Sepak terjang seorang Aditama

Setelah kepergian Hanum, Tama mulai di sibukkan lagi dengan pekerjaannya. Kali ini ia memimpin rapat gabungan mengenai kasus yang saat ini sedang ia tangani, menurut beberapa laporan yang ia dapat, kasus prostitusi online yang kian marak terutama dari kalangan artis, banyak yang terlibat dengan bisnis haram ini, dan sudah banyak juga masyarakat yang resah atas kasus ini.

"Jadi bagaimana kelanjutannya Pak Kombes?" tanya Briptu Dito.

"Besok malam, tepatnya sepuluh menit sebelum menjelang tengah malam, kita akan melakukan operasi penggrebekan di Hotel Panama, tepatnya di daerah Jakarta Utara, dan saya sudah mengantongi beberapa bukti kejahatan para pelaku, sudah di pastikan kalau Nyonya Janet adalah seorang germo atas kasus ini, lalu ada juga beberapa produser serta p*jabat negara yang menjadi salah satu pelanggan anak asuhannya, saya harap rencana penggrebekan ini jangan sampai bocor, agar para pelaku tidak melarikan diri." perintahnya.

Para anggota Polisi yang lainnya termasuk Kompol Damar dan juga Briptu Dito sudah sangat faham dengan apa yang telah di jelaskan oleh Kombespol Aditama.

Dan Tama beserta anggota lainnya mulai mengatur strategi penggrebekan para pelaku kejahatan prostitusi online.

......................

Menjelang sore hari, setelah melaksanakan solat ashar, Hanum dan Ibu mertuanya sedang menikmati secangkir teh di taman belakang.

"Wah, rupanya di taman ini begitu banyak bunga-bunga indah bermekaran." ucapnya menatap kagum.

Sang ibu mertua malah tersenyum saat melihat menantunya sangat menikmati keindahan taman bunga miliknya.

"Hanum suka ya sama bunga?"

"Suka sekali Mah, apalagi bentuk dan warnanya sangat bagus dan juga indah." jawabnya yang terus menatap sekeliling taman.

"Nanti saat kau dan Tama pindah rumah, akan Mamah berikan beberapa bunga di taman ini untuk kau tanam di halaman rumah kalian." ujarnya.

Mendengar Mamah mertuanya berkata seperti itu, Hanum sangat senang sekali, ia pun membayangkan halaman rumahnya nanti telah di penuhi oleh indahnya bunga yang bermekaran.

"Terimakasih Mah, Hanum sangat senang sekali!" jawabnya sambil menggenggam erat tangan Ibu mertuanya.

Tidak lama kemudian, Riana tiba dan ia bergegas mencari keberadaan sang kakak ipar.

"Kak Hanum!" panggilnya dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Iya Ana, ada apa?" tanya Hanum menatap heran sang adik ipar.

Tiba-tiba saja lidahnya Ana mendadak kelu untuk mengatakan soal wanita yang tadi bersama dengan kakaknya.

"Loh, kok kamu malah diam, Ana?" tanya sang Mamah.

"i itu, gak jadi mah! Aku mendadak lupa ingin menyampaikan sesuatu untuk kak Hanum." jawabnya berbohong.

"Riana... Riana, masih muda kok sudah pelupa!" tukasnya, kemudian Ibu Kiran tertawa kecil begitupun dengan Hanum.

'Sebaiknya aku menanyakan langsung kepada kak Tama saja, aku ingin tahu penjelasan darinya, sebelum aku mengatakan kejadian tadi kepada Kak Hanum, kalau seandainya Kak Tama ketahuan selingkuh dengan wanita itu, aku akan laporkan langsung sama Papah!' ancamnya dalam hati.

Setelah azan isya, akhirnya Aditama tiba di rumah kedua orangtuanya, wajah lelahnya terlihat begitu jelas, namun saat Hanum datang menyapanya, entah kenapa ia merasa senang.

"Mas Tama tumben pulangnya cepat?" tanya Hanum sembari meraih tas kerja milik suaminya.

"Mas lagi kurang enak badan Num, mangkanya minta izin pulang lebih awal, karena besok Mas tidak akan pulang ke rumah, soalnya ada tugas besar dari kantor." tuturnya.

"apa Mas sudah periksa ke Dokter?" tanyanya sedikit khawatir.

Tama hanya menggeleng pelan dengan tatapan serius ke arahnya.

"Mas gak perlu berobat ke Dokter, cukup di rawat sama kamu saja bisa sembuh kok!" entah kenapa Tama malah mengeluarkan gombalan recehnya terhadap Hanum.

Riana yang mendengar kakaknya berkata seperti itu, ia malah terlihat kesal, apalagi saat ia teringat kembali peristiwa tadi siang, rasanya Riana sudah tidak sabar untuk segera menanyakan ada hubungan apa antara Kakak nya dengan wanita yang memilik nama Bella.

Dan tentunya Riana menunggu waktu yang tepat agar bisa berbicara empat mata dengan sang Kakak.

Kini Tama dan Hanum berada di dalam kamar mereka, setelah Tama selesai mandi dengan air hangat, ia mencoba merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sedangkan Hanum, ia malah memilih duduk di kursi sofa, kali ini Hanum benar-benar menjaga jarak dengan suaminya.

Melihat hal itu, Tama menjadi sedikit kecewa, ia terus saja menatap sang istri yang sedang diam menyendiri di sana.

"Num, kenapa kau malah duduk disana? Kemarilah, temani aku di sini?" pintanya sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya.

Hanum pun langsung tercekat, bahkan sampai menelan ludahnya.

"A apa, a aku duduk di atas tempat tidur?" tanyanya sampai terbata.

"Iya Num, aku sedang sakit..masa kau tega duduk berjauhan seperti itu? Memangnya kau tidak mau mengurus suamimu ini?"

Hanum malah kembali diam mematung, ia takut peristiwa malam itu terjadi lagi, dan Hanum takut jika suaminya meminta haknya, rasanya ia belum siap melakukan hal itu, apalagi ia tahu jika suaminya tidak mencintainya.

"Ayo cepat kesini, apa kau tidak takut di laknat oleh para malaikat karena kau tidak patuh terhadap suamimu?" pintanya mengancam, kali ini Tama benar-benar sudah kehabisan kata-kata untuk membujuk istrinya.

Karena takut akan perkataan suaminya dan memang benar adanya, akhirnya Hanum bangkit dari atas kursi sofa, lalu melangkah pelan menuju ranjang tempat tidur.

Setelah berada di samping suaminya, tiba-tiba Tama mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya yang ia taruh di atas lemari nakas samping tempat tidur.

"Ambil ini Num!" ujarnya sembari memberikan benda berbentuk kartu.

"Apa ini Mas?" tanya Hanum tidak faham maksud dan tujuan suaminya memberikan benda itu padanya.

"Itu kartu ATM Num, setiap bulannya uang gajiku akan masuk kedalam rekening ATM itu, dan kau berhak untuk memegang kartu ATM milikku karena kau adalah istriku, belilah apapun yang kamu mau!" imbuhnya.

Deg!

Hanum benar-benar dibuat terkejut dan tidak percaya atas apa yang sudah di lakukan oleh suaminya.

"Mas yakin mau memberikan ini untukku?" tanyanya masih ragu.

"iya istriku, sangat yakin! Gunakan uang itu sebaik mungkin ya Num, karena itu sudah menjadi hakmu!" ujarnya sembari menatap lekat wajah sang istri.

Hanum pun memberanikan diri membalas tatapan suaminya, kini kedua mata mereka saling bertemu, dan entah ada dorongan apa, Tama berusaha semakin mendekatkan tubuhnya kepada Hanum dan kali ini Hanum hanya diam membisu, seolah ia pun memberikan lampu hijau kepada Suaminya untuk melakukan apa yang ia mau.

"Num.." ucapnya, dengan kedua tangannya yang telah mencangkup wajah Hanum.

"i iya Mas!" jawabnya gugup.

"Tolong maafkan aku, aku sudah bersikap tidak adil padamu, dan...aku telah membuatmu kecewa!" rasanya Aditama ingin menjelaskan apa yang telah ia lakukan di belakang istrinya, suatu penyesalan yang teramat dalam dan semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Mas, untuk apa minta maaf, aku kan sudah pernah bilang jika aku sudah memaafkan semua kesalahanmu, lantas kesalahan mana lagi yang tidak aku ketahui Mas?" tanyanya masih dengan posisi menatap sendu sang suami, wajahnya terlihat jelas penuh rasa penyesalan. Tama sendiri sangat bingung akan perasannya kali ini, baginya kejadian ini patut dijadikan pembelajaran untuknya, ia terlalu naif saat beranggapan wajah Hanum yang buruk rupa, namun pada kenyatannya setelah ia tahu, Hanum telah menjelma menjadi seorang wanita yang cantik jelita, harusnya sedari awal ia bisa bersikap lebih bijak.

tanpa disadari dalam keheningan malam, ini kali kedua bibir keduanya saling menyatu.

'Mas Tama kenapa kau melakukan ini lagi padaku? Bagaimana kalau seandainya aku jatuh hati padamu, lantas apakah kau juga memiliki perasaan yang sama terhadapku?' batinnya mulai bimbang

saat Tama berusaha melepaskan pengait bra milik istrinya, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mereka.

"Mas Tama, bisa kita bicara sebentar!" ujar Riana dari balik pintu kamar. Tama pun merasa kesal atas tindakan adiknya, padahal sebentar lagi ia akan mendapatkan Hanum seutuhnya, tapi sepertinya malam ini akan gagal, Hanum pun buru-buru mengancingkan pakaian tidur bagian atas yang sempat terbuka lebar akibat ulah suaminya.

"Iya Ana, sebentar!" sahut Hanum yang tergesa-gesa mengambil hijab instannya.

'kenapa malah Hanum yang menjawabnya? sepertinya Hanum mencoba menghindar dariku agar aku tidak bisa berbuat macam-macam padanya!' batinnya mulai menaruh curiga.

Bersambung...

⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Hanum jgn terlena dulu dgn kata2 Tama takutnya setelah Hanum tau Tama sdh mendua Hanum merasa sakit hati dan berpisah sgn Tama kalau Hanum sdh menyerahkan harta yg paling berharga yg ada diri Hanum takut nya akan jadi penyesalan Hanum lebih baik jaga jarak dulu sebelum Tama benar2 lepas dari Bella itupun kalau Hanum msh mau memaafkan Tama.

2025-04-13

2

Sunaryati

Sunaryati

Hanum menyerahkannya mahkotamu dulu, jangan hanyut oleh rayuannya, aku tak mendukungmu. Aku ingin tetap kamu masih virgin ketika pernikahan siri Tama dan Bella terbongkar, dan akan kasi vote tiap up dan nilai 5 bintang, tapi jika kau terlena dan menyerahkan pada polisi tak punya adap itu, langsung berhenti mengikuti kisahmu

2025-04-13

1

Nar Sih

Nar Sih

kasihan kmu tama ngk jdi kan mau asyik,,dgn hanum ,untung ada ana yg dtg jdi selamat deh hanum dan tetep msih suci,lanjut kakk👍

2025-04-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!