Bab 2 Mengintrogasi

Wajah Demon itu tetap pucat, meski ia menyadari tubuhnya baik-baik saja. Napasnya masih tersengal, matanya menyapu seluruh tubuhnya, mencari luka yang seharusnya ada. Tapi tidak ada.

“Apa yang sebenarnya terjadi!?” serunya panik.

Kepalanya terasa berputar, pikirannya berusaha merangkai kembali kejadian beberapa saat lalu.

Lalu ia mengingatnya.

[Saat aku melesat dengan kecepatan tinggi… tiba-tiba tubuhku terbelah menjadi tiga bagian. Aku bisa merasakan itu dengan jelas—sisi kiri, sisi kanan, dan bagian tengahku tercerai-berai. Rasa sakitnya begitu nyata. Lalu semuanya menghilang. Kesadaranku pun ikut lenyap selama beberapa detik... Tapi sekarang? Aku baik-baik saja? Ini tidak masuk akal!]

Perlahan, ia menoleh ke belakang. Tenzo masih berdiri di sana, diam, tak menunjukkan ekspresi apa pun.

[Apakah dia menggunakan sihir halusinasi?] pikirnya, mencoba mencari penjelasan.

Demon itu kembali mengingat. Sensasi tajam yang menembus tubuhnya, tubuhnya yang terbelah, kesadarannya yang menghilang. Lalu… kosong. Dan kini ia di sini, tanpa luka sedikit pun.

Ia menggertakkan giginya. Ada sesuatu yang tidak beres. Dengan gerakan cepat, ia berdiri tegak dan menatap Tenzo tajam.

“Hei, manusia!” bentaknya, suaranya menggema. “Apa yang kau lakukan padaku!? Apakah ini trik sihir halusinasi!?”

Tak ada jawaban. Tenzo hanya melangkah perlahan, tangan kanannya menggenggam gagang Katana-nya dengan santai, seolah tak peduli pada amarah Demon di depannya.

Saat jarak mereka semakin dekat, Tenzo akhirnya berbicara, suaranya tenang namun menusuk.

“Apakah kalian benar-benar membantai semua orang di desa ini?”

Demon itu menyipitkan mata.

“Hah!? Untuk apa kau ingin tahu soal itu!? Jawab dulu pertanyaanku!” serunya, jelas tak terima pertanyaannya diabaikan.

Tenzo tetap tak menunjukkan emosi apa pun. Seolah-olah pertanyaan Demon itu tak berarti.

Setelah beberapa detik hening, akhirnya ia menghela napas ringan. “Baiklah,” katanya pelan. “Aku akan menjawabnya.”

Dan saat itu juga, rasa sakit kembali menghantam tubuh Demon.

Mata Demon membelalak. Dadanya terasa seperti dihantam sesuatu yang tak terlihat. Sebelum ia bisa memahami apa yang terjadi, tubuhnya merasakan sensasi itu lagi—sebuah tebasan tajam, membelahnya dari kepala hingga ke bawah dengan begitu halus, begitu rapi. Ia jatuh. Tubuhnya seakan tercerai-berai, dan rasa sakit menjalar di seluruh sarafnya. Namun, sama seperti sebelumnya, hanya dalam hitungan detik, semuanya lenyap.

Ia terkejut. Tubuhnya kembali utuh. Tidak ada darah. Tidak ada luka. Tangannya gemetar. Matanya penuh emosi—campuran antara ketakutan dan kemarahan.

Ia berdiri lagi, lebih cepat dari sebelumnya, wajahnya memerah oleh amarah yang meledak-ledak.

Di saat itu, suara Tenzo terdengar lagi, datar namun dingin.

“Jadi bagaimana?” katanya. “Aku sudah memberikan jawabanku. Sekarang, giliranmu."

Ucapan Tenzo hanya semakin menyulut amarah Demon itu. “Sialan kau, manusia! Jangan bermain-main denganku lagi!” Demon itu menggeram, membuka mulutnya lebar-lebar. Energi sihir berkumpul, membentuk bola bercahaya di dalamnya, bergetar hebat, siap dilepaskan.

Namun—

Slahhh!

Tebasan itu datang begitu cepat.

Kepala Demon terbelah dua secara horizontal, tepat di tengah mulutnya. Bagian atas kepalanya terpisah dari rahang bawah, jatuh ke tanah dengan suara basah. Di saat bersamaan, bola energi yang ia kumpulkan meledak, menghantam tubuhnya dan melemparkannya jauh ke belakang.

Tenzo melangkah mendekat dengan tenang.

“Percuma,” katanya dingin. “Sekarang yang bisa kau lakukan hanyalah menjawab pertanyaanku. Itu jauh lebih berguna daripada melawan.”

Demon itu menggeram, menolak menyerah. Dengan sisa tenaga, ia mencoba bangkit—

Tapi sia-sia.

Tiba-tiba, kedua kaki dan tangannya terpotong. Seperti sebelumnya, tubuhnya kembali lumpuh, tak berdaya. Ia hanya bisa menatap Tenzo yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Tenzo berjongkok, menatap langsung ke dalam mata Demon itu.

“Aku akan memberikanmu keringanan,” katanya. “Asal kau mau menjawab beberapa pertanyaanku.”

Nada suaranya terdengar meyakinkan. Demon itu tahu ia tidak punya pilihan. Daripada terus merasakan siksaan ini, lebih baik ia menurut.

“B-Baiklah… aku akan menjawabnya…”

Tenzo mengangguk. “Bagus. Pertama, jawab pertanyaanku tadi. Kedua, apakah ada kamp markas kalian di sekitar sini? Jika ada, di mana letaknya?”

Demon itu menghela napas berat sebelum akhirnya berbicara.

“Sebenarnya… kami hanya membunuh para pria,” katanya. “Anak-anak dan wanita kami bawa ke kamp untuk dijadikan… pelampiasan kami.”

Mata Tenzo menyipit, tapi ia membiarkan Demon itu melanjutkan.

“Kamp kami ada di utara… tak jauh dari Hutan Urjan. Ada sebuah gua di sana… tempat kami bersembunyi bersama warga desa itu…”

Tenzo terdiam sesaat.

Lalu, tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dan berbalik. Langkahnya perlahan menjauh.

Demon itu menatap punggungnya, merasa ragu. Tapi saat Tenzo terus melangkah, ia mulai menyadari sesuatu.

Tenzo benar-benar menepati ucapannya.

Ia diberi kesempatan untuk hidup.

Ini kesempatannya!

[Aku harus segera memberitahu pemimpin! Orang ini terlalu berbahaya!]

Demon itu mengepakkan sayapnya, bersiap terbang. Namun, tepat saat ia mulai melesat ke udara—

“Untuk keringanan yang tadi ku katakan… aku akan memberikannya sekarang,” suara Tenzo terdengar dari kejauhan.

Demon itu terhenti. “Hah? Apa maksudmu—”

Sesuatu menyentuh tubuhnya.

Lembut. Halus. Menembusnya.

Ia ingin bereaksi, tapi tubuhnya tidak merasakan apa pun. Tidak ada rasa sakit. Hanya sensasi aneh, seperti sesuatu yang mengalir melewatinya. Pandangannya mulai memudar, tubuhnya terasa ringan. Sebelum ia bisa memahami apa yang terjadi, Ia sudah tergeletak di tanah.

Tenzo menatap mayat Demon itu dengan ekspresi datar.

“Keringanan itu adalah kematian tanpa rasa sakit,” katanya pelan.

Tanpa melihat ke belakang lagi, ia melanjutkan perjalanannya. Langkahnya membawa dirinya keluar dari desa yang terbengkalai, menuju satu tujuan baru—Hutan Urjan.

Sambil berjalan, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Sebelum perjalanan dimulai, aku harus melakukan peregangan… dan menguji teknik-teknik baruku.”

***

Di tengah lebatnya hutan Urjan bagian utara, sekelompok petualang bergerak perlahan. Puluhan orang berbaris dengan langkah mantap, senjata mereka berkilat samar di bawah sinar matahari yang menembus celah dedaunan. Di bagian depan, beberapa penunggang kuda memimpin dengan penuh wibawa—jelas bahwa mereka adalah pemimpin kelompok ini.

Di antara mereka, seorang pria berbaju zirah lengkap tampak mencolok. Pelat bajanya berkilauan meski ternoda debu perjalanan. Dengan postur tegap dan tatapan tajam, ia jelas seorang knight berpengalaman—William, komandan pasukan ini. Di sampingnya, seorang warrior bertubuh kekar dengan rambut kecokelatan berjalan dengan santai, tangan kirinya bertumpu pada gagang pedang besar yang tersampir di punggungnya. Namanya Ares.

“Ares, kita hampir sampai di tempat persembunyian mereka,” ujar William dengan nada tenang namun tegas. “Lima menit lagi, kirim beberapa orang untuk menyusup ke depan dan memastikan keadaannya.”

Ares mengangguk santai. “Baiklah, serahkan saja kepadaku.”

William menghela napas sejenak sebelum kembali berbicara. “Ini sudah kali keempat kita menghancurkan kamp Demon, tapi tidak sekalipun kita bertemu iblis tingkat tinggi,” gumamnya, alisnya mengernyit. “Aku mulai curiga... bisa saja mereka sedang berkumpul di suatu tempat, menyusun rencana yang lebih besar.”

Ares tertawa kecil. “Hah, kau dan teori konspirasimu lagi,” katanya seraya terkekeh. “Bukankah ini justru kabar baik? Korban jiwa di pihak kita semakin berkurang. Kita seharusnya merayakan keberhasilan ini, bukan terus mencemaskan hal-hal yang belum pasti.”

“Kau memang benar… tapi tetap saja, kita harus berjaga-jaga. Situasi bisa berubah sewaktu-waktu.” William tetap berpegang pada nalurinya.

Ares menepuk bahu William dengan senyum lebar. “Sudahlah, kau selalu tegang seperti itu. Kita fokus dulu ke pertempuran ini—dan setelahnya, kita berpesta seperti biasa. Aku bahkan sudah membayangkan minuman pertama yang akan kuteguk!”

William hanya menggelengkan kepala, meski senyum tipis tersungging di wajahnya. Namun, jauh di dalam pikirannya, firasat buruk masih menyelimuti dirinya. Perjalanan mereka menuju kamp Demon terus berlanjut, tanpa mereka sadari bahwa sesuatu yang jauh lebih besar tengah menunggu di depan mereka.

Terpopuler

Comments

F~~

F~~

Menyerang tanpa menyentuh macam santet, iiihhh mengerikannya 😨 Apa sebenarnya kekuatan MC ini?

2025-03-20

10

Kyurles Suga

Kyurles Suga

Jejak

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Turun Gunung
2 Bab 2 Mengintrogasi
3 Bab 3 Memasuki Gua
4 Bab 4 Sambutan dari Pemimpin Demon
5 Bab 5 Monster Eksperimen
6 Bab 6 Kedatangan Tenzo
7 Bab 7 Tenzo melawan para Demon
8 Bab 8 Membebaskan Tahanan
9 Bab 9 Kenyataan Yang Menyakitkan
10 Bab 10 Fakta Yang Mengejutkan
11 Bab 11 Melanjutkan Perjalanan
12 Bab 12 Kerajaan Inavosta
13 Bab 13 Para Pahlawan
14 Bab 14 Pertarungan
15 Bab 15 Akhir pertarungan
16 Bab 16 Desa Dalf
17 Bab 17 Pria bertopeng
18 Bab 18 Kerajaan Servar
19 Bab 19 Penguntit Misterius
20 Bab 20 Akhir Pertarungan dengan Penguntit
21 Bab 21 Gedung Serikat
22 Bab 22 Konflik Kecil
23 Bab 23 Pertemuan Dengan Ketua Serikat
24 Bab 24 Perpustakaan
25 Bab 25 Perbincangan
26 Bab 26 Mengambil Misi
27 Bab 27 Tenzo Vs Diomas
28 Bab 28 Ramez vs Diomas
29 Bab 29 Akhir Pertarungan
30 Bab 30 Kembalinya Mereka
31 Bab 31 Dungeon Acak
32 Bab 32 Melatih Ramez
33 Bab 33 Pelatihan Selesai
34 Bab 34 Essence Of Life
35 Bab 35 Ruang Boss Dungeon
36 Bab 36 Misi Pencarian
37 Bab 37 Berangkatnya Party William
38 Bab 38 Sesuatu di ruang Bos Dungeon
39 Bab 39 Pertarungan melawan Bos Dungeon
40 Bab 40 Pertarungan Menuju Akhir Ramez vs King Goblin
41 Bab 41 Kejatuhan King Goblin
42 Bab 42 Pertarungan Lestinar: Taktik, Amarah, dan Balasan
43 Bab 43 Penaklukan Dungeon Telah Selesai
44 Bab 44 Mengecek Hadiah Dungeon
45 Bab 45 Hasil Yang Mengejutkan
46 Bab 46 Promosi Peringkat
47 Bab 47 Konflik Lama Yang Kembali Muncul
48 Bab 48 Rezgar Vs Eldemas
49 Bab 49 Terungkap Kebohongan Diomas
50 Bab 50 Kemeriahan Pesta Di Malam hari
51 Bab 51 Sebuah Duel Di tengah Malam
52 Bab 52 Duel Berakhir dengan Terbitnya Matahari
53 Bab 53 Perpisahan Dengan Lestinar
54 Bab 54 Promosi Peringkat Mendadak
55 Bab 55 Time Skip Hasil Pelatihan
56 Bab 56 Mengambil Misi
57 Bab 57 Pertemuan Singkat Dengan Eldemas
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Turun Gunung
2
Bab 2 Mengintrogasi
3
Bab 3 Memasuki Gua
4
Bab 4 Sambutan dari Pemimpin Demon
5
Bab 5 Monster Eksperimen
6
Bab 6 Kedatangan Tenzo
7
Bab 7 Tenzo melawan para Demon
8
Bab 8 Membebaskan Tahanan
9
Bab 9 Kenyataan Yang Menyakitkan
10
Bab 10 Fakta Yang Mengejutkan
11
Bab 11 Melanjutkan Perjalanan
12
Bab 12 Kerajaan Inavosta
13
Bab 13 Para Pahlawan
14
Bab 14 Pertarungan
15
Bab 15 Akhir pertarungan
16
Bab 16 Desa Dalf
17
Bab 17 Pria bertopeng
18
Bab 18 Kerajaan Servar
19
Bab 19 Penguntit Misterius
20
Bab 20 Akhir Pertarungan dengan Penguntit
21
Bab 21 Gedung Serikat
22
Bab 22 Konflik Kecil
23
Bab 23 Pertemuan Dengan Ketua Serikat
24
Bab 24 Perpustakaan
25
Bab 25 Perbincangan
26
Bab 26 Mengambil Misi
27
Bab 27 Tenzo Vs Diomas
28
Bab 28 Ramez vs Diomas
29
Bab 29 Akhir Pertarungan
30
Bab 30 Kembalinya Mereka
31
Bab 31 Dungeon Acak
32
Bab 32 Melatih Ramez
33
Bab 33 Pelatihan Selesai
34
Bab 34 Essence Of Life
35
Bab 35 Ruang Boss Dungeon
36
Bab 36 Misi Pencarian
37
Bab 37 Berangkatnya Party William
38
Bab 38 Sesuatu di ruang Bos Dungeon
39
Bab 39 Pertarungan melawan Bos Dungeon
40
Bab 40 Pertarungan Menuju Akhir Ramez vs King Goblin
41
Bab 41 Kejatuhan King Goblin
42
Bab 42 Pertarungan Lestinar: Taktik, Amarah, dan Balasan
43
Bab 43 Penaklukan Dungeon Telah Selesai
44
Bab 44 Mengecek Hadiah Dungeon
45
Bab 45 Hasil Yang Mengejutkan
46
Bab 46 Promosi Peringkat
47
Bab 47 Konflik Lama Yang Kembali Muncul
48
Bab 48 Rezgar Vs Eldemas
49
Bab 49 Terungkap Kebohongan Diomas
50
Bab 50 Kemeriahan Pesta Di Malam hari
51
Bab 51 Sebuah Duel Di tengah Malam
52
Bab 52 Duel Berakhir dengan Terbitnya Matahari
53
Bab 53 Perpisahan Dengan Lestinar
54
Bab 54 Promosi Peringkat Mendadak
55
Bab 55 Time Skip Hasil Pelatihan
56
Bab 56 Mengambil Misi
57
Bab 57 Pertemuan Singkat Dengan Eldemas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!