Satu bulan, gadis kecil yang bernama Putri itu baru bisa bergaul dengan anak-anak yang lain, yang dengan berbagai cara Karina membujuknya untuk dapat menerima teman-teman barunya tidak semuanya buruk.
Hubungan Karina dengannya malah semakin dekat karena hampir setiap hari Putri mengikuti kemanapun Karina pergi, bagaimanapun Putri tidak bisa begitu saja percaya pada orang-orang dan anak-anak yang ada di tempat penitipan itu.
Karina tak mempermasalahkannya baginya pekerjaannya menuntutnya untuk selalu bersabar,bahkan dia seperti menjadi seorang ibu bagi Putri yang tak mau lepas darinya, Putri hanya mau melepaskan Karina saat sopir keluarga mereka menjemput dengan segala alasan agar mau berpisah darinya.
Siang itu saat semua murid sudah pulang, kedua gadis itu seperti biasa menghabiskan waktu bersama dengan Karina, dengan anak-anak titipan lainnya membentuk kelompok bermain dengan masing-masing guru pembimbing.
"Bu gulu kapan main ke lumah Putli?"tanya Putri imut dengan ucapan cadelnya.
"Wah... kapan-kapan saja ya Putri,ibu masih harus menyelesaikan tugas itu setelah kalian pulang,"jawab Karina tersenyum sambil membelai rambut Putri.
"Iya Bu...main ke rumah kami ya,kami di rumah tak punya teman bermain,hanya bibi pengasuh yang menemani kami,"ucap Angel sambil cemberut.
"Memang kemana papa dan mama kalian?"tanya Karina ganti mengusap rambut Angel sang kakak.
"Papa dan mama selalu sibuk, mereka tak pernah di rumah, mereka berangkat pagi sebelum kami berangkat,dan pulang setelah kami tidur, apalagi papa sering ada urusan ke luar kantor urusan kantor,"jelas Angel masih sambil menggambar di buku gambar yang disediakan di tempat itu untuk mengisi luang waktu mereka sambil belajar.
"Benarkah...? Seharusnya kalian bersyukur masih punya orang tua lengkap, walau mereka kadang tak memperhatikan kalian, pasti mereka melakukan hal itu demi kalian anak-anak yang mereka sayangi,tapi kalian harus tetap menyayangi orang tua kalian... Ok?" ucap Karina memberi nasihat pada kedua gadis itu masih dengan senyum lebar.
"Tapi setiap malam,papa dan mama selalu berteriak-teriak,kata bibi mereka sedang menyanyi masak menyanyi dengan teriak - teriak dan membanting barang-barang, kami sampai ketakutan," jelas Angel dengan ekspresi merinding yang tak dibuat-buat.
"Iya bu,Putli takut,"tambah si kecil Putri ketakutan mendekap Karina.Wajah Karina langsung pias, seperti apa orang tua mereka hingga membiarkan kedua anak ini mendengar pertekaran mereka.
"Tapi akhir mereka jarang berteriak malah papa kalau pulang kerja lama selalu membawa oleh-oleh,papa pasti bawa boneka barbie yang saangaat besar,"kata Angel dengan melebarkan kedua tangannya memeragakan sebesar apa yang dikatakan.
Sedang Putri hanya mengangguk-angguk mengiyakan perkataan kakaknya.Karina tersenyum,dia bingung menjawab apa, bahkan anak sekecil mereka yang tak tau masalah orang dewasa terkena imbasnya kurangnya perhatian dari orang tuanya.
Derian jarang datang ke tempatnya dengan alasan sibuk kerja dan sering bertemu klien di luar kota maupun luar negeri,tapi tak terlewat seharipun chat maupun teleponnya setiap malam jika waktu istirahat. Sedang Reno suaminya, setiap hari tak juga menyerah untuk merayunya dengan segala cara agar bisa dimaafkannya.
Tapi Karina yang sudah mempunyai hati yang beku bak gunung es tak pernah menghiraukannya, sampai membuat Karina jengah, dengan ancamannya untuk meninggalkannya tak urung sering dilakukannya.Dan mau tak mau Reno mengalah hingga beberapa hari hari ini suaminya itu belum menampakkan batang hidungnya di hadapan Karina lagi.
**
Pagi itu, hari libur kerja dirinya mau istirahat melepaskan semua masalahnya,tanpa memikirkan apapun, setelah mandi Karina duduk di balkon kamarnya menyandarkan kepalanya di tempat duduk balkon menikmati cahaya matahari pagi yang menyinari tubuhnya.
Dengan harapan dapat menguapkan kegundahan hatinya,baru kali ini Karina merenungkan hidupnya kembali, perkataan kedua gadis kecil di tempatnya bekerja.
Karina tak berhenti memikirkannya, dimana ada orang tua yang menelantarkan anaknya, sedang diluaran begitu banyak seorang calon orang tua begitu menginginkan seorang anak hadir di antara mereka, seperti dirinya yang bahkan sudah hampir 15 tahun pernikahan tak kunjung diberikan anak.
Kadang Karina berpikir apa dosanya dulu sampai diberi cobaan seperti ini, sebegitu besarkah dosanya? Hubungan antara dirinya dan Derian memang salah bahkan Karina menyayangkan sikapnya itu,tapi rasa cintanya pada lelaki itu mendominasi lebih besar.
Karena pengkhianatan suaminya membuatnya mendapatkan begitu banyak perhatian dari Derian, Karina tak bisa menolak sentuhannya saat bersamanya, rasa haus perhatian dulu saat dirinya masih mencintai suaminya yang kala itu jarang diperhatikan malah terkesan cuek.
Dulu Karina tak memperdulikan hal itu mungkin suaminya sibuk bekerja dan sedang lelah bekerja sehingga dirinya mengalah dan berusaha memberikan pengertian dan perhatiannya pada suaminya.Namun ternyata hal itu dimanfaatkan oleh suaminya untuk poligami walau atas desakan orang tuanya.
Pikirannya menerawang jauh ke atas awan, merenungi nasibnya, akan sampai kapan hidupku seperti ini ya Tuhan,batin Karina menghembuskan nafasnya.Bayangan dirinya menjadi kekasih seorang pria beristri yang sudah mempunyai anak membuatnya berpikir untuk menyerah terhadap hubungannya dengan Derian.
Bagaimana jika anak dari kekasihnya itu tau seandainya ayah mereka mencintai wanita lain yang bukan ibu mereka?batin Karina, pikirannya kalut,rasa menyalahkan dirinya sendiri membuatnya frustasi, apa aku harus mengakhiri hubungan kami sebelum semuanya terlambat?batin Karina lagi, hatinya bingung dan ragu tapi perasaan cintanya pada Derian membuat dirinya sakit yang menyayat hatinya.
Dering ponselnya mengejutkannya, pikirannya yang kalut terpaksa diakhiri, berdiri melangkah menuju dering ponsel di meja nakas tempat tidur.
Dilihatnya nama kekasihnya terpampang di layar ponselnya, dirinya agak ragu untuk mengangkatnya sampai dering ponsel itu mati,tak lama dering ponselnya menyala kembali merasa tak sabar pada orang yang sedang menghubunginya itu.
"Halo..." putus Karina akhirnya setelah galau beberapa saat.
"Sayang...kenapa tak segera diangkat?" seru yang diseberang tak sabaran.
"Aku dari kamar mandi,maaf,"jawab Karina ragu.
"Begitukah? Saat kau bilang kamar mandi aku ingin sekali berlari padamu dan mendekapmu..." ucap Derian menggoda.
"Ah..mesum..."ucap Karina merona merah walau tak dapat dilihat si penelpon, tersenyum.Begitu besar perasaan Karina hanya dengan kata-kata Derian membuatnya seolah-olah terbang tinggi.
"Aku merindukanmu," ucap Derian.Karina diam, tak menjawab seperti biasanya, bayangkan kedua gadis kecil yang tak mendapat perhatian kedua orangtuanya yang katanya tidak akur dan sibuk membuat lidahnya kelu untuk menjawab kata-kata Derian.
"Sayang...kau masih disana?"tanya lagi yang di seberang karena lama tak mendengar jawaban yang diinginkan.
"Ah,aku harus segera pergi mengurus pekerjaanku,maaf aku akan menghubungimu lagi nanti,"jawab Karina segera menutup ponselnya,dan bergegas ganti baju.
Entah mau kemana Karina padahal ini hari libur kerja tapi dia beralasan sibuk pada Derian padahal selama ini Karina tak pernah sekalipun menutup ponselnya saat dihubungi Derian,bahkan dirinya ketika sibukpun masih menyempatkan untuk berlama-lama menerima telpon dari kekasihnya itu.
TBC
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
rose
bagus
2021-08-28
1
Rina Dryanty
simpel cerita nya
2020-12-31
1
Isu💟THY
suka
2020-11-07
1