Di bawah langit yang cerah, rombongan petualang bergerak melewati hutan yang dipenuhi pepohonan rimbun. Cahaya matahari tersaring oleh dedaunan, menciptakan bayangan-bayangan bergerak di tanah. Suara burung hutan yang sesekali bersahutan berpadu dengan derap langkah kaki dan deru napas kuda.
Sesuai aba-aba dari William, setelah lima menit perjalanan berlalu, Ares segera mengirim beberapa petualang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang cekatan dan ahli dalam pengintaian. Dengan langkah ringan dan gerakan nyaris tanpa suara, mereka menyelinap di antara pepohonan, menghilang ke dalam bayang-bayang hutan untuk memeriksa keberadaan kamp yang diduga sebagai markas Demon.
Sementara itu, rombongan utama berhenti di sebuah tanah lapang yang tersembunyi di balik pepohonan besar. Menunggu bisa menjadi hal yang membosankan, terutama bagi mereka yang haus akan aksi. Para petualang pun mulai berbincang satu sama lain, suara mereka terdengar lirih di tengah gemerisik angin. Beberapa berdiskusi strategi, sementara yang lain berbicara santai, mengusir kegugupan dengan tawa kecil.
Waktu berlalu perlahan. Lima belas menit kemudian, petualang yang dikirim kembali dengan napas sedikit memburu. Salah satu dari mereka melangkah maju, wajahnya serius saat menyampaikan laporan kepada William.
"Lapor! Sekitar 150 meter dari sini, kami menemukan sebuah gua yang tampaknya menjadi sarang para Demon. Kami melihat mereka berkeliaran di sekitar, tampaknya sedang berpatroli."
Sejenak, keheningan menyelimuti rombongan. Lalu, sebuah senyum penuh semangat muncul di wajah William. Matanya berbinar saat ia menatap semua petualang yang berdiri tegap di hadapannya.
"Kalian dengar itu!?" serunya lantang, suaranya menggema di tengah hutan. "Kamp para Demon sudah dekat. Bersiaplah! Kita akan segera bertempur!"
Teriakan itu langsung disambut sorak-sorai. Para petualang mengangkat senjata mereka tinggi-tinggi, semangat mereka membara.
"Yeaaahhh!! Hancurkan mereka!!"
Dengan satu gerakan tegas, William mengangkat pedangnya ke udara, lalu memberi aba-aba. "Baiklah! Ayo kita berangkat!"
Derap langkah kaki dan suara peralatan tempur mulai memenuhi udara. Mereka bergerak maju, menembus pepohonan dengan hati yang dipenuhi semangat akan pertarungan.
--
Di kejauhan, di atas sebuah tebing yang menghadap langsung ke gua, seorang pria berjongkok dalam diam. Bayangan tubuhnya menyatu dengan kegelapan, hanya siluet samar yang terlihat di balik bayang-bayang bebatuan. Matanya tajam, menelusuri setiap pergerakan yang terjadi di bawah sana.
Dialah Tenzo.
Angin gunung berhembus pelan, menggoyangkan ujung jubah hitamnya. Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya ia tiba di tempat ini. Pandangannya tak lepas dari gerombolan Demon yang tengah berpatroli di sekitar gua. Gerakan mereka disiplin, tatapan mereka penuh kewaspadaan.
[Hmm... Mari berpikir sejenak...] gumamnya dalam hati. [Sepuluh Demon yang berjaga di luar ini bukanlah ancaman serius. Aku bisa menghabisi mereka dalam hitungan detik... Tapi setelah itu?]
Ia menyandarkan punggungnya ke batu besar di belakangnya, menatap langit yang mulai berwarna jingga.
[Apakah aku harus langsung membantai semua Demon di dalam gua? Atau mencari letak penjara tempat para penduduk ditahan terlebih dahulu?]
Namun, sebelum ia bisa mengambil keputusan, tiba-tiba dia merasakan sesuatu. Instingnya yang sudah tajam segera memberi peringatan. Ada sesuatu yang mendekat.
Dan benar saja—beberapa detik kemudian, segerombolan manusia muncul dari berbagai arah dengan kecepatan luar biasa. Tanpa memberi Demon kesempatan untuk bereaksi, mereka langsung menyergap dan membungkam sepuluh penjaga yang berjaga di sekitar gua.
Tenzo menghela napas pelan.
[Hah… Kurasa ini bukan hari keberuntunganku. Tak kusangka tempat ini juga menjadi target para petualang.]
Awalnya, ia berpikir untuk pergi. Toh, dengan jumlah mereka, para petualang itu seharusnya bisa menangani situasi ini dengan mudah. Namun, sesuatu membuatnya berhenti sejenak.
Ia melirik ke arah gua, lalu kembali menatap para petualang yang mulai merayap masuk ke dalamnya.
Senyuman tipis muncul di wajahnya.
[Sudah lama aku tidak melihat pertarungan... Mungkin mereka bisa menjadi tontonan yang menarik.]
Karena sudah begitu lama dia tidak melihat segerombolan manusia yang akan melakukan pertarungan sengit, membuat dirinya tertarik. Tenzo berniat mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai tontonan yang menarik.
Angin kembali bertiup, menggoyangkan jubahnya saat ia melangkah mundur, lalu melompat turun dari tebing. Pada saat batang hidung dari para petualang tidak terlihat lagi, dia pun dengan cepat ikut memasuki gua.
**
Sementara itu, di dekat gua, pasukan petualang yang dipimpin oleh William telah tiba di posisi mereka.
"Alice, gunakan [Eye High] untuk memastikan jumlah dan posisi Demon yang berjaga," perintah William.
Seorang perempuan dengan jubah biru muda mengangguk, lalu matanya bersinar sejenak—sebuah tanda bahwa kemampuannya telah diaktifkan. Dengan tatapan tajam, ia mengamati area sekitar gua sebelum melaporkan temuannya.
"Sepuluh Demon berjaga, semuanya berpatroli di sekitar pintu masuk. Tidak ada yang menyadari keberadaan kita."
William mengangguk puas. "Baik. Kita akan menyerang secara mendadak. Gunakan sihir pengikat untuk melumpuhkan mereka, lalu eksekusi sebelum mereka sempat bereaksi!"
Tim petualang langsung bersiap. Para Mage di barisan belakang mulai merapal mantra.
"[Retaining Chain]!"
Dalam sekejap, rantai bercahaya muncul dari udara, melesat cepat ke arah para Demon. Sebelum mereka menyadari apa yang terjadi, tubuh mereka sudah terjerat rantai sihir, menahan gerakan mereka.
Brakk!
Para Demon jatuh ke tanah, meronta dengan marah, tetapi sudah terlambat. Para petualang lainnya bergerak cepat, menghunus pedang dan tombak mereka, menghabisi Demon yang tak berdaya.
Hanya dalam waktu singkat, pertempuran itu berakhir.
William menatap anak buahnya dengan puas. "Bagus! Tapi ini baru awal. Di dalam gua, kita tidak tahu apa yang menunggu kita. Tetap waspada dan saling menjaga!"
"Baik, Kapten!"
Dengan formasi yang tertata, mereka mulai memasuki gua satu per satu. Namun, tak ada yang menyadari bahwa dari bayang-bayang tebing, seorang pria berambut hitam melompat turun tanpa suara dan menyelinap masuk bersama mereka.
Tenzo kini berada di dalam.
Gua yang Gelap & Cabang Jalan
Begitu memasuki gua, udara lembap dan aroma tanah yang khas langsung menyelimuti mereka. Jalur gua sedikit gelap, namun cukup terbantu oleh obor dan kristal sihir yang tertanam di dinding, memberikan cahaya redup yang cukup untuk melihat jalan.
Namun, sesuatu terasa aneh.
"Sejak tadi… kita belum melihat satu pun Demon," gumam seorang petualang dengan nada curiga.
William juga merasakan hal yang sama. Ia mengamati dinding gua yang licin dan lorong-lorong yang semakin menyempit.
Kemudian, mereka tiba di sebuah persimpangan. Dua jalur terbuka di hadapan mereka—keduanya gelap dan tidak memberikan petunjuk ke mana mereka akan bermuara.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ares, wakil William.
William berpikir sejenak, lalu membuat keputusan. "Kita bagi pasukan menjadi dua tim. Dengan begitu, kita bisa menjangkau lebih banyak area dalam waktu singkat."
Ares mengangguk. "Baik. Kita atur pembagian tim sekarang."
Setelah tim terbentuk, William menambahkan peringatan. "Jika kalian menemukan persimpangan lain, jangan bertindak gegabah. Segera kembali dan beri laporan!"
"Dimengerti!"
Tim pun berpisah, masing-masing memasuki jalur yang berbeda.
Dari kejauhan, Tenzo memperhatikan dengan mata tajam. Dia menoleh ke arah jalur kiri, lalu ke kanan.
[Energi di jalur yang ditempuh Ares terasa lebih berbahaya… Menarik.]
Senyuman samar muncul di wajahnya sebelum akhirnya ia melangkah masuk ke jalur yang sama dengan Ares.
Pertempuran di Jalur Kiri
Ketika tim Ares melangkah lebih dalam, suhu udara terasa sedikit berubah. Atmosfer gua menjadi lebih menekan, seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka.
Dan benar saja—hanya beberapa langkah ke depan, bayangan-bayangan hitam muncul dari kegelapan.
"Demon!!"
Dalam hitungan detik, pertempuran pun pecah. Para petualang dengan sigap mengangkat senjata, menghadapi serangan mendadak dari Demon yang muncul dari kegelapan.
"Fireball!"
"Wind Slash!"
"Water Shooter!"
"Healing Up!"
Sihir dan serangan fisik bertukar hantaman di dalam gua sempit itu. Demon-demon itu lebih banyak daripada yang mereka duga, mengepung pasukan Ares dari berbagai sisi.
Di kejauhan, Tenzo menyaksikan dengan tatapan tenang.
[Hmph… Jadi ini kekuatan mereka? Menarik.]
Saat melihat petualang bertarung mati-matian, sebuah kenangan lama muncul di benaknya. Sesuatu dari masa lalunya, sesuatu yang telah lama ia lupakan.
[Sudah lama sejak terakhir kali aku melihat pertempuran seperti ini… Ah, kenangan lama, ya?]
Setelah setengah jam pertempuran sengit, tim Ares akhirnya berhasil mengatasi serangan para Demon. Meskipun kelelahan, mereka tetap berdiri tegap. Ares mengangkat pedangnya dan berteriak, "Kita berhasil! Jangan biarkan semangat kalian pudar!"
Sorak-sorai kecil terdengar, membangkitkan kembali energi tim. Mereka kembali melanjutkan perjalanan lebih dalam ke dalam gua.
Tanpa mereka sadari, dalam bayang-bayang, Tenzo tetap mengikuti mereka.
Selalu waspada. Selalu mengamati.
Dan mungkin… menunggu sesuatu yang lebih menarik terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
F~~
Semangat miiin/Determined//Determined/
2025-03-20
3