Kelicikan Stevan.

...Dalam perjalanan menuju mansion, Amina dilanda kebingungan. Tatapannya kosong menerawang ke luar jendela mobil, pikirannya berkecamuk tak menentu....

"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lirih, kedua matanya terpejam erat, mencoba meredam kegelisahan yang mencengkeram.

"Nona, kita sudah tiba," suara sopir taksi membuyarkan lamunannya.

...Setelah membayar ongkos, Amina keluar dari mobil. Ia berdiri terpaku di balik gerbang besi, menatap nanar bangunan megah di hadapannya. Mansion yang dulu terasa hangat dan penuh kasih, kini memancarkan aura dingin dan mengintimidasi....

"Sebaiknya aku masuk," bisiknya ragu, sebelum akhirnya memberanikan diri melangkah.

...Melihat kedatangan Amina, petugas keamanan bergegas membuka gerbang dan menyambutnya dengan anggukan hormat. Di kejauhan, sebuah mobil yang dikendarai oleh orang suruhan Stevan terparkir samar. Dari dalam, mata mengawasi memastikan Amina masuk ke dalam mansion dengan selamat....

"Tuan, Nona sudah berada di dalam mansion," lapornya melalui sambungan telepon.

"Bagus," jawab Stevan singkat, mengakhiri percakapan. Mobil itu pun segera meluncur pergi, menghilang dalam kegelapan tanpa jejak.

Sementara itu, Amina telah mencapai pintu utama mansion. Dengan tangan gemetar, ia mendorong pintu itu hingga terbuka.

"Nona?" seorang pelayan terkejut mendapati Amina berdiri di ambang pintu.

"Bi, di mana Mama dan Papa?" tanya Amina dengan nada cemas, pandangannya tertuju pada pintu kamar kedua orang tua angkatnya.

"Sepertinya mereka sudah beristirahat," jawab pelayan itu, matanya ikut menyiratkan kekhawatiran.

"Baiklah, Bi, terima kasih," sahut Amina seraya berbalik, langkahnya berat meninggalkan pelayan menuju tangga.

...Sebenarnya, hatinya enggan untuk kembali. Kenyataan pahit tentang sikap Stevan di balik semua perhatiannya selama ini masih terasa menyesakkan. Namun, Amina merasa tak punya pilihan lain selain pulang, berharap kedua orang tuanya akan mendengarkannya dan memahami keluh kesahnya tentang Stevan....

Ceklek.

"Sayang, kenapa baru pulang? Aku sudah lama menunggumu, sampai bosan," suara berat Stevan menyambutnya dengan nada datar.

...Mata Amina membulat sempurna. Instingnya berteriak untuk berbalik dan melarikan diri, namun gerakan Stevan terlalu cepat. Lengan Amina ditarik kasar, tubuhnya terhempas ke atas ranjang. Dalam sekejap, pintu kamar tertutup rapat dan terkunci....

"Kakak, biarkan aku keluar! Atau aku akan berteriak!" ancam Amina dengan suara bergetar.

"Silakan saja," tantang Stevan, langkahnya mendekat dengan seringai dingin. "Dan aku akan katakan pada Mama dan Papa bahwa kamu marah karena aku menghukummu akibat melanggar perkataanku."

"Mama!" pekik Amina, tubuhnya tersentak bangkit dari kasur dengan harapan membuncah.

...Namun, pergerakannya sia-sia. Stevan dengan sigap menerjangnya, membungkam mulut Amina dengan telapak tangannya yang kasar. Tenaga pria itu terlalu kuat untuk dilawan. Amina meronta, namun Stevan menyeretnya kembali mendekati tepi ranjang. Dalam sekejap, tali yang entah dari mana sudah melilit pergelangan tangan dan kakinya, mengikatnya erat pada tiang ranjang. Tak cukup sampai di situ, Stevan menyumpal mulut Amina dengan dasinya sendiri, membungkam semua teriakan yang hendak lolos....

"Hhmpp!" Amina hanya bisa meronta dalam diam, air mata ketakutan mengalir deras di pipinya saat menatap wajah dingin Stevan.

"Ssstttsss... tenanglah, sayang," bisik Stevan lirih, nada suaranya kontras dengan perbuatannya.

...Jemarinya yang tadi kasar kini bergerak lembut menghapus air mata yang membasahi pelipis Amina....

Tok.

Tok.

"Amina," panggil Nyonya Elsa dari balik pintu, suaranya terdengar khawatir.

...Mendengar suara Mama Elsa, secercah harapan kembali menyala dalam hati Amina. Peluang untuk diselamatkan dari cengkeraman Stevan terasa begitu dekat, membuatnya semakin histeris dalam rontaannya....

"Sabarlah, sayang," bisik Stevan dengan nada menjijikkan, tepat di telinga Amina. "Setelah ini, aku akan membuatmu lupa segalanya." Ia kemudian beranjak menuju saklar lampu dan memadamkannya, kegelapan langsung menyelimuti kamar.

Ceklek.

...Pintu kamar terbuka perlahan, dan Stevan muncul di ambang pintu dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat, penuh kesedihan palsu....

"Kamu? Stevan? Di mana Amina?" tanya Nyonya Elsa, alisnya bertaut curiga melihat Stevan tiba-tiba keluar dari kamar putrinya.

"Entahlah, Ma..." jawab Stevan dengan suara dibuat serak. "Setelah aku memarahinya, dia malah pergi dan belum pulang. Aku jadi merasa sangat bersalah."

"Memangnya, apa yang sudah dia lakukan?" tanya Nyonya Elsa, nada suaranya mulai meninggi.

"Dia... dia berpacaran, Ma. Padahal aku sudah berkali-kali melarangnya," jawab Stevan, menundukkan kepala seolah menyesal.

"Haiish... kalian berdua ini! Mama sudah bilang, bicarakan baik-baik, jangan membentak apalagi menakut-nakuti adikmu! Dia itu masih kecil, Stevan," ujar Nyonya Elsa sambil menghela napas panjang, tampak frustrasi.

"Maafkan aku, Ma," ucap Stevan dengan nada lesu yang dibuat-buat, kepalanya tertunduk sedikit untuk menyembunyikan seringai kemenangan yang nyaris terlihat.

"Sudahlah, Nak. Jangan terlalu khawatir. Mama yakin Amina sedang menginap di rumah temannya. Besok pagi juga pasti sudah pulang," hibur Nyonya Elsa dengan nada lembut, sama sekali tak menyadari bahaya yang mengintai putrinya.

"Kalau begitu... bolehkah aku tidur di kamar Amina malam ini, Ma?" tanya Stevan dengan nada polos yang dipaksakan.

"Tentu saja boleh, Sayang. Dia kan adikmu," jawab Nyonya Elsa sambil tersenyum kecil.

Ya tuhan... Mama, tolong aku. Jangan biarkan Kakak tidur disini... jerit hati Amina dalam sunyi, air matanya kembali mengalir di balik dasi yang membungkamnya.

"Baiklah, kalau begitu Mama mau istirahat dulu. Selamat malam, Stevan," pamit Nyonya Elsa, lalu berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Stevan seorang diri.

Sebuah senyum licik merekah di bibir Stevan saat punggung Nyonya Elsa menghilang di balik sudut lorong. Ia segera menarik diri masuk kembali ke kamar Amina, menutup pintu dengan perlahan, lalu menguncinya rapat-rapat.

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

asihh..💖

asihh..💖

kok jd ngeri sih km Stevan masa iya km tega mo makan adek mu sndiri wlpn adek angkat...lanjut kak makin seru aja🥰🥰🥰

2025-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!