salah tingka

...Sementara pelajaran berlangsung, pikiran Kevin berkelana jauh dari materi yang sedang diajarkan. Benaknya dipenuhi oleh satu obsesi: menemukan cara untuk mengembalikan ingatan Amina yang hilang....

"Aku harus membicarakan ini dengan Amel," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk kelas.

...Selesai jam kelas, Kevin diam-diam mengikuti Amina dan Amel menuju parkiran. Ia memperhatikan mereka dari kejauhan....

"Aku pulang duluan ya... bye," pamit Amina sambil melambaikan tangan ke Amel, lalu masuk ke mobilnya.

"Iya... sampai jumpa besok," sahut Amel, balas melambaikan tangan.

...Mobil Amina bergerak meninggalkan parkiran kampus. Kemudian, Amel berbalik menuju mobilnya yang sudah menunggunya dan membuka pintu untuk masuk....

"Amel!" Suara Kevin tiba-tiba memecah keheningan, sontak menghentikan langkah Amel yang sudah hampir masuk ke dalam mobil.

Amel terlonjak kaget dan menoleh cepat ke sumber suara. "Kevin?! Ya ampun, kamu mengagetkanku!" serunya dengan nada kesal yang bercampur keterkejutan.

"Maaf, Amel, tapi ini penting. Aku harus bicara denganmu," ujar Kevin tergesa-gesa, raut wajahnya menunjukkan kegelisahan.

Kening Amel berkerut dalam. "Bicara apa sampai seperti ini?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.

"Pokoknya bicara! Ayo ikut aku sebentar," desis Kevin, tanpa menunggu jawaban, ia meraih lengan Amel dan menariknya menjauh dari mobil.

"Hei! Kevin, tunggu! Kita mau ke mana?" Amel meronta, berusaha melepaskan cengkeraman kuat Kevin di lengannya.

"Ikut saja. Nanti juga kamu tahu," jawab Kevin singkat, terus menarik Amel menuju motornya yang terparkir tak jauh dari mobil Amel.

...Akhirnya Amel pasrah dan naik ke motor Kevin. Tak lupa, Kevin menghampiri mobil Amel yang dikemudikan supirnya dan meminta agar mereka mengikuti dari belakang. Mereka pun segera meninggalkan kampus menuju taman tempat Kevin pertama kali menyatakan cintanya pada Amina, lalu berhenti di sana....

...Amel turun dari motor, menatap sekeliling taman dengan bingung, kemudian menoleh pada Kevin....

"Kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Amel.

...Kevin melepaskan helmnya, turun dari motor, dan berdiri menghadap Amel....

"Di tempat inilah aku pertama kali mengungkapkan perasaanku pada Amina. Ayo," ajak Kevin sambil kembali meraih lengan Amel dan membawanya masuk ke dalam taman.

...Walaupun benaknya dipenuhi kebingungan, Amel tetap mengikuti tarikan lembut Kevin menuju sebuah sudut taman yang terasa istimewa. Di sana, hamparan bunga warna-warni bermekaran, menciptakan suasana romantis yang menyentuh....

...Tiba-tiba langkah Kevin terhenti. Ia berbalik, menatap Amel dengan intens. Tanpa ragu, tangannya terulur, menyentuh lembut pipi Amel, dan matanya menatapnya lekat-lekat....

"Apa... apa kamu mengingat semua ini, sayang?" bisik Kevin lirih, tatapannya dipenuhi cinta yang mendalam.

Deg!

...Jantung Amel berdebar kencang, darahnya terasa berdesir. Tubuhnya membeku di tempatnya. Ia tidak pernah meragukan kebaikan Kevin, tetapi sisi romantis ini... ini adalah pertama kalinya ia melihatnya. Sosok Kevin yang selama bertahun-tahun dikenalnya sebagai sahabat karib terasa asing dan memukau dalam waktu yang bersamaan....

...Kerutan di kening Kevin semakin dalam melihat Amel yang membeku seperti patung. Ia perlahan menarik tangannya dari pipi Amel yang kini terasa panas dan merona. Ada rona merah yang kentara di sana....

"Amel? Kenapa kamu diam saja?" tegur Kevin dengan nada khawatir.

"Eh," Amel tersentak, berusaha menyembunyikan kegugupannya dengan memalingkan wajah ke arah hamparan bunga di sampingnya. Jantungnya masih berdebar tak karuan.

"Amel," panggil Kevin lagi, kali ini dengan nada yang lebih curiga. Ada keanehan yang ia rasakan.

"Apaan sih? Lebay banget jadi cowok," gerutu Amel sambil membuang muka, berusaha menyembunyikan rona merah yang masih menghiasi pipinya. Ia melirik Kevin sekilas dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

"Eh, kok gitu?" ujar Kevin, alisnya bertaut, benar-benar tidak mengerti.

"Iya, kenapa kamu tiba-tiba bertingkah konyol seperti tadi?" cibir Amel, nada suaranya dibuat sinis, padahal jantungnya masih berdebar kencang mengingat sentuhan Kevin. Ia berusaha keras menyangkal perasaan aneh yang mulai muncul.

"Hahahaha... maaf, tadi aku cuma... eh, latihan. Iya, latihan buat ngembaliin ingatan Amina," Kevin tertawa hambar, matanya menghindari tatapan Amel, lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman dengan senyum yang dipaksakan. "Gimana menurutmu? Berhasil nggak?" tanyanya.

...Amel mengalihkan pandangannya ke taman yang memang tampak semakin indah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Namun, keindahan itu justru terasa pahit di hatinya....

"Entahlah..." jawabnya lirih, tanpa ekspresi.

"Kok 'entahlah' sih?" Kevin menoleh cepat ke arah Amel, alisnya berkerut.

"Iya, karena... aku bukan Amina," jawab Amel dengan senyum getir yang tak sampai ke matanya, pandangannya menerawang jauh, tidak berani menatap Kevin.

...Kevin hanya mengangguk kecil, pikirannya berkecamuk. Ia kembali menatap sekeliling taman, perasaannya bercampur antara harapan dan kekecewaan. Amel pun demikian, hatinya terasa gamang setelah pengakuan Kevin yang disalahartikan. Akhirnya, tanpa banyak bicara, mereka memutuskan untuk pulang....

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

Yara

Yara

gass teruss

2025-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!