Merasa bersalah

Hanum terus saja memandangi wajahnya di depan pantulan cermin, kemudian ia memejamkan kedua bola matanya, ia kembali teringat dengan kejadian barusan.

'Jadi seperti ini rasanya sebuah ciuman pertama? Kenapa Mas Tama melakukan hal ini padaku? Bukankah ia begitu membenciku? Ya ampun aku baru teringat jika malam ini ia telah berani menatapku, dan ia baru tersadar jika aku bukanlah wanita buruk rupa yang selama ini ia pikirkan!' ucapnya dalam hati.

Hanum mencoba menepuk-nepuk kedua pipinya, agar ia segera tersadar dengan apa yang telah terjadi barusan, menurutnya itu semua hanyalah sebuah ketidaksengajaan, dan ia berusaha untuk bisa melupakannya, meskipun cukup sulit karena ini adalah pengalaman pertamanya.

Lain halnya dengan Tama, ia terus saja menjambak rambutnya, ia pun sangat menyesali dengan tindakannya barusan dan terus mengatai dirinya sendiri dengan sebutan bodoh, sampai akhirnya Tama memilih untuk tidur di kursi Sofa berharap bisa melupakan kejadian barusan, dan tidak akan pernah terulang kembali.

Hampir lebih dari sepuluh menit Hanum berada di dalam kamar mandi, akhirnya ia memutuskan untuk keluar, ia pun merasa canggung jika berhadapan langsung dengan suaminya saat ini.

Beruntungnya Tama sudah tertidur pulas dengan tubuhnya yang telah di tutupi oleh selimut tebal, dan Hanum pun merasa lega.

Akhirnya Hanum memutuskan untuk segera tidur.

Keesokan harinya.

Seperti biasa setelah melaksanakan kewajibannya, Hanum mulai memasak di dapur, di bantu oleh Bik Inah.

"Aduh Non, kalau sampai Tuan besar tahu, bisa di pecat nanti Bibi! Sudah ya biar Bibi saja yang masak!" ucap Bi Inah merasa cemas.

"Tidak apa-apa Bik, aku sudah terbiasa masak untuk Abi dan Umi waktu di kampung, lagian Papah dan Mamah tiga hari lagi baru pulang dari Palembang!" jawab Hanum sambil mengaduk masakannya di atas wajan.

"Yasudah Non, beruntung sekali ya Den Tama bisa mendapatkan istri secantik dan sebaik Non Hanum!" ujar Bi Sumi menatap kagum Hanum tanpa menggunakan cadarnya, mengingat di dapur ini tidak ada siapapun selain mereka berdua.

Setelah selesai memasak, Hanum mencari keberadaan suaminya di dalam kamar, namun sayangnya ia tidak mendapatinya di sana.

'Loh, kemana perginya Mas Tama?" tanya Hanum mulai mencemaskannya

Kemudian perlahan ia membuka gorden jendela kamar tidurnya, di lihatnya Suaminya sedang bersama dengan adiknya dan sedang berbicara serius, kini keduanya berada di taman depan, dimana Riana baru saja pulang setelah semalaman ia tidak kembali ke rumah karena adanya tugas dari kampus yang cukup banyak, sehingga memaksanya menginap di rumah temannya, dan sepertinya Tama tidak suka jika adiknya menginap di rumah temannya meskipun demi menyelesaikan tugas dari kampusnya.

Lalu Hanum bergegas untuk menemui mereka berdua, setibanya di taman depan, Tama sempat terkejut atas kedatangan Hanum yang secara tiba-tiba.

"Kak Hanum tolong aku." Rengek Riana.

"Kamu kenapa Ana?"

"Aku dimarahi oleh Mas Tama, padahal aku tidak pulang demi menyelesaikan tugas akhir semester." jawabnya sembari menggandeng tangan sang kakak ipar.

Tama pun seolah tidak bisa berkutik saat Ana meminta perlindungan dagi Hanum.

"Sebaiknya Mas Tama jangan memarahi Riana dulu, coba tanya baik-baik dan cari tahu kebenarannya, aku yakin jika Ana berkata jujur!" jawabnya membela Ana.

"ck..tapi tetap saja seorang anak gadis tidak pantas menginap, kau jangan membelanya Num!" balas Tama, kali ini ia enggan untuk memandang wajah sang istri, yang ada ia akan kembali teringat peristiwa semalam.

"Mas Tama nyebelin!" cetus Riana yang kemudian menghentakkan kedua kakinya serta mengerucutkan bibirnya karen kesal.

"Ayo kak Hanum, kita pergi dari sini! Mas Tama benar-benar nyebelin." ajak Riana.

"Kamu duluan saja Ana, nanti aku segera menyusul!"

Ana pun mengangguk pelan, lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Tama, kini memilih untuk duduk di kursi taman, dan Hanum mencoba duduk di sebelahnya.

"Mas Tama sudah sarapan belum?" tanya Hanum tidak berani menoleh ke arah samping dimana suaminya berada.

Tiba-tiba saja Tama malah berdehem, sepertinya ia mulai merasa gugup saat berada di dekat Hanum.

"Belum Num, aku belum lapar! Memangnya kenapa?"

"Aku sudah buat sarapan buat kamu dan juga Riana, mumpung masih hangat

 "ayo sebaiknya kita sarapan dulu." ajak Hanum dengan suaranya yang lembut.

Kemudian Tama menoleh lalu menatap istrinya.

"Num, boleh aku tanya sesuatu padamu?"

"Mas Tama mau tanya apa sama Hanum?" tanyanya yang kemudian memberanikan diri menatap wajah suaminya, entah kenapa ia merasakan debaran yang aneh.

"Kenapa kau masih saja bersikap baik padaku, setelah apa yang sudah aku lakukan padamu, apakah kau tidak merasakan sakit hati atas perlakuanku selama ini padamu?"

Kemudian Hanum mencoba menghela nafasnya sejenak untuk bisa menjawab pertanyaan dari Suaminya.

"Jujur sedari awal aku mengenalmu dan menikah denganmu, aku merasakan kesal atas semua sikapmu padaku, tapi aku berusaha untuk bisa menerimanya, disini aku harus tahu posisiku, kedua orangtuaku selalu mengajarkan aku untuk menjadi wanita yang memiliki sifat Akhlakul Karimah, walau sebagaimana aku di sakiti oleh siapapun, aku harus berbesar hati untuk bisa memaafkannya, dan setiap apa yang sudah Mas Tama lakukan terhadapku, termasuk yang semalam, aku berusaha untuk melupakan semuanya, aku hanya ingin menjadi istri yang solehah untuk suamiku, karena saat ini surgaku ada padamu, dan Mas Tama adalah ladang pahalaku, jadi sudah menjadi kewajibanku untuk selalu bersikap baik dan patuh."

Deg!

Entah kenapa setelah Hanum berkata seperti itu, dirinya semakin diselimuti rasa bersalah, andai waktu bisa ia putar kembali, mungkin ia tidak akan terburu-buru untuk menikahi Bella, Tama merasa telah mengkhianati Hanum, dan sungguh pengkhianatan yang teramat sulit untuk di maafkan, sejenak Tama langsung terdiam, ia merenungi kesalahan yang sudah ia perbuat terhadap wanita sebaik Hanum.

......................

Gold Fashion Studio

"Ibel, kau harus cari cara agar Pak produser memperpanjang kontrakmu, kau tahu kan jika posisimu saat ini telah terancam dan akan di ganti oleh pemain baru!" ujar Sinta, Assistennya.

"Sudahlah kau diam saja Sin, aku sudah tahu kok apa yang di inginkan oleh Pak Max, minggu kemarin ia sempat menawarkan sesuatu padaku, dan setelah urusanku selesai minggu-minggu ini, aku putuskan untuk menerima tawarannya, bahkan jika aku mengikuti semua keinginannya, aku akan di promosikan untuk mengikuti casting di Thailand, bayangkan kalau aku main drama di sana San?" imbuhnya tersenyum puas.

"Kau hebat Bella, aku akan selalu mendukungmu, jangan pernah kau melupakan aku, lantas kalau kau jadi main drama disana, bagaimana dengan suami rahasiamu?" tanya kembali Sinta dengan suara yang pelan.

"Sttt....itu hal mudah yang bisa aku atur, kau kan tahu jika suamiku begitu tergila-gila padaku, apa yang aku minta pasti akan ia kabulkan, dan aku pun tidak akan kesulitan saat memintanya untuk memberikan aku izin bekerja di sana, bagiku karir adalah prioritas utamaku, masalah yang lainnya aku tidak peduli!" ucapnya yang telah dikuasai oleh ambisinya.

Bersambung...

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Terpopuler

Comments

partini

partini

ga usah merasa bersalah istri mu itu biar di sakiti sampai berlumur darah ga bakalan marah,benci apa lagi minta cerai ga bakalan percaya deh
wanita Solehah gitu loh

2025-04-11

4

Ma Em

Ma Em

Tama wanita pilihanmu yg kamu cintai ternyata hanya jalang yg mau menjajakan dirinya demi ambisi yg Bella inginkan semoga kelakuan Bella segera diketahui oleh Tama dan Hanum istri solehah segera tau kelakuan Tama yg sdh menikah lagi dgn Bella.

2025-04-11

3

Atip Suryana

Atip Suryana

jika suatu saat nanti kamu tau yang sebenarnya kelakuan s Marbella aku pastikan aku akan tertawa jahat untuk mu pa Kombes

2025-04-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!