Gugatan

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu, Arneta meminta beberapa pelayan untuk memasukkan kopernya ke dalam beberapa mobil yang telah terlahir di halaman rumah megah itu.

"Nyonya, anda mau kemana? kenapa tiba-tiba mengemasi pakaian anda seperti ini?" Kepala pelayan merasa curiga dengan apa yang di lakukan sang nyonya pun memutuskan untuk bertanya.

Di tengah-tengah kesibukannya mengarahkan pelayan untuk menata barang-barang nya ke dalam koper, Arneta tak segan menjawab pertanyaan itu dengan santai.

"Aku harus pergi, Bik.''

"Pergi? kenapa Nyonya harus pergi?"

"Karena akan ada nyonya baru di rumah ini yang akan segera menggantikan aku, Bik."

Deg

Tak hanya kepala pelayan saja yang terkejut. namun, seluruh pelayan yang ada di sana pun nampak tercengang dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Nyonya apa yang ada katakan? saya mohon jangan bicara sembarangan karena apa yang anda ucapkan bisa saja itu berarti doa, nyonya."

Dengan berani kepala pelayan itu memperingatkan.

Namun, Arneta justru tersenyum kecut." Sayangnya apa yang aku katakan itu sudah menjadi kenyataan Bik. jadi, ijinkan aku pamit." Jawab Arneta sembari melangkah keluar setelah memastikan semua barangnya sudah masuk ke dalam mobil.

"Tapi nyonya........ " Kepala pelayan itu tak kuasa melanjutkan ucapannya. sebab, Arneta lebih dulu mengangkat tangannya menginterupsi.

Sembari menggeleng lemah, Arneta menyentuh Bahu kepala pelayan yang selama ini membantu nya merawat rumah megah itu. "Aku pamit, jaga baik-baik rumah ini meskipun tanpa aku!" Ucapnya sebelum pergi.

Tak ada yang berani menghalangi langkahnya, hingga Arneta dengan mudah pergi dari rumah yang selama ini ia tinggali.

"Aku akan menghubungi Tuan," Ucap kepala pelayan sembari berlari masuk kedalam rumah.

Ia ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, dan apa maksud dari ucapan Arneta yang mengatakan jika posisinya sudah tergantikan.

****

Beberapa kali ponsel Vincent bergetar, namun tak kunjung di angkat. sebab sang pemilik ponsel kini sedang sibuk menjalani hukumannya sendiri.

Vincent nampak gugup, sementara Bulan kini tengah di seret paksa keluar dari ruangan itu oleh beberapa orang keamanan atas perintah Tuan Besar yang tak lain adalah ayah dari Vincent.

"Tidak, lepaskan aku! kurang ajar kalian ya, apa kalian tidak kenal siapa aku??" Sembari berusaha untuk melepaskan diri, Bulan terus berteriak hingga Tom memutuskan untuk memerintahkan pihak keamanan membawanya keluar melalui lift kusus pada petinggi agar tidak banyak yang curiga.

"Ancam semua karyawan yang sempat melihat kemunculan wanita itu di perusahaan ini! apa kalian mengerti?"

Tegas Tom sembari menatap seorang kepala keamanan,

"Baik tuan." Jawab Pria itu sebelum berlari mengikuti beberapa anak buahnya yang sudah lebih dulu menyeret Bula menuju lift

Kesal dengan sikap Bulan, akhirnya pihak keamanan memutuskan untuk mendorongnya pergi bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

Bug

Bulan di dorong hingga jatuh tersungkur ke atas tanah tepat di parkiran mobil.kebetulan terdapat beberapa karyawan yang tak sengaja melihat kejadian itu hingga menimbulkan rasa penasaran di benak mereka.

"Pergilah Nona. jangan membuat keributan di sini!"

Ucap Tom sebelum pergi setelah menyerahkan semua urusan Bulan pada pihak keamanan.

Melihat Tom pergi, Bulan berusaha bangkit untuk mengejarnya.

"Hei kau mau kemana? aku tidak akan pergi sebelum urusanku di tempat ini selesai. Tom, kemari kau....." Pekik Bulan tanpa perduli jika saat ini dirinya tengah menjadi tontonan.

Namun seperti yang sudah-sudah, mereka semua tak berani menolong dan hanya bisa menyaksikan dari dekat apa yang sebenarnya terjadi.

"Ada apa? kenapa wanita itu di seret seperti itu?

"Tunggu dulu. bukankah itu Bulan, artis yang tengah naik daun itu?

"Lihat dia, dia seperti orang yang tengah kesal!"

"Iya tingkahnya pun aneh sekali, dia seperti orang yang tidak waras."

"Wah perlu di abadikan ini."

Tatapan mencemooh dan kasak kusus dari semua orang padanya membuat Bulan semakin kehilangan kesabarannya. "Kenapa mereka menatapku seperti itu? pasti karena mereka ingin meminta tanda tangan atau berfoto denganku. " Gumam Bulan dengan percaya diri

Cekrek cekrek cekrek

"Hei, jangan sembarangan memotret ku!" Protes Bulan yang pada akhirnya memilih pergi menghindar setelah sadar atas kesalahannya.

Hingga sampai di dalam mobilnya pun, Bulan masih tetap di kejar oleh beberapa orang karyawan yang ingin meminta berfoto dengannya tapi tidak ia gubris sama sekali.

"Jangan memotretnya jika kalian tidak mau di pecat!"

Teguran keras dari kepala keamanan membuat seluruh Karyawan yang tadi menyaksikan pun ketar ketir.

apalagi setelah kepergian Bulan, ponsel mereka di ambil paksa oleh pihak keamanan untuk membersihkan semua isinya yang menyangkut tentang kejadian siang itu.

Dari kejauhan, Seorang nampak tersenyum miring. dirinya bersyukur karena bisa menyaksikan tontonan yang begitu dramatis secara gratis.

tadinya ia ingin cepat-cepat kembali ke kantornya setelah tugasnya mengirim surat gugatan dari Arneta untuk Vincent selesai. namun, niatnya itu urung setelah ia bertemu oleh kawan lamanya yang kebetulan berada di tempat yang sama. dan akhirnya memutuskan untuk mengobrol sebentar.

"Waw, Jack pot. setelah gugatan di terima oleh ayah Vincent sendiri, lalu apa ini? nampaknya Selingkuhannya datang untuk unjuk gigi. baguslah, ini bisa jadi tambahan bukti di persidangan nanti."

Gumam Reyhan setelah berhasil merekam semua adegan yang ia lihat tadi secara epik.

Tanpa menunggu lama mobil Reyhan ikut meninggalkan tempat itu, menyusul mobil Bulan yang sudah meninggal kan tempat itu terlebih dahulu.

*****

PLAK

Lain tempat, Tuan Ardiansyah membubuhkan sebuah tamparan keras pada wajah sang putra, yang sudah mengecewakannya.

"Dasar anak tidak tahu di untung. menyesal aku percaya denganmu selama ini."

Deg

Vincent terperangah setelah mendengar apa yang di ucapkan ayahnya. sebab, ini kali pertama ia melihat ayahnya semarah itu padanya.

Vincent menyeka darah yang keluar dari bibirnya, lalu berusaha untuk memenangkan Ayahnya.

"Yah, ini tidak seperti yang ayah lihat. apa yang di katakan wanita itu tidaklah benar, yah! dia hanya mengada-ada. ayah jangan langsung percaya setiap ucapannya!"

Kilah Vincent yang belum tahu jika ayahnya sudah mengetahui semuanya rahasianya.

Ardiansyah terus mendorong Vincent untuk melangkah mundur, sebab ia terus mengintimidasi putranya untuk mengakui kesalahan nya.

"kau pikir aku ini bodoh, hum?" Ucap Ardiansyah sembari mengeluarkan sebuah map yang berisi gugatan yang di layangkan sang menantu pada putranya.

Plak

Pria paruh baya itu melemparkan map itu ke atas meja hingga menarik Vincent untuk melihatnya.

"Lihat itu bodoh!" Tegas, Ardiansyah menekan kepala sang putra untuk melihat alasan utama kekecewaan nya kepada putranya itu.

"aku paham betul kehidupan di dunia bisnis itu seperti apa, Vincent. kau lupa ayahmu ini siapa?" imbuh Ardiansyah semakin kesal

Kebodohan putranya membuatnya hampir kehilangan menantu sebaik Arneta, meskipun dari pernikahan itu. ia belum mendapatkan penerus dari keduanya.

Namun, Ardiansyah dan sang istri sangat menyayangi Arneta seperti putri kandung mereka. sehingga, ia merasa kecewa dengan tindakan sang putra yang telah berselingkuh di belakang menantu mereka.

deg

Tangan Vincent bergetar hebat, kakinya luruh akibat tak kuasa menahan beban setelah membaca lembar demi lembar gugatan yang di layangkan oleh sang istri.

"A....apa ini Ayah, dari... mana ayah mendapatkan ini?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!