Bab 10 Firman semakin gila

Lagi dan lagi, Firman pulang tengah malam.  Bahkan sekarang lebih malam dari biasanya. Entah apa yang dilakukannya di luar bersama g*ndiknya itu.

Andin sendiri begitu malas hanya untuk mengecek HP firman.

Setelah malam itu, Andin berusaha untuk bisa membajak HP firman. Ia hanya akan melihat berapa saja uang yang sudah suaminya keluarkan untuk wanita itu. Tentang chat nya? Andin sama sekali tidak ingin tahu.

"Eh eh sayang kamu belum tidur? " Firman sungguh terkejut saat mengetahui istrinya ternyata belum tertidur.

Tidak, Andin tidak menjawab, ia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan suaminya. Sungguh ia sebenarnya sudah sangat muak dengan apa yang dilakukan suaminya.

"Aku mau ngomong mas, dua hari lagi aku mau pulang ke rumah ibu bapak. Katanya Fara kangen sama opa dan oma nya"

Firman menghentikan langkahnya menuju kamar mandi "Kenapa tiba-tiba sayang? Maksudku, mas tidak bisa ikut. Kamu nginep berapa hari? "

"Entahlah, senyamannya Fara nanti. Kamu gapapa kalo ga ikut" ujar Andin dan segera membelakangi suaminya dan bergegas mengarungi alam mimpi.

"Kalo Andin ga di rumah. Bisa ngajak Shela buat kesini" batin Firman yang terkikik geli dengan rencananya.

**

"Pa, kenapa mama jadi kepikiran banget ya sama adek? "Ucap bu Margareth pada pak Budi, suaminya. Di saat mereka berdua sedang bersantai di sebuah gazebo taman. Belakang rumah mereka.

Memang Andin jika di rumah ini akan sangat dimanja, terlebih karena ia adalah anak bungsu.

"Perasaan mama aja kali, insyaallah adek baik2 aja disana ya" pak Budi berusaha menjaga perasaan istrinya.

Sebernarnya ia tahu, ada yang tidak beres dengan pernikahan putrinya. Namun ia tidak mau memberi tahu istrinya.

Istrinya itu memiliki riwayat asam lambung yang lumayan parah. Jadi sedikit saja ia merasa stress kemungkinan besar lambungnya akan kambuh. Dan ia tak mau mengambil resiko tentang kesehatan kecintaannya itu.

Ia akan diam-diam mengirimkan beberapa body guard ke rumah putrinya. Demi menjaga sesuatu yang tidak di inginkan.

**

Dua hari berlalu, hari ini saatnya Andin dan Fara menuju ke kediaman orangtuanya.

Kebetulan sekolah Fara sedang mengadakan ujian untuk kelas 6 jadi untuk kelas 5 sampai Kelas 1 diliburkan sementara. Mungkin sampai satu minggu.

Pagi itu

"Naik apa kamu ke rumah orangtuamu? " ibu Winda bertanya pada Andin yang sudah siap dengan segala perlengkapannya.

"Naik mobil travel bu, sebentar lagi dateng kayanya, mas Firman juga lagi sibuk di kantor, jadi tidak bisa nganter"

"Iya lah. Suaminya itu kerja cari uang. Kalo cuma pulang ke rumah orangtuamu ya kamu bisa sendiri kan" ucapnya yang langsung masuk kembali ke dalam rumah. Tanpa mau menunggu mobil jemputan yang akan mengantarkan menantunya.

"Cuma pulang ke kampung aja belagu, pake naik travel, naik bis juga bisa, ngabisin duit anakku aja" cibir bu Winda di balik pintu.

15 menit kemudian mobil travel yang dipesan Andin telah sampai di pekarangan rumah. Ia dan Fara segera naik.

Perjalanan yang memakan waktu hingga 3 jam itu akhirnya terbayarkan dengan sampainya Andin di kediaman orangtuanya.

"Assalamu'alaikum " teriak Andin di depan rumah. Rumah megah dengan 2 lantai itu menjadi saksi Andin dibesarkan oleh orangtuanya.

"Buu, ini rumah siapa? Rumah kakek dan nenek kan bukan ini? "

Fara pernah sekali Andin ajak bertandang ke rumah orangtuanya waktu itu bersama Firman. . Bukan, bukan milik orangtuanya. Itu hanya milik salah satu pembantu di rumah orangtuanya.

Pak Budi sengaja meminjam rumah sederhana milik pembantunya demi mengetes menantunya. Apakah masih mau menerima putrinya jika keadaan ekonomi mereka di bawah rata-rata.

Benar firasat pak Budi, selama di rumah sederhana tersebut, Firman selalu menunjukkan ketidak nyamannya. Ia selalu merengek pada Andin untuk segera pulang.

Andin hanya tersenyum membalas pertanyaan putrinya.

"Walaikumsalam, sebentar" terdengar sautan dari dalam rumah.

Alangkah terkejutnya bu Margareth begitu mengetahui siapa tamunya. Tanpa aba-aba ia segera menghamburkan diri memeluk putrinya.

"Siapa sih ma? Kok tidak di ajak masuk? " tanya pak Budi yang masih di dalam rumah.

Sama dengan istrinya. Ia pun juga begitu terkejut melihat kedatangan putrinya beserta cucu perempuannya.

"Padahal baru kemarin mama tiba-tiba kangen sama kamu nakk" tangis bu Margareth sambil memeluk Andin.

"Haha, berarti firasat mama nyampe dong ke Andin. Andin juga kangennn banget sama mama" ia membalas pelukan mama nya dengan erat.

Setelahnya ia memeluk papa nya dengan tak kalah eratnya.

"Ohh cucu omaaa" ucap bu Margareth yang langsung menggendong Fara.

Sama halnya dengan pak Budi, ia pun juga segera memeluk cucunya.

"Ayo masuk nak. Ibu akan menyuruh bibi untuk masak yang banyak buat kalian"

"Mamaa gausah repot, aku sama Fara udah makan kok tadi"

"Apanya yang repot udah kamu cukup istirahat aja"

Saat mama nya sedang sibuk di dapur, Diam-diam Pak Budi mengajak Andin untuk berbicara serius.

"Apa ada masalah dengen pernikahanmu? " tanya nya to the point.

Degh.

"Darimana papa tahu? " batin Andin. Ia cukup terkejut dengan pertanyaan papa nya. Pasalnya, ia sagat menutup rapat masalah yang dialaminya. Apa diam-diam papa nya ini mengirim orang untuk me mata-mata i selama ia berada di rumah bersama suaminya. Entahlah. Ia akan semakin pusing jika memikirkannya.

"Kakakmu, Dewa, ia sudah menikah dan memiliki anak laki-laki berusia 3 tahun. Namun ia sekarang menetap di Jepang. Istrinya asli Indonesia. Namun yaa. Kakakmu lebih memilih di Jepang karena ada pamanmu" jelas pak Budi tiba-tiba.

Setelah Andin memutuskan menikah dengan Firman 8 tahun lalu, ia memang tidak pernah berkomunikasi dengan kakak laki-laki nya itu. Entah bagaimana kabar kakaknya. Sesungguhnya ia sangat merindukannya.

Bagaimana pun ia hanyalah seorang adik yang begitu manja dengan kakak laki-laki nya.

Dan sekarang kakaknya itu telah menjadi seorang ayah.

"Maaf Pa" hanya kata itu yang muncul dari bibir Andin.

"Jangan sungkan kalau kamu mengalami sesuatu yang buruk, papa akan selalu jadi garda terdepan buatmu, yasudah kita makan? Mama mu sepertinya sudah selesai menyiapkan makanannya" ucap pak Budi sambil merangkul pundak putrinya.

Sesampainya di meja makan, terlihat Fara begitu antusias dengan menu-menu yang sudah disiapkan oleh Oma nya. Terdapat opor ayam, ayam goreng, ikan panggang dan tak ketinggalan sayur bening kesukaan Andin. Tak lupa juga sambal terasi.

"Mama, kenapa tiba-tiba banyak makanan. Tadi katanya belum disiapkan"ujar Andin heran begitu melihat banyak sekali makanan yang tersaji di meja.

"Sebelum kamu datang, mama memang sudah memasak opor dan yang lain. Entah kenapa papamu tadi meminta mama masak banyak. Yaudah mama nurut aja. Dan tadi mama cuma nyuruh bibi buatkan sayur bening kesukaan kamu juga sambal terasi nya, ayo makan. Tuh Fara sudah habis dua paha ayam" kekeh mama Margareth.

"Aku gabisa makan banyak maa, lihat badanku" tunjuk andin pada perutnya yang sudah sebesar bola basket.

"Halah mumpung di rumah mama. Gausah diet. Besok aja dietnya. Wong kamu juga pasti capek dari perjalanan jauh" mama margareth langsung saja menarik tangan Andin untuk duduk di kursi.

**

"Sayang, kamu serius istri gendut mu itu lagi ke luar kota? Nanti malam jadi dong kamu jemput aku? "

"Jadi dong sayang, biar kita bisa puas-puasin disini. Ngga kaya di kamar kos mu yang sempit itu"

"Alah kamu sempit-sempit juga doyan"

"Pokonya kalau sama kamu aku selalu doyan dimanapun"

Setelahnya Firman mematikan sambungan teleponnya dengan Shela.

Ia begitu tak sabar untuk membawa Shela masuk ke dalam rumahnya. Sungguh sekarang si joni benar-benar minta dibebaskan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!