Pingsan

...Setibanya di mansion, Amina bergegas turun dari mobil dan melangkah menuju pintu masuk. Namun, belum sempat ia mencapai ambang pintu, ia tak sengaja berpapasan dengan Stevan yang justru sedang berjalan keluar....

"Kak," sapa Amina dengan senyum merekah.

...Sayangnya, Stevan seolah tak mendengar tegurannya. Ia terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun, menuju mobilnya yang terparkir. Dengan cepat, Stevan membuka pintu, masuk ke dalam, dan tanpa menunda, ia menginjak pedal gas, meninggalkan mansion begitu saja. Amina hanya bisa terpaku di tempatnya, menatap kepergian mobil itu dengan dahi berkerut, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi....

"Amina," tegur Nyonya Elsa.

"Eh, Mama," jawab Amina tersentak, lalu berbalik menatap ibu angkatnya.

"Kamu sudah pulang? Ayo masuk," ajak Nyonya Elsa sambil tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya ke arah Amina.

...Amina mengangguk lesu, lalu mendekat dan meraih uluran tangan Nyonya Elsa. Bersama-sama mereka melangkah masuk ke dalam mansion. Sepanjang langkahnya, benaknya masih dipenuhi dengan sikap dingin Stevan....

...(Malam harinya)...

...Gelisah dengan bayangan wajah Stevan yang dingin sejak siang, Amina akhirnya meraih ponselnya dan melakukan panggilan video ke Amel....

"Tumben kamu video call?" tanya Amel dari seberang ponsel sambil tersenyum menatap Amina melalui kamera ponsel.

Dengan wajah muram, Amina menopang dagunya dengan kedua tangan menghadap ponsel. Di layar kamera terlihat Amel tengah duduk di kursi belajarnya, sama seperti Amina.

"Aku sedang sedih..." ucapnya lirih.

"Sedih kenapa?" tanya Amel sambil membalik halaman bukunya.

"Kakak Stevan mengabaikanku," jawab Amina sambil menghela napas lesu.

...Amel tampak sedikit terkejut dan memusatkan perhatiannya ke arah kamera....

"Memangnya apa yang terjadi? Bukannya Kakakmu itu sangat menyayangimu?" tanya Amel dengan nada heran.

Amina mengangguk lesu. "Iya... tapi entah kenapa setelah kami pulang dari psikolog, sifat Kakak tiba-tiba berubah, kan aku jadi sedih..." Lirih Amina, matanya mulai berkaca-kaca.

"Coba kamu tanya langsung saja ke Kakakmu," usul Amel.

Amina pun berpikir sejenak. "Eemm... baiklah, besok aku akan ke perusahaan Kakak dan bertanya langsung. Makasih ya, Amel," ucap Amina dengan senyum yang kembali merekah.

"Ya sudah, kalau begitu aku matikan dulu ya, soalnya mau belajar," ujar Amel sambil menunjukkan buku yang ada di tangannya kepada Amina melalui layar ponsel.

"Ok, bye."

...Setelah berbincang singkat dengan Amel, akhirnya Amina bisa kembali fokus pada pelajarannya, merasa sedikit lega....

...(Pagi harinya)...

...Pagi ini, Amina memutuskan untuk menemui Stevan di perusahaannya sebelum pergi ke kampus, sesuai saran Amel semalam....

...Setelah tiba, Amina bergegas turun dari mobil dan berjalan menuju meja resepsionis perusahaan....

"Halo, selamat pagi Kak," sapa Amina sopan.

Resepsionis yang sedang menerima panggilan segera menutup telepon, lalu menatap Amina dengan tatapan dingin karena tidak mengenalnya.

"Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus.

"Anu... aku mau bertemu Kak Stevan," jawab Amina gugup.

...Kedua mata resepsionis itu membulat sempurna, menatap tajam ke arah Amina....

"Heh! Saya tahu banyak gadis muda terobsesi dengan Tuan, tapi ini tidak sopan! Jangan sekali-kali menyebut atasan kami dengan namanya!" bentaknya dengan nada tinggi.

...Bentakan itu sontak menarik perhatian karyawan lain. Mereka segera berkumpul, menghampiri Amina dan resepsionis yang masih berapi-api....

...Tiba-tiba saja wajah Amina menjadi pucat pasi, keringat dingin mulai mengalir deras membasahi pelipisnya, tubuhnya gemetar hebat menatap para karyawan yang tengah berkumpul, lalu......

Bruk!

...Amina jatuh pingsan, tubuhnya ambruk tak sadarkan diri. Lobi perusahaan yang tadinya tenang langsung pecah oleh suara histeris para karyawan wanita....

...Melihat kejadian itu, sopir Amina bergegas turun dari mobil. Ia berlari masuk, menerobos kerumunan karyawan yang masih terkejut....

"Minggir!" sentaknya marah sambil mendorong kasar para karyawan itu. Ia lalu berjongkok di hadapan Amina yang sudah terbaring lemas di atas lantai lobi.

"Heh! Kamu seharusnya lebih hati-hati kalau membawa majikanmu!" bentak resepsionis itu, menunjuk-nunjuk sopir dengan nada tinggi.

...Mengabaikan bentakan resepsionis yang arogan itu, sopir Amina dengan hati-hati menyelipkan tangannya di bawah kepala Amina, memberikannya sebagai bantal. Sementara tangan lainnya merogoh saku untuk mengambil ponsel, lalu menghubungi Stevan....

"Ada apa?" tanya Stevan dari seberang ponsel, setelah panggilan tersambung.

"Heh! Apa kau tuli, aku sedang bicara denganmu!" bentak resepsionis itu lagi, suaranya semakin meninggi.

"Tuan maaf, saya mengganggu Anda, tapi Nona muda sedang pingsan di lobi perusahaan Tuan," lapor sopir itu, tak menghiraukan bentakan resepsionis yang semakin menjadi.

... Tanpa sepatah kata pun, sambungan telepon itu terputus. Sopir itu menghela napas berat sambil memasukkan kembali ponselnya ke saku. Ia tahu betul betapa posesifnya Stevan terhadap Amina, adik angkatnya....

(Bersambung)

... ...

... ...

Terpopuler

Comments

Yara

Yara

semangat terus ya thorr 🥰🥰🥰🥰🥰

2025-04-12

1

Abz

Abz

lanjut kak

2025-04-12

1

asihh..💖

asihh..💖

lanjut kak nanggung bgt

2025-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!