Menjelang malam, Susana rumah Abi Zakaria mendadak ramai karena adanya Faiz, apalagi Faiz senang sekali bermain catur bersama para santri lainnya, dan sampai saat ini tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Tama dan Hanum, keduanya baru saja selesai melaksanakan solat isya berjamaah.
Saat mereka mencoba menonton Faiz bermain catur, rupanya Faiz telah berhasil mengalahkan empat orang santri sekaligus dalam bermain catur, karena bangga, Hanum segera memberikan tepuk tangan untuk kakaknya.
"Wah, Mas Faiz memang hebat, gak ada duanya...jadi sampai sekarang Mas Faiz belum menemukan lawan yang tangguh nih?" tanya Hanum sembari duduk di samping kakaknya, sedangkan Tama, ia memilih berdiri mematung sambil terus memandangi Hanum.
Lalu Faiz melirik ke arah Tama, kemudian ia malah tersenyum licik ke arah adik iparnya, menurutnya Tama patut jadi lawan mainnya malam ini.
"Aditama, apakah kau bisa bermain catur?" tanya Faiz dengan senyum mengejek.
"Aku masih amatir Mas Faiz!" jawabnya merendah.
"Tapi bisa kan main catur?" tanyanya kembali, seolah ingin meyakinkan
"Bisa Mas Faiz!" jawabnya tersenyum tipis.
Kemudian Hanum menatap lekat wajah Suaminya.
"Mas yakin mau main catur sama Mas Faiz? Hati-hati loh, Mas faiz itu paling jago main caturnya, di sini belum ada yang bisa mengalahkannya!" Kali ini Hanum mencoba memberikan peringatan kepada suaminya.
Namun sayangnya Tama tidak goyah dan tetap maju."kalau seandainya aku bisa mengalahkan Mas Faiz, apa yang bisa aku dapat darimu?" tanya Tama dengan senyum menggoda.
Hanum malah menatap aneh wajah suaminya, ia terlihat bingung atas perkataannya barusan
'Aishhhhh... bisa-bisanya Mas Tama berkata seperti itu di depan Mas Faiz!' keluhnya dalam hati.
Hanum pun terdiam dan tidak berkata apapun.
"Ayo jawab Num?"
"Emmhhh...terserah akh!"
"Maksudnya terserah apa? Emmhhh...apa yang kau maksud terserah itu, aku bebas mau meminta apa saja sama kamu, gitu?" Tama benar-benar sengaja menggoda Hanum
Faiz yang menyaksikannya langsung, terlihat tidak suka.
"Hey..hey...sudahlah, kau belum apa-apa sudah banyak permintaan terhadap adikku, jangan macam-macam kau Aditama!" bentak Faiz sambil menatap tidak sukanya kearah Tama.
Namun Tama seolah tidak menghiraukan teguran dari sang kakak ipar, dan ia lebih memilih tersenyum ke arah Hanum.
"Sudahlah, sebaiknya kita mulai permainan nya!" ucap Faiz sudah tidak sabar.
Akhirnya keduanya memulai bermain catur
Dan tentunya mereka berdua terlihat begitu serius.
Kali ini Tama memegang bidak berwarna putih sedangkan Faiz berwarna hitam.
Dengan penuh konsentrasi, perlahan mereka memulai permainan.
Faiz sempat terkejut saat Tama begitu pandai memainkan bidaknya, dimana bidak kuda dan benteng ia kembangkan dengan cepat, sedangkan posisi pion, ia gunakan untuk mengontrol petak-petak papan.
Baru kali ini Faiz mendapatkan lawan yang tangguh, baru pertama mulai saja, ia sudah di buat geleng kepala.
Sedangkan bagi Tama, permainan catur sama saja dengan mengatur strategi saat akan melakukan penyerangan dengan musuh dan tentunya untuk segera meringkus otak dari pelaku.
'Rupanya si Tama ini tidak bisa aku anggap remeh, masa baru mulai permainan, aku sudah di buat pusing seperti ini? Dia pandai sekali memainkan bidaknya.' batinnya memuji Tama.
Setelah itu Tama kembali membuat penyerangan dan pertahanan yang bagus, dimana bidak kuda ia taruh di tengah , sedangkan bidak gajah, telah ia tempatkan pada bagian diagonal panjang, lalu bidak benteng ia taruh di tengah, tepatnya di jalur terbuka.
Hanum yang menyaksikannya langsung, tidak pernah mengerti dengan permainan yang satu ini, tapi sepertinya kali ini Kakaknya yang akan mengalami kekalahan.
'Jika sampai Mas Tama menang, itu artinya aku harus mengabulkan permintaannya! Ish...pantas saja ia begitu gigih untuk bisa mengalahkan Mas Faiz.' keluhnya dalam hati.
Dan akhirnya.....skak mat, bidak raja milik Faiz berhasil di lumpuhkan oleh Tama, dan permainan pun selesai dengan waktu yang cukup singkat. Faiz masih tidak menyangka jika dirinya akan begitu mudah dikalahkan oleh adik iparnya, ia pun menjadi kesal dibuatnya, sampai akhirnya Faiz lebih memilih untuk pergi meninggalkan Tama dan juga Hanum di depan teras rumah mereka.
"Kak Faiz, sudah mengantuk Num, sebaiknya kau jangan lupa mengabulkan apa yang diminta oleh suamimu itu, karena dia sudah berhasil menumbangkan aku, aihhh...sungguh menyebalkan!" gerutunya sambil mengumpat kesal
Tama yang melihat tingkah laku Faiz yang seperti ini malah serasa ingin tertawa, wajahnya yang tadi siang terlihat garang saat menatap dan mengancamnya, malam ini terlihat jauh berbeda, yakni sudah seperti bocah kecil yang kalah dalam permainan, untung saja tidak sampai merengek, jika sampai hal itu terjadi, apa kata dunia? Ha..ha..ha.
Setelah kepergian sang Kakak, Hanum tertunduk malu di depan suaminya.
"Emmhhhhh, jadi apa yang Mas Tama inginkan dariku?" tanyanya masih tertunduk dan enggan untuk menatap.
Kemudian Tama beranjak dari tempat duduknya, dan meraih tangan Hanum, setelah itu menggenggamnya dengan sangat erat.
"Ikut aku ke kamarmu, nanti kau akan segera tahu disana!" Tama benar-benar sengaja membuat Hanum gugup, bahkan sekujur tubuhnya dibuat sampai panas dingin.
'Kenapa kau memintaku ke kamar? Jangan bilang Mas Tama mau meminta itu dariku? Aarrkkhhh...tidak aku belum siap melakukan hal itu, kesalahan Mas Tama masih belum bisa aku lupakan begitu saja!' keluhnya dalam hati.
Selangkah demi langkah, Tama telah membawa Hanum ke dalam kamarnya tidurnya sesuai yang Hanum instruksi kan.
Setibanya di depan kamar Sang istri, Tama sudah tidak sabar membuka pintu tersebut.
Tama cukup terkejut saat melihat kamar istrinya, semuanya serba berwarna pink. Mulai dari tempat tidur, meja belajar, lemari pakaian dan juga dinding kamar.
Hanum tertunduk malu ketika suaminya melihat kamar tidurnya untuk pertama kalinya.
Lalu dengan seenaknya Tama langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur Hanum.
"Akhirnya aku bisa tiduran di kamar istriku!" ucapnya sambil tengkurap.
Hanum pun semakin gugup saat suaminya sudah berada di atas ranjang tempat tidurnya.
"Num, kemarilah...kenapa kau malah berdiam diri di situ?"
Hanum benar-benar di buat panas dingin oleh Tama.
"Mas, a aku belum siap!" jawabnya terbata.
Mendengar istrinya berkata seperti itu, Tama malah tertawa terbahak-bahak
"Hey...belum siap apanya sih Num? Ayo cepat kesini, tubuhku benar-benar sangat lelah, bisa kah kau memijat nya?"
"Apa Mas, Memijat?" tanyanya dengan dahi mengkerut.
"Iya Num, aku minta di pijat olehmu, kau tahu jika dari kemarin aku belum sempat tidur karena tugas dari Mabes, dan mumpung aku berada di sini bersamamu, aku minta kau memijat tubuhku." pintanya sedikit memaksa
Hanum pun merasa lega atas permintaan dari suaminya dan tidak meminta sesuatu yang sedari tadi telah menganggu pikirannya.
Akhirnya Hanum mencoba memijat di bagian punggung suaminya yang sudah bertelanjang dada, jemari lentiknya justru malah membuat seorang Aditama merasa kegelian.
"Hey...kau sedang memijat ku atau menggelitiki tubuhku? Sebaiknya kau naik ke atas tubuhku dan coba kau injak, tenagamu payah sekali Num!" ejeknya dengan sengaja.
Karena kesal di ejek seperti itu, akhirnya Hanum memberanikan diri menginjak tubuh suaminya, ia pun hampir kehilangan keseimbangan saat berdiri di atas tubuhnya dan Hanum sempat tertawa kecil di buatnya.
"Nah, ini baru terasa..wah kau cukup berat juga ya Num, pasti berat badanmu lebih dari lima puluh kilo!" kelakar Tama sengaja ingin menggoda sang istri.
"Ish...Mas Tama ini bukannya bilang terima kasih tapi malah mengejekku!" protesnya sambil mengerucutkan bibirnya.
Sampai akhirnya Hanum sengaja menginjak tubuh suaminya dengan lebih bertenaga karena ia sangat kesal, sehingga Tama merasa kesakitan.
"Hey...kau kau mau menginjak tubuhku atau ingin membunuhku Num? Sepertinya kau masih dendam padaku, hah?" bentaknya
Faiz yang tidak sengaja melintas di depan kamar adiknya, ia mendengar kegaduhan di dalam kamar tersebut, Faiz pun penasaran, sampai akhirnya ia mencoba menguping.
"Dih, kenapa mereka malah tertawa seperti itu? Memangnya ada yang lucu apa?"
Lalu Faiz mendengar bunyi seseorang terjatuh dari dalam kamar sang adik.
Otomatis Faiz takut terjadi sesuatu dengan adiknya, ia pun terpaksa menerobos masuk. Dan Faiz sangat terkejut ketika melihat adiknya berada di bawah kungkungan Tama.
"Hey...apa yang sedang kau lakukan dengan adikku?" tanyanya tidak sadar bahwa Hanum sudah menikah.
Hanum dan Tama pun sampai terkejut atas sikap Faiz kepada mereka.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ma Em
Hanum jgn dulu tunduk pada Tama sebelum Tama berpisah dgn Bela bertahan saja dulu jgn nau diapa apain sama Tama kalau sekedar dicium sih boleh saja tapi jgn memberikan yg satu itu (mahkotamu ) itu loh Num. 😅
2025-04-16
1
Nar Sih
waahh ..nih mas faiz ngnggu psngn yg lgi berduan sja pasti hanum dan tama kagett nih 😂😂
2025-04-16
2