu..." Kata Pak Iwan.

"Aku minta maaf pak Iwan...baru seumur jagung...usaha saya sudah bangkrut..." Jelas Vino.

"Kios saya juga bangkrut...belum juga dapat untung...malah apes..." Cetus pak Iwan.

"Jadi saya mau nego pak...dalam hal ini kan kita sama-sama di rugikan...saya juga kehabisan barang dan modal pak...jadi..."

"Jadi kalian minta aku berdamai saja gitu?" Tanya pak Iwan.

"Apa? Kios kebakaran? Itu harus di ganti rugi Pa! jangan mau diajak damai!" Tiba-tiba istrinya nyeletuk.

"Kalian pikir saja...uang dari mana untuk kami mengganti rugi kios kalian...bukankah ini musibah? Bukan kesalahan sepihak...apalagi pak Iwan tau kan suamiku baru keluar kerja...jangan suka menindas orang yang lemah dong..." Ungkap Aina. Vino memegang tangan Aina menenangkan.

"Hei...situ yang salah, harusnya situ yang bertanggung jawab...pokoknya aku gak mau tau ya...entah gimana caranya pokoknya harus ganti rugi...minimal 10 juta untuk ganti-rugi renovasi..!" Ketus Pak Iwan. Istrinya hanya manggut-manggut.

"Bahkan kalian lebih sadis dari pada lintah darat...mentang-mentang kaya, bisanya menindas kaum yang lemah...masih mau mengeruk keuntungan dalam kesulitan orang!! Keterlaluan!" Bentak Aina, wajahnya mulai memerah menahan emosi.

"Sudah...sudah...tak perlu di perdebatkan! Pak Iwan...kalau anda ngotot minta ganti rugi...oke...tapi kami minta tempo...dan bayarnya di cicil... setelah ini kami tak mau lagi berurusan dengan kalian...aku sungguh menyesal percaya padamu untuk kerjasama mengenai kios...kalau ku tau sifat aslimu...tak akan aku mau menyewa darimu...! Ayo Ai....Kita tinggalkan tempat ini..." Ujar Vino sambil menarik tangan Aina kemudian menaiki motornya.

"Awas saja kalian kalo kabur aku laporkan ke polisi!!" Ancam Pak Iwan. Vino dan Aina segera berlalu dan tidak menoleh kebelakang lagi.

Motor itu melaju dengan kecepatan yang agak tinggi, Aina menepuk bahu Vino, setelah itu Vino memperlambat laju motornya. Hatinya masih kesal dengan sikap pak Iwan yang tidak bersahabat itu.

"Kamu dulu kenal dimana sih sama pak Iwan itu? Masa kamu seangkatan sama dia? Dia kan lebih tua darimu..." Tanya Aina penasaran.

"Dia angkatan di atas ku Ai...mahasiswa abadi yang gak lulus-lulus...cuma nasibnya saja yang lebih beruntung..." Jelas Vino.

"Oh...pantesan...gak nyangka dia begitu tega sama kita ya Vin...masa kita di minta ganti rugi 10 juta...paling harga cat gak nyampe sejuta...lagi terjepit gini malah mau memeras kita...!" Gerutu Aina.

Mereka bicara sampai motor mereka sampai di depan kontrakan mereka, mereka turun dan kemudian masuk kedalam. Vino menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

"Vin...aku mau kedepan ya...ke bidan...perutku rada sakit nih.. kamu kalo capek istirahat aja dulu..." Kata Aina sambil meletakan helmnya di meja.

"Perutmu sakit mungkin karena belum makan dari tadi siang Ai...Kita Cari makan dulu lah..." Sahut Vino.

"Kamu mau ikut?"

"Ya iya lah...masa istri sendirian pergi ke luar..." Kata Vino sambil bangkit berdiri dan mengambil jaketnya.

"Ya kan kamu lagi capek Vin...orang Deket aja cuma di depan..." Sergah Aina.

"Udah.. ayo jalan..."

Mereka kemudian pergi keluar menuju bidan Nani yang buka praktek tak jauh dari kontrakan mereka. Tempatnya walau sempit tapi cukup layak untuk periksa kehamilan.

"Gimana Bu Bidan...ini bayi saya sehat aja kan...perut saya agak keram sedikit nih..." Keluh Aina. Bidan Nani segera memeriksa perut Aina dengan tangannya.

"Ini masih kecil sekali Bu...belum kelihatan kalo di pegang...sebaiknya jaga kondisi kesehatan ibu...jangan terlalu capek apalagi stress..." Jelas bidan Nani.

"Istri saya terlalu lincah Bu Bidan...padahal dia belum lama jatuh dari motor...yah...agak ceroboh gitu deh..." Kata Vino. Aina mencubit perut Vino sampe meringis.

"Ah...dia aja yang terlalu lebay...jadi kalau perut saya agak keram gini di kasih apa ya...?" Tanya Aina.

"Coba ibu kompres dengan air hangat sebelum tidur...untuk mengurangi rasa kramnya... dan satu hal yang perlu di ingat...jangan terlalu sering melakukan hubungan suami istri..apalagi di awal masa kehamilan..." Jelas Bidan Nani. Vino dan Aina saling berpandangan dengan wajah yang kemerahan.

****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!