Foto

... Bukannya merespons, Amina justru membeku di tempatnya, ekspresi kebingungan terpampang jelas di wajahnya. Perlahan, Kevin melangkah mendekat, kerutan samar menghiasi dahinya sebelum akhirnya uluran tangannya menyentuh lembut pipi gadis itu....

"Eh, Kakak," seru Amina terkejut, reflek menarik diri selangkah ke belakang.

"Kamu kenapa? Ada yang mengganggumu? Jika kamu keberatan, aku tidak akan memaksamu," ucap Kevin lembut, nada suaranya mengandung kekhawatiran seraya menurunkan tangannya yang sempat menggantung di udara.

"Kak Kevin, aku... aku-"

...Belum sempat Amina merangkai kata, Kevin telah lebih dulu merengkuh wajahnya dan membungkam bibirnya dengan sebuah kecupan lembut namun mengejutkan. Amina membatu, matanya membulat menatap Kevin tanpa memberikan balasan....

Setelah tautan bibir mereka terlepas, Kevin menatap lekat mata Amina. "Ah... aku mencintaimu, Amina," bisiknya tulus.

Dengan pipi merona, Amina memberanikan diri menjawab, "A~aku juga mencintaimu, Kak."

"Maaf jika aku lancang menciummu begitu saja, aku-"

Bruk!

"Tidak apa-apa, Kak," ucap Amina terisak haru, lalu memeluk Kevin erat.

...Kevin tertawa lega, membalas pelukan Amina dengan erat pula. Di balik kebahagiaan mereka, tanpa keduanya sadari, seorang pengawal yang ditugaskan untuk mengawasi Amina telah diam-diam mengabadikan momen ciuman itu dan mengirimkannya kepada Stevan....

🌺

🌺

🌺

... Malam itu di negara S, sebuah pesawat pribadi yang membawa Stevan dan Tuan Hernando mendarat mulus di landasan. Mereka segera bergegas menuju penginapan yang telah disiapkan....

"Stevan," panggil Tuan Hernando sesaat setelah keluar dari mobil, langkahnya mendekati Stevan yang baru saja menyusul.

"Ada apa, Pa?" tanya Stevan.

"Besok, jangan lupa berikan yang terbaik. Kita harus memenangkan proyek ini," jawab Tuan Hernando dengan nada penuh harap.

"Baik," jawab Stevan singkat namun tegas.

...Kemudian, ayah dan anak itu berjalan memasuki lobi hotel menuju lift. Kehadiran mereka sontak menarik perhatian para pengunjung yang berada di sana, tatapan kekaguman tak lepas dari keduanya....

"Cih!" desis Stevan merasa tidak nyaman dengan perhatian tersebut. Ia mempercepat langkah dan menekan tombol lift dengan sedikit kasar.

Melihat reaksi putranya, Tuan Hernando terkekeh pelan. "Kamu kenapa? Bukankah bagus jika ada wanita yang tertarik padamu?" godanya.

"Mereka semua hanya mengincar harta, Pa," balas Stevan sinis.

Kecuali kelinci kecil ku itu, batin Stevan tiba-tiba, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya saat bayangan Amina melintas di benaknya.

Ting!

...Pintu lift terbuka, dan mereka berdua melangkah keluar menuju kamar masing-masing. Begitu berada di dalam kamarnya, Stevan segera merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel, dan menyalakannya....

Ting!

...Notifikasi pesan masuk membuat kening Stevan berkerut dalam. Dengan rasa penasaran bercampur curiga, ia membuka dan membaca pesan tersebut. Seketika, rahangnya mengeras, tangannya meremas erat ponselnya hingga buku-buku jarinya memutih. Senyum dingin namun penuh amarah tersungging di bibirnya, urat-urat di lengannya menegang, terekspos jelas di bawah kulitnya....

"Amina," geram Stevan rendah, suaranya sarat akan emosi yang bercampur aduk. Tanpa menunggu lebih lama, ia segera menghubungi pengawalnya.

"Di mana Amina?" tanya Stevan dengan nada dingin begitu panggilan tersambung.

"Nona sudah kembali ke kamarnya sejak tadi, Tuan," jawab pengawal di ujung sana.

...Mendengar jawaban yang sesuai dengan dugaannya, Stevan memutuskan panggilan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tatapannya beralih tajam ke arah lain, pikirannya kini tertuju pada kamera tersembunyi yang diam-diam telah ia pasang di kamar Amina....

... Di layar ponselnya, Stevan melihat Amina telah berganti pakaian tidur dan kini tengah duduk di meja belajarnya, lampu kamar menerangi punggungnya yang tegak. Nafas Stevan menderu kasar saat menatap pemandangan itu. Dengan gerakan cepat, ia mematikan layar ponselnya dan segera menghubungi nomor Amina....

"Kamu sedang apa?" tanya Stevan, berusaha menyembunyikan gejolak amarahnya di balik nada pura-pura tidak tahu begitu panggilan tersambung.

"Aku sedang belajar, Kak," jawab Amina riang dari seberang telepon.

"Baiklah, setelah selesai belajar, segera istirahat. Nanti kalau Kakak pulang, akan kubawakan hadiah untukmu," ucap Stevan dengan nada dingin yang terselubung, sementara salah satu tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Baik, Kak!" seru Amina dengan antusiasme yang jelas terdengar.

...Sambungan telepon terputus. Stevan menjatuhkan diri di tepi ranjang, senyum sinis terukir di bibirnya. Tatapannya kosong namun menyimpan bara kemarahan yang tertahan....

"Tentu saja, hadiah ini akan membuatmu mengingatnya seumur hidup," gumam Stevan pelan, diiringi tawa kecil yang dingin dan mengancam.

🌺

🌺

🌺

...Dua mingu berlalu. Amina, bersama Amel, telah resmi terdaftar sebagai mahasiswi di sebuah kampus elit, tempat dimana Kevin kuliah. Pagi ini, ia bersemangat mempersiapkan diri, memilih pakaian terbaiknya agar terlihat menawan untuk hari pertama kuliah....

"Pagi, Ma!" seru Amina riang, langkahnya tergesa menuruni anak tangga.

"Hati-hati, Nak! Jangan terburu-buru, nanti kamu jatuh," tegur Nyonya Elsa lembut sambil menata berbagai hidangan sarapan di atas meja makan.

...Amina, dengan senyum lebar, mengabaikan peringatan ibunya dan segera menghampiri meja makan. Ia duduk, namun keningnya berkerut melihat begitu banyak makanan tersaji di sana....

"Ma, kita kan hanya berdua, kenapa sarapannya sebanyak ini?" tanya Amina heran.

Nyonya Elsa tersenyum kecil, matanya berbinar. "Hari ini Papa dan Kakakmu akan pulang. Mereka sedang dalam perjalanan ke sini," jawabnya penuh kebahagiaan.

...Amina mengangguk mengerti. Rasa herannya berganti antusiasme. Ia segera menyantap sarapannya dengan lahap namun tergesa-gesa, tak sabar untuk segera berangkat. Setelah selesai, ia bangkit, menghampiri Nyonya Elsa, dan mencium punggung tangannya....

"Aku pergi dulu, Ma!" pamit Amina seraya berlari kecil menuju pintu, tanpa menunggu jawaban dari Nyonya Elsa.

"Anak ini," gumam Nyonya Elsa sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum sayang, menatap punggung Amina hingga gadis itu menghilang di balik pintu mobil.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Yara

Yara

gk sabar dan berdebar

2025-04-07

1

💞Aulia Adriani💕

💞Aulia Adriani💕

deg degan

2025-04-05

1

Bunggo Sikumbang

Bunggo Sikumbang

semangat thor

2025-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!