Dengan langkah yang cepat Riana segera menghampiri sang Kakak, namun sialnya Tama dan Bella buru-buru membubarkan diri, dimana Bella pergi ke arah kanan sedangkan Tama ke arah kiri, karena Riana begitu penasaran akan siapa sosok wanita yang dengan beraninya mendekati kakaknya, akhirnya ia memutuskan untuk membuntuti wanita tersebut alias Bella.
Sedangkan Tama, ia langsung menyebrang ke arah sebrang jalan, dan bergegas untuk menemui Hanum.
Hanum yang sedang duduk di kursi taman belakang Mabes, di bawah pohon beringin yang sejuk, dengan setianya ia menunggu sang suami datang, bahkan sekali kali ia tersenyum dengan bekal kotak makan siang yang ia bawa.
Damar yang sedari tadi menyaksikan sikap Hanum, terbesit rasa kasihan padanya.
'Kau tega Aditama, wanita solehah dan sebaik ini kau duakan dengan wanita j*lang seperti Bella, kau telah di butakan oleh cinta wanita itu, dasar artis rendahan tidak jelas.' umpatnya dalam hati.
Damar sendiri sangat menginginkan calon istri seperti Hanum, yang bisa menjaga marwahnya sebagai wanita yang sudah bersuami, bahkan saat bersamanya saat ini Hanum tidak berani untuk menatap dirinya, rupanya Hanum selalu menjaga pandangannya terhadap lawan jenis, dan itu semua telah membuat Damar semakin kagum akan sosok wanita bercadar di sampingnya.
'Aku yakin, di balik cadarmu itu...kau adalah sosok wanita yang sangat cantik seperti bidadari, beruntung sekali kau Tama, andaikan aku berada di posisimu, aku pastikan akan selalu menyayanginya sepenuh hati, bahkan tidak akan pernah aku membiarkannya tersakiti sekecil apapun.' ungkapnya kembali dalam hati.
Damar terus saja memandang dengan tatapan lembut ke arah Hanum, tanpa di sadari Tama melihat hal itu, dan ia pun seolah tidak terima istrinya di perlakukan seperti itu oleh Damar.
"Dam, ngapain kamu masih di sini?" tanya Tama sambil menatap tidak suka ke arahnya
Sedangkan Hanum, hatinya seolah bergetar ketika sosok pria yang sedari tadi ia tunggu kini tepat berada di hadapannya.
"Sudahlah, sebaiknya aku pergi dari sini, perutku sudah sangat lapar." jawabnya kesal, ia pun melengos pergi begitu saja.
Kemudian netranya kini beralih ke arah Zara, ia pun menatap lekat wanita bercadar yang sedang tertunduk malu, dilihatnya Hanum sedang menggenggam sesuatu, seperti kotak bekal makan siang.
Lalu Tama duduk di samping istrinya kali ini ia sengaja duduk berdempetan, dan membuat Hanum semakin tidak karuan dibuatnya, Hanum pun mencoba untuk bergeser kesamping, menyadari hal itu, Tama malah tersenyum tipis dibuatnya.
'Sepertinya, setelah kejadian malam itu, kau seolah menjaga jarak denganku, Num! Ada apa sebenarnya dengan dirimu?" tanyanya dalam hati.
"Tumben Num datang ke sini?"
"Emmhhh...a aku di suruh Mamah antarkan ini untukmu Mas!" jawabnya gugup dan sembari memberikan kotak bekal makan siang.
"Jadi Papah sama Mamah sudah pulang dari palembang?"
"Sudah Mas, dan Mamah membawakan pindang ikan patin untukmu, katanya ini dimasak langsung oleh Neneknya Mas Tama.
Dengan mata yang berbinar, Tama langsung meraih kotak bekal makan siang tersebut, dan ia buru-buru membukanya, saat penutup makanan tersebut ia buka, aroma pindang ikan patin begitu wangi dan menggugah. seleranya.
"Wah, sudah lama aku tidak memakan masakan dari Nenek." ucapnya yang terus menatap ikan pindang.
Sedangkan Hanum, ia tersenyum tipis saat suaminya begitu senang dengan apa yang telah ia bawakan.
"Kau sudah makan siang belum Num?" tanya Tama yang mengalihkan pandangannya ke arahnya.
"Belum Mas, tadi aku belum sempat makan siang setelah aku menghangatkan masakan ini!" tuturnya.
"Yasudah kita makan bareng ya, mengingat aku tidak bisa memilah duri ikan, kau mau suapi aku?" pintanya seolah sengaja ingin menggoda Hanum.
Deg!
Sontak Hanum terkejut bukan kepayang atas permintaan dari suaminya.
"Apa Mas, di suapi? Mas tidak salah meminta hal itu padaku?" tanyanya terlihat heran, kali ini Hanum tidak habis pikir jika suaminya meminta di suapi olehnya.
"Iya Num, ayo cepat suapi aku, setelah itu kau pun makan bersamaku, aku ingin makan siang ditemani olehmu." pintanya seolah ini semua adalah sebuah perintah dan tidak boleh di bantah.
Karena Hanum berusaha menjadi istri yang patuh, sambil menghela nafasnya sejenak, ia pun mengiyakan permintaannya suaminya itu.
"Num sebaiknya kau buka cadarmu, di sini sepi kok, gak aa yang melihat kita." perintahnya kembali.
seketika Hanum tercekat atas permintaan suaminya tersebut.
"Mas yakin di tempat ini sepi?"
"yakin seyakin yakinnya Num!" Tama tersenyum puas ketika Hanum mengikuti keinginannya.
Perlahan Hanum mulai membuka cadar yang telah menutup sebagian wajahnya, dan Tama pun tidak pernah putus untuk memandanginya.
'pemandangan seperti ini yang sedari tadi sangat aku harapkan, kau benar-benar wanita yang sempurna, Num!' batinnya mulai kagum.
Lalu Hanum mencoba mengambil pindang ikan patin dengan sendok, dan menaruhnya di atas nasi, perlahan Hanum mengaduk pindang dengan nasi putih, setelah itu Hanum mengambilnya satu sendok dan memberikan suapan pertama untuk sang suami yang sudah membuka mulutnya lebar-lebar.
Ini adalah pertama kalinya Hanum melakukan hal seperti ini, tentunya ia sampai gugup di buatnya, bahkan tangannya sampai gemetar.
Satu suapan mendarat bebas di mulut Tama, dan ia pun segera mengunyahnya.
"Hemmm...ikan pindang buatan Nenek memang tidak ada duanya, lain waktu kau bisa memasak ini untukku, Num?" pintanya penuh harap.
"Iya Mas, nanti aku akan coba membuat pindang ikan patin untukmu!" jawabnya sambil melempar senyum.
"Yasudah sekarang giliran kamu yang makan." pintanya.
Hanum malah terdiam dan tertunduk malu.
"Loh, kok malah diam? Ayo cepat kau juga ikut makan, apa kau tidak mau makan dengan sendok yang sama? Lagian kita sudah pernah bercium...!" seketika Hanum menutup mulut suaminya dengan tangannya.
"Cukup Mas, jangan kau katakan hal itu lagi?" pintanya, Hanum pun menatap lekat wajah suaminya, debaran aneh mulai datang kembali, bahkan hampir sekujur tubuhnya gemetar.
Tama malah sengaja semakin mendekatkan pandangannya ke arah wajah cantik istrinya, dan dengan lembutnya ia berusaha melepaskan tangan sang istri dari ujung bibirnya.
"kau kenapa Num, wajahmu terlihat memerah seperti itu, kau malah terlihat lucu dan menggemaskan!" ujarnya sambil menatap lekat Hanum.
"emmhhh...aku...aku tidak apa-apa Mas!" jawabnya semakin gugup bahkan ia sampai enggan untuk membalas tatapan suaminya yang semakin mendekat ke arahnya.
Lalu Tama meraih sendok dari tangan istrinya, kemudian ia segera menyuapinya. Hanum pun terpaksa membuka mulutnya karena ini adalah keinginan suaminya.
"Gimana Num, enak tidak pindang ikan patinnya?"
"Enak Mas, ternyata Neneknya Mas Tama pandai memasak!"
"Nenekku memang sangat pandai memasak, waktu aku kecil, Nenek lah yang rajin memasak makanan untukku."
"Sepertinya Nenek begitu menyayangimu ya Mas?"
"Ya begitulah Num!" jawabnya.
Dari arah kejauhan, rupanya Damar sedari tadi diam-diam mengintip aktivitas yang dilakukan oleh Tama dan juga Hanum, dan Damar pun terpesona akan kecantikan Hanum yang menurutnya bak bidadari yang turun dari langit.
'Sudah kuduga jika Hanum memiliki paras yang sangat cantik, aku iri padamu Tama.' keluhnya dalam hati.
......................
Maxima Agensi
Riana cukup terkejut ketika wanita yang ia buntuti pergi ke tempat seperti ini.
"Ini kan agensi untuk para artis papan atas, sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa ia begitu dekat dengan Kak Tama?" ucapnya bermonolog.
Lalu wanita tersebut keluar dari dalam mobil, Riana yang melihat wanita tersebut dari jarak sekitar sepuluh meter sangat terkejut.
"Bella Anastasya, si pemain sinetron itu? Oh My god! Ini tidak mungkin!" ujarnya sambil mengucek kedua bola matanya
'Ada hubungan apa antara Kak Tama dengan Bella Anastasya? Aku harus tanya kak Tama langsung.' batinnya mulai penasaran.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ma Em
Semoga kebohongan Tama segera terbongkar dan diketahui oleh semuanya oleh Hanum dan ibu bapaknya Tama kalau bisa setelah Hanum tau Tama sdh menikah lagi dgn wanita lain lebih baik Hanum mengalah saja dan berpisah dgn Tama mungkin Hanum lebih baik dgn Damar teman si Tama.
2025-04-13
2
Sunaryati
Thoor jangan sampai Hanum berjodoh dengan Tama, Tama harus mendapatkan balasan karena membohongi pernikahan. Jangan sampai terjadi malam pertama atau malam - malam selanjutnya. Aku tak rela wanita seperti Hanum dapat sisa. Pokoknya Tama harus dapat hukuman dari kesatuannya. Abdi negara kok tak bisa jadi teladan, malah mempermainkan pernikahan
2025-04-13
1
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Raina usah ditanyain lho pd kakak kamu kerna pasti dia nggak mau mengakui nya nnti. cari dan selidiki sendiri.
2025-04-14
1