Karina masih berdiri di depan rumahnya, menatap dalam pintu rumah itu,ragu untuk masuk. Kenangan buruk yang membuatnya terpaksa meninggalkan rumah itu seolah berkeliaran dalam ingatan Karina berusaha menepis dan melupakannya. Merinding tubuhnya sudah sedikit dihapuskan saat Derian menyentuhnya tadi dengan lembut membuatnya melupakan perlakuan buruk suaminya.
"Ada apa?Katakan apa yang terjadi?"desak Derian saat dia meletakkan tubuh Karina perlahan di ranjang tempat tidur apartemennya, seolah ketakutan saat disentuh olehnya. Karina menggeleng mengontrol rasa takutnya dengan membuka matanya menatap Derian dengan senyum yang dipaksakan.
"Aku akan berhenti jika kau tak nyaman?"
"Jangan... teruskan!"seru Karina memegang erat kedua lengan Derian.
"Kau yakin?"tanya Derian meyakinkan, menatap wajah Karina menahan kegugupan. Karina mengangguk yakin. Derian melanjutkan apa yang dimulai dengan lembut sangat lembut meski samar Karina merasa terkadang tegang tapi dapat menguasainya.
Ceklek,,handel pintu terbuka. Karina masuk rumah dengan ragu berharap Reno tak ada di rumah. Menengok kanan kiri menelusurkan pandangan di sekeliling dalam rumah.
Tak merasa ada seseorang yang muncul, membuat Karina bernafas lega dan menutup pintu kembali.
"Kau pulang?Baru sampai?"
"Aaarg.."teriak Karina saat suara Reno terdengar di belakangnya. Karina berbalik memegang dadanya yang berdetak kencang dan terkejut menatap Reno gugup. Reno merasa bersalah atas reaksi Karina ketakutan saat melihatnya walau Reno hanya baru menyapanya.
"Aku akan pulang,aku hanya ingin memastikan kau benar-benar pulang dengan selamat,"ucap Reno cepat saat melihat Karina hendak menarik hendel pintu berusaha membuka ingin lari. Karina berbalik lagi dan menggeser tubuhnya merambat ke tembok menghindari Reno.
"Maaf,,"ucap Reno menyesal pergi dari rumahnya sendiri. Karina terduduk lemas setelah Reno keluar dan memastikan pintu terkunci. Terisak di tempatnya luruh dibalik pintu rumahnya. Ditepuk dadanya menghilangkan sesak yang menghimpitnya, membuat semakin menjerit menangis kencang tanpa suara. Dada Reno terasa sesak mendengar isakan tangis Karina yang terdengar memilukan menyalahkan dirinya sendiri, membatalkan niatnya untuk segera pergi demi mendengar isakan Karina yang terdengar dari luar pintu rumahnya.
**
Perlahan sinar matahari masuk menembus tirai yang menyinari tubuh Karina di dalam kamarnya..Merasakan panas menyengat di tubuhnya membuat Karina membuka mata perlahan meski masih mengantuk. Menoleh arah jam dinding menunjukkan pukul 8 pagi, dirinya masih enggan untuk bangun, kepalanya terasa berdenyut. Saat ingat hari itu akhir pekan,sekolah libur dan tak ada rencana apapun untuk dirinya hari ini, Karina kembali memejamkan mata,dia butuh tidur, butuh istirahat, apalagi kepalanya masih dirasakan berdenyut semakin membuatnya menarik selimut,masuk lebih dalam untuk tidur lagi. Ponselnya yang berdering tak membuat Karina bangun. Rasa kantuknya begitu dalam.
Derian yang duduk di balkon kamar rumahnya menatap ponselnya dalam, melihat nama Karina tertera di ponselnya, sudah berulang kali dihubungi terhubung,tapi tak diangkat. Laporan orang suruhannya yang mengawasi mengatakan tak ada tanda-tanda kalau Karina keluar dari rumahnya. Derian berniat untuk pergi berdua,tapi saat ponsel Karina dihubungi tak ada jawaban meski ponselnya aktif.
Tok..tok..tok.. suara pintu kamar Derian diketuk.
"Masuk,"seru Derian meletakkan ponselnya di meja balkon kamar menatap pintu terbuka.
"Papa,,"
"Papa,,"
Sapa kedua putrinya bersamaan berlari mendekati papanya dan berhamburan memeluknya di sebelah kiri dan kanan masing-masing tangannya. Derian membalas pelukan kedua putrinya.
Putri-putrinya melihat mobil Lamborghini papanya terparkir di garasi mobil rumahnya,tanpa bertanya kedua putrinya berlari ke kamar papanya.
"Papa,papa,,papa juga libur ya?gak kerja ya?"tanya putri sulungnya.
"He em he em,"si bungsu menimpali mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kenapa? Kalian gak suka papa di rumah?"canda Derian menatap kedua putrinya bergantian.
"Em,,ehm,,"ragu si sulung ingin mengutarakan maksutnya.
"Kita jalan-jalan ke kebun binatang yuk pa?Kata temen Putli disana baaaanyak binatang?"sahut si bungsu mendahului kakaknya sambil merentangkan kedua tangannya menunjuk tentang hal yang sedang dikatakannya.
""Teman?Emang Putri punya teman?"tanya Derian yang sama sekali tak tau bahkan tak mau tau urusan tentang putrinya yang sudah diserahkan kepada pengasuh dan pengurus rumah, Derian hanya tau kerja kerja dan kerja, kebiasaan itu hanya akan berhenti saat bersama Karina, orang yang sangat dicintainya.
"Putri kan ikut Angel ke sekolah pa, sekarang Angel sudah sekolah TK?"jawab si sulung cemberut mempeotkan bibirnya.
"Iya pa,,Putli disana juga baaaanyak temen Lo,"sahut si bungsu lagi. Derian hanya menoleh bergantian menatap kedua putrinya.
"Oh ya?Papakan sibuk kerja sayang,jadi papa kan gak tau,lagian ada bi Imah yang nemenin kalian kan?"kata Derian mencoba menghibur putrinya yang merajuk.
"Habis papa gak pernah pulang.Papa sibuk kerja terus,kita kan mau main sama papa juga."sahut Angel si sulung.
"Kita lihat binatang yuk pa,,ayo!!"seru si bungsu Putri menarik-narik tangan Derian mencoba merayu.
"Tapi papa sibuk sayang,papa masih ada urusan, kapan-kapan saja ya?"hibur Derian menolak putri-putrinya. Derian masih berharap ingin menghubungi Karina, setelah beberapa saat lalu tak mendapat jawaban dari ponselnya.Derian mencemaskan keadaan Karina, apalagi kemarin malam dirinya tak mengantarkan Karina pulang, dirinya tak akan sanggup berpisah dengannya setelah beberapa hari menginap di apartemennya jika mengantarkan sendiri.
"Hua.."suara tangisan dari putri bungsunya sontak membuat Derian terkejut.Bahkan selama ini dirinya tak tau apa-apa tentang kedua putrinya,sedang si sulung hanya sesenggukan menahan tangisnya juga.
"Papa jahat,,papa jahat,,huaaaaa..."teriak Putri semakin kencang.Derian menghembuskan nafas panjang menyerah.
"Ok..ok..kita ke kebun binatang.."ucap Derian akhirnya.
"Hore,,,"
"Hore,,"
Teriak kedua putrinya bersorak senang melompat-lompat sedang si Putri memeluk papanya lebih erat. Perasaan Derian yang sedang gelisah dengan kabar Karina sedikit terhibur dengan reaksi kedua putrinya.
Ah sudah berapa lama aku tak memperdulikan mereka, sesenang itukah? batin Derian dalam hati, hatinya sedikit menghangat meski tak sepenuhnya yang masih merasakan sedikit kegelisahan mengenai kabar Karina.
**
Karina membuka matanya perlahan menatap jendela balkon masih cerah.Diliriknya ponsel yang ada di meja nakas samping tempat tidur menunjukkan pukul 3 sore. Ah, sudah jam segini,pantas perutku lapar sekali, batin Karina meraba perutnya. Saat dirinya bangun dirasa kepalanya sakit, memaksa bangun menuju kamar mandi, sekaligus membersihkan diri meski badannya terasa sedikit meriang.
Dirinya merendam tubuhnya di dalam bathtub kamar mandi dengan air hangat, melepaskan lelahnya dan rasa sakitnya sesaat. Setelah setengah jam dirasa cukup berendam Karina bangun, membilas tubuhnya di bawah guyuran shower.
Setelah berpakaian santai,Karina ke dapur mencari sesuatu yang bisa dimakan,tak menemukan makanan siap saji,Karina memasak sebentar.Kepalanya yang terus berdenyut tak dihiraukannya, pikirnya mungkin karena dirinya lapar dan kebanyakan tidur. Semakin lama semakin berdenyut dan merasakan perut bagian bawahnya nyeri. Karina menekan bagian perutnya yang sakit, berharap agar berkurang rasa sakitnya.
"Auw,,"jerit Karina, merasakan sesuatu mengalir di pahanya.
"Darah?" matanya menggelap tak sadarkan diri.
bersambung
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments