Seminggu setelah Komjen Cahyo Pradipta mengumumkan soal rencana perjodohan putranya dengan putri dari sahabatnya, tepatnya hari ini mereka akan mengadakan acara lamaran, mengingat rumah sang sahabat berada di luar kota, ia pun beberapa kali mengingatkan putranya agar bisa mengambil cuti selama dua hari, dan tentunya Tama menuruti semua kemauan Papahnya.
"Tama putraku, ingat pesan Papah, jangan pernah sedikitpun kau mengecewakanku, kau tahu apa konsekuensinya jika kau sampai melanggarnya?" ucapnya terkesan seperti mengancam.
Tama hanya bisa menghela nafasnya secara kasar.
'Pah, kau ini Papahku atau atasanku? Perintahmu seolah menganggap aku hanyalah bawahanmu semata.' keluhnya dalam hati.
"Papah tenang saja, Tama janji tidak akan mengecewakan Papah, jadi Papah tidak usah khawatir." jawabnya datar.
Pak Cahyo pun tersenyum senang, saat putranya berkata seperti itu, begitu pun dengan istrinya.
Sedangkan Riana, ia malah merasa kasihan terhadap kakaknya yang seolah mendapatkan tekanan dari sang Papah.
................
Pondok Pesantren Darussalam
Hari ini adalah hari yang biasanya sangat di tunggu-tunggu oleh pasangan yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan, yakni acara lamaran yang di laksanakan secara sederhana di lingkungan pondok pesantren milik Abi Zakaria.
Hanum sendiri malah tetap sibuk mengajar ilmu tajwid kepada anak-anak yang usianya di bawah sepuluh tahun.
Dari lubuk hatinya yang paling dalam, entah mengapa tidak ada rasa bahagia sedikitpun di dalam benaknya, acara lamaran kali ini benar-benar tidak ia harapkan samasekali.
"Num, kok kamu masih mengajar sih? Bukannya siap-siap gih sana!" ucap Ayu, teman satu profesi Hanum sekaligus sahabat dekatnya.
"Memangnya gak boleh kalau aku masih ingin mengajar di sini?" tanya balik Hanum.
"bukannya gak boleh Num, hari ini kan hari bahagiamu, kau akan di lamar oleh kang Mas mu loh!"
Hanum malah menghela nafasnya sejenak
"suatu pernikahan yang samasekali tidak aku harapkan Yu!"
"hush, kamu gak boleh ngomong kaya gitu, apa kau masih menyukai Gus Adam?"
Seketika Hanum langsung diam membisu dan enggan berkomentar apapun, entah kenapa mendengar nama Gus Adam, hatinya begitu sakit.
Kini keluarga sang calon suami telah tiba di Pondok Pesantren Darussalam. Kedatangan mereka di sambut hangat oleh keluarga besar Abi Zakaria.
"Assalamualaikum Kyai Zakaria!" sapa Pak Cahyo dan juga Istrinya.
"Waalaikumsalam Komjen Cahyo Pradipta sahabatku, Alhamdulillah kau dan keluargamu tiba di sini dengan selamat. " jawab Abi Zakaria.
Kemudian Tama dan juga Riana turun dari dalam mobil, dan keduanya langsung mencium tangan Abi Zakaria secara takzim, Tama pun masih ingat akan sosok Abi Zakaria yang pernah menjadi gurunya saat dirinya mondok selama tiga tahun di sini, sebelum dirinya melanjutkan sekolah Akademi polisi.
"Masya Allah, apa ini Aditama Putra Pradipta, putramu yang pernah mondok di sini, Pak Cahyo?"
"Betul sekali Kyai Zakaria, ini adalah Tama, putra kebanggaanku." jawabnya sambil merangkul putranya.
"Wah, putramu tampan dan juga gagah! Pantas kau begitu bangga padanya!" jawabnya
"Dan ini pasti Riana? Kau dan Hanum itu seumuran, dulu waktu kecil kalian selalu bermain bersama, apakah kau masih ingat?" tanya Abi Zakaria kepada Riana.
"Masih Abi, tapi cuma sedikit yang Ana ingat!" jawabnya langsung tertunduk.
"Tidak apa-apa Nduk, itu wajar kok, karena sudah sepuluh tahun kalian tidak pernah bertemu lagi."sambung umi Syarifah yang langsung menggandeng tangan Riana untuk segera masuk ke dalam.
Sedangkan Pak Cahyo beserta istrinya sudah berada di dalam rumah lebih dulu bersama Abi.
Tama mengedarkan pandangannya ke arah sekitar pondok pesantren, ia jadi teringat saat dirinya mondok di tempat ini, baginya di tempat ini ia merasa jenuh.
"Apakah wanita yang akan di jodohkan oleh Papahku itu si wanita yang banyak jerawatnya? Aish...aku yakin jika saat ini pun wajahnya masih sama seperti dulu, sebaiknya aku tidak usah melihat tampangnya, sudah kebayang seperti apa!" keluhnya sambil membuang nafasnya secara kasar, rasanya ia seperti mimpi buruk di jodohkan dengan wanita itu.
Dan akhirnya Tama memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
"Umi, kenapa Hanum masih belum pulang juga? Apa dia tidak serius dengan perjodohan ini?" Kali ini Abi Zakaria tampak kecewa dengan putri bungsunya.
"Sabar Abi, mungkin sebentar lagi Hanum pulang!" balas Umi Syarifah
Dan benar saja, Hanum pun akhirnya tiba di pekarangan rumahnya, ia tampak gugup saat melihat sebuah mobil berwarna putih dengan plat kota B.
"Itu pasti dia, Ya Allah.. kuatkan lah hatiku ini!" ucapnya bermonolog.
Kini Hanum mencoba untuk bisa tenang, ia terus saja mengelus dadanya sambil menghela nafasnya.
Langkahnya kini tertuju ke arah pintu masuk ruang tamu.
"Assalamualaikum..!" sapa Hanum
"Waalaikumsalam!" jawab seisi ruang tamu secara serempak, semua mata tertuju padanya. Sedangkan Tama sepertinya ia enggan menoleh, dirinya malah fokus dengan benda pipih miliknya.
Hanum sempat melirik ke arah Tama yang tidak merespon dan malah sibuk sendiri, Hanum pun sempat kesal di buatnya.
"Jadi ini Hanum ya?" tanya Pak Cahyo dengan bola matanya yang berbinar.
"Benar Pak!" jawabnya tertunduk malu, lalu Hanum mencium punggung tangan calon Papah dan ibu mertuanya.
"Wah, Hanum pake cadar ya! Pasti aslinya sangat cantik!" puji Bu Kiran.
Saat mendengar kata cadar, Tama baru tersadar jika calon istrinya sudah berada di hadapannya saat ini, ia sempat menoleh sejenak, lalu membuang pandangannya ke arah lain.
'Sudah ku duga, ternyata si wanita jerawatan ini sengaja memakai cadar untuk menutupi wajahnya yang jelek!' ucapnya dalam hati.
Sedangkan Hanum hanya cukup sekali melihat wajah calon suaminya, ternyata calon suaminya adalah pria yang dulu sering mengatai dirinya si wanita jelek, sekitar sepuluh tahun yang lalu.
Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana, cukup di hadiri oleh kedua orangtua masing-masing mempelai wanita dan laki-laki, dan sisanya hanya ada sebagian keluarga dari Abi Zakaria yang ikut menyaksikan acara lamaran tersebut, dan sudah di putuskan jika tiga Minggu lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan.
Dan kedua calon pengantin harus mempersiapkan untuk sidang BP4R yakni sidang badan pembantu penasihat perkawinan perceraian dan rujuk yang wajib di ikuti oleh anggota Polri dan juga calon pengantinnya. Sidang ini juga di sebut sebagai nikah kantor.
Dan mau tidak mau, baik Tama dan juga Hanum harus siap, mengingat menikah dengan seorang abdi negara itu tidaklah mudah, banyak proses yang harus mereka jalani.
Kini Hanum telah resmi di lamar oleh Kombes Aditama Putra Pradipta yang saat ini bertugas di Mabes Polri direktorat reserse kriminal umum.
"Alhamdulillah akhirnya acara lamaran ini berjalan dengan lancar, Hanum calon menantuku, setelah kau dan putraku menikah,kalian akan tinggal di rumah kami, anggaplah rumah kami seperti rumahmu di sini!" ucap Komjen Cahyo yang terlihat sangat bahagia karena keinginannya hampir saja terwujud.
Mendengar Hanum dan dirinya akan tinggal satu atap bersama kedua orangtuanya, Tama mulai mengajukan protes.
"Maaf Pah, tapi Tama sudah menyiapkan rumah untuk nanti kita tempati bersama, Tama hanya ingin mandiri dan tidak bergantung terhadap orang tua maupun mertua!" jawabnya tegas.
Sontak pak Cahyo dan istrinya tersenyum bahagia."Baguslah Putraku, itu artinya kau adalah suami yang bertanggung jawab, Papah berdoa semoga pernikahan kalian langgeng sampai kakek dan nenek ya!" ucapnya penuh harap.
Tama pun langsung terdiam.
'Maaf Pah, sepertinya Tama tidak bisa menjamin semua itu, karena Tama juga harus menepati janji dengan wanita lain.' ujarnya dalam hati.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Tama di awal sudah menunjukkan tidak suka pd bakal istrinya. Hanum pasti cantik dan Tama akan menyesal nnti.
2025-04-10
1
Nurhayati Nia
jangan sombong dulu pa kombes ntar kamu nyesel lho kao dah tau wajah cantik hanumm
2025-04-09
1
Nar Sih
seperti nya cerita hanum sedih ya kak dijodoh kan dan di piligami😭
2025-04-08
2