Kini Hanum dan Riana malah mengobrol di dalam kamar, Ana masih menatap kagum dengan wajah cantik sang kakak ipar.
"Kau kenapa terus menatapku seperti itu, Ana?" tanyanya sambil mengerutkan dahinya.
"Kau sangat berbeda dengan Hanum yang aku kenal dulu! Apa yang merubah kak Hanum bisa drastis seperti ini? Setahuku kalau....!" tiba-tiba perkataan Riana terhenti, ia takut jika kata yang ia keluarkan malah membuat Kakak iparnya tersinggung.
"Buruk rupa, Iya kan? Pasti itu yang ingin kamu katakan padaku?" tanyanya dengan fokus menatap Ana.
Seketika Ana malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena malu
"i iya kak, Hanum! maaf, bukan maksudku untuk menghina kak Hanum!" jawabnya sampai terbata.
Kemudian Hanum mendekati adik iparnya yang telah duduk di kursi sofa.
"Iya tidak apa-apa Ana, waktu usiaku sepuluh tahun, aku terserang cacar air, seluruh tubuhku di penuhi oleh bintik-bintik berwarna merah, satu bulan lebih aku tersiksa pada waktu itu, dan setelah kondisiku berangsur pulih, entah kenapa wajahku yang telah di penuhi bintik-bintik berwarna merah malah berubah menjadi hitam, sudah seperti koreng! Banyak orang yang mengira jika itu adalah sebuah jerawat, waktu itu aku belum saatnya masa puber!" jawabnya sambil tertawa kecil.
"Oh, pantas kak! Aku kira waktu itu di usia kakak yang masih segitu kok sudah tumbuh jerawat, rupanya itu semua adalah bekas noda terkena cacar air!" jawabnya baru menyadari.
"Iya Ana, hampir satu tahun aku tersiksa dengan wajahku yang selalu di sebut buruk rupa, aku begitu sedih pada waktu itu, sehingga Abi dan umi bergegas bertindak, karena tidak ingin sampai aku di kemudian hari terus memiliki wajah menakutkan seperti ini, akhirnya Umi menghubungi salah satu kerabatnya yang memiliki usaha herbal, dan akhirnya bintik-bintik hitam di wajahku berangsur menghilang, malah membuat wajahku menjadi seperti ini!" jawabnya dengan polosnya.
"Tapi hasilnya amazing kak, wajah kak Hanum begitu glow up, tanpa make up pun, kak Hanum sudah sangat cantik, pantas saja kak Tama langsung berubah sikap terhadap kak Hanum, rupanya kak Tama sudah melihat wajah aslinya kakak!" jawabnya sok tahu.
'Ha..ha..ha! Kau salah Ana, justru kakakmu merasa jijik untuk sekedar melihatku, menurutnya aku sengaja memakai cadar hanya untuk menutupi wajahku yang buruk rupa, padahal itu salah besar, rupanya itulah yang telah menjadi penyebab kau enggan untuk menatap wajahku selama ini, kau berpikir jika aku masih sama seperti dulu, ck...dasar pria naif.' gerutunya dalam hati.
Menjelang malam, setelah Hanum selesai makan malam bersama keluarga Suaminya, ia memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar.
"Oh iya Num, kamu sudah mendapatkan kabar jika suamimu malam ini tidak pulang?" tanya Papah mertua.
"Tidak Pah, Mas Tama belum memberikan Hanum kabar apapun sampai saat ini!" jawabnya.
"Ish...dasar kebiasaan anak itu, sudah tahu sekarang dia telah memiliki seorang istri, kenapa tidak memberikan kabar sebelumnya!" keluhnya sambil berkacak pinggang.
"Mungkin Mas Tama lupa Pah!" jawab kembali Hanum, kali ini ia berusaha membela Suaminya.
"Betul apa yang di katakan oleh Hanum, Pah! Apalagi Tama kan belum terbiasa!" sambung ibu mertua yang ikutan membela putranya.
"Yasudah, kali ini Papah mengerti dengan keadaan putra kita, dan sepertinya malam ini Tama tidak pulang ke rumah, karena ada operasi gabungan untuk penggrebekan jaringan pelaku kriminal yang sudah lama menjadi target polisi di kawasan Priuk, tadi saya mendapatkan kabar dari Mabes, sebaiknya kau berdoa untuk keselamatan suamimu Num, kalau begitu kau istirahatlah di kamar!" perintahnya.
Hanum pun mengangguk pelan, dn kemudian bergegas menuju kamar tidurnya.
Mendengar penjelasan dari Papah mertuanya barusan, Hanum pun merasa khawatir akan keselamatan suaminya, dan hampir semalaman suntuk ia tidak bisa memejamkan kedua bola matanya, rasa cemas serta khawatir terus saja menghantui dirinya.
'Semoga kau selalu berada dalam lindungan Allah, Mas!' doanya dalam hati.
Baru saja Hanum bisa tertidur dengan pulas, tiba-tiba saja ada seseorang yang telah membuka pintu kamar, dan seseorang tersebut menerobos masuk ke dalam, Hanum sampai tercekat ketika mendengar suara pintu kamar di buka cukup kasar, kemudian selewat ia melihat sosok pria brewokan pergi menuju kamar mandi, sontak Hanum pun buru-buru mengenakan hijab dan juga cadarnya, kali ini ia benar-benar merasa takut akan sosok pria asing yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, kemudian Hanum mencoba bersembunyi di balik gorden jendela, saat pria brewokan tersebut keluar dari dalam kamar mandi.
Pria brewokan tersebut malah berdiri di depan pantulan cermin.
"Hadeuh....merepotkan sekali kalau harus berpenampilan seperti ini!" keluh si pria brewokan.
Hanum sendiri merasa tidak asing akan suara pria tersebut dan ia mencoba untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
"Hey, keluar kau dari balik gorden, kenapa kau berada di situ hah? Kau kira aku hantu sampai kau bersembunyi di sana?" sungutnya sambil membentak.
Dan Hanum pun tersadar jika pria yang memiliki brewok tersebut adalah suaminya, akhirnya ia mencoba mendekat ke arah pantulan cermin, di lihatnya suaminya sedang berusaha melepaskan brewok di sekitar dagunya serta kumis tebalnya.
"Mas Tama ngapain berpenampilan seperti ini? Mas tidak sedang melakukan adegan syuting film kan?" tanyanya dengan tampangnya yang polos.
Tama hanya menggeleng lalu menghela nafasnya secara kasar.
"Ini namanya penyamaran, di saat operasi penggrebekan, identitas asliku jangan sampai ketahuan oleh para pelaku, faham kamu?"
Hanum pun mengangguk pelan, ia baru tahu jika pekerjaan suaminya seperti ini.
Kemudian Tama membalikan tubuhnya, di tatapnya wajah istrinya yang masih mengenakan cadar, Tama hanya bisa menatap dua bola mata sang istri yang menurutnya begitu menarik.
"Kau harus siap jika seandainya aku gugur di medan perang dan pulang tak bernyawa, hanya tinggal jasadku saja yang kembali ke rumah ini!" tegasnya mencoba menjelaskan kembali kepada sang istri.
'Aku sudah tahu hal itu Mas Tama, itu sebabnya aku tidak suka menikah dengan seorang abdi negara, rasanya aku tidak akan sanggup jika pria yang aku cintai harus gugur begitu saja!' jawabnya dalam hati.
"Yasudah, sebaiknya kau tidur! Ini sudah tengah malam, kali ini aku mengizinkan kau tidur di atas tempat tidurku."
Hanum sempat terkejut atas perkataan suaminya, ia pun mematuhi apa yang di perintahkannya.
Saat Hanum kembali tidur ke atas tempat tidur, rupanya sang suami lebih memilih tidur di atas kursi Sofa.
Keesokan harinya.
Menjelang subuh, Hanum sempat merasakan sesuatu yang berat dari atas perutnya, dan saat ia mencoba membuka kedua kelopak matanya, ia sangat terkejut ketika melihat sosok suaminya berada di sampingnya sambil memeluk dirinya seperti sebuah guling.
"Aaarrrkkkhhhh.....!" teriak Hanum cukup menggema di dalam kamar.
Sontak Tama pun sampai terbangun dari tidur lelapnya.
"Hei wanita udik, berisik sekali kamu hah! Ganggu aku tidur saja!" bentaknya dengan mata yang menyipit, kali ini Tama benar-benar sangat mengantuk.
"Mas Tama kenapa berada di atas tempat tidur? Bukannya semalam kamu tidur di sofa?" tanyanya merasa heran
"Sudah, diam kamu! Jangan kebanyakan protes! Lagian ini tempat tidurku, jadi terserah dong aku mau tidur dimana? Hoooaaammm...!" jawabnya dengan mata terpejam. Kemudian Tama melanjutkan tidurnya kembali.
Sedangkan Hanum, ia tidak habis pikir suaminya telah tidur di sebelahnya bahkan sampai memeluknya.
'Dasar pria mesum, bilangnya tidak suka padaku, tapi malah mengambil kesempatan seperti ini, huft...!' keluhnya dalam hati
Bersambung....
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Nar Sih
kata nya ngk mau tidur bareng hanum tpi nyata nya...hahaha 😂😂butuh guling hidup
2025-04-10
1
Ma Em
Tama kamu pasti akan menyesal karena sdh mengabaikan Hanum .
2025-04-10
1
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
dasar suami yg nggak mau bersyukur kerana mendapat istri seperti Hanum cantik lg solehah..
2025-04-11
0