Firasat

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jika teringat ucapan ibunya tiga tahun yang lalu, Arneta merasa terkena karma atas perbuatannya yang tidak mengindahkan peringatan sang ibu.

"Mom, Netta rindu. maafkan Netta, Mom. saat ini apa yang Mommy katakan telah menjadi kenyataan, Netta harus apa Mom?"

Terlalu lama menangis, Arneta akhirnya kelelahan hingga jatuh tertidur.

pagi harinya, Pelayan datang untuk membersihkan kamarnya. namun sebelum masuk, sang pelayan mencoba untuk mengetuk pintu kamar utama terlebih dahulu.

Tok Tok Tok

"Nyonya, apakah anda sudah bangun?"

Tok Tok Tok

"Nyonya, saya datang untuk membersihkan kamar. "

Ketukan pintu itu menyadarkan Arneta dari tidur panjangnya. wanita itu berdesis menahan kepalanya yang terasa nyeri sebab terlalu lama menangis.

Ketika matanya terbuka, ia juga baru menyadari jika sejak semalam ia tidur di atas lantai tanpa alas.

"Masuk!" pekik Arneta sembari bangkit untuk berpindah ke atas ranjang. ia tidak jika sampai pelayan melihatnya terpuruk seperti semalam. mau bagaimana pun, ia harus menjaga marwahnya sebagai Nyonya di rumah itu.

"Baik Nyonya." Setelah mendapatkan ijin dari sang pemilik kamar, Pelayan akhirnya masuk sembari mendorong alat bersih-bersih

Arneta tidak memperdulikan itu, Wanita itu justru memilih duduk bersandar di atas kepala ranjang.

Crekkkkk

"Auhhhhh" Pekik Arneta sembari menutup wajahnya di karenakan cahaya mata hari yang tiba-tiba menerpa wajahnya

"Nyonya, anda baik-baik saja? maaf saya tidak sengaja." Pelayan tadi kembali berusaha menutup korden kamar, lalu berlari menghampiri Arneta

"Nyonya, maafkan saya." pelayan itu kembali mengulang ucapannya setelah sampai di samping Arneta

"Kepalaku pusing, bisakah ambilkan Air untukku!"

"Tentu saja Nyonya, tunggu sebentar!"

Setelah beberapa saat, Akhirnya Arneta mendapatkan apa yang ia cari hingga meminum air itu sampai tandas.

"Anda butuh yang lain Nyonya?"

"Tidak. ini sudah cukup, terimakasih." jawab Arneta menolak

Beberapa saat kemudian pintu kamar itu kembali terbuka dan munculah Vincent dari balik pintu itu dengan wajah letih.

Deg

Vincent terkejut, ia pikir Arneta sudah berangkat ke butiknya sehingga ia berfikir akan aman pulang di jam-jam seperti ini. namun nyatanya apa yang ia bayangkan tak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Arneta masih di rumah, bahkan saat ini tengah menatap ke arahnya.

Kini Vincent merasa tertangkap basah hingga tersenyum canggung. "Sa.... sayang, kau masih di rumah. A... aku pikir, ka... u sudah berangkat bekerja." Ucap Vincent dengan tergagap hingga kini perlahan mendekati sang istri

"Dari mana? Kenapa tidak mengabariku?"

DeG

Vincent yang terkejut, lantas melirik ke arah pelayan yang berdiri di samping sang istri.

"Bukankah semalam aku sudah mengabari rumah jika harus ke luar kota. benar kan bik?" Ucap Vincent sembari menatap sang pelayan yang sejak tadi hanya diam dengan wajah tertunduk

Sepertinya, pria itu ingin mencari dukungan dari pelayan yang semalam sudah ia beri kamar jika ia tidak akan pulang.

Sedangkan pelayan tadi mengangguk sembari menatap Arneta, "Be.. benar tuan. semalam saya sudah memberitahu Nyonya jika anda tidak bisa pulang, sebab harus ke luar kota."

Mendengar itu, Vincent dapat bernafas dengan lega karena berfikir bisa lolos dari cecaran sang istri.

"Kenapa tidak langsung menghubungiku? kenapa harus melalui pelayan?" Cecar Arneta lagi

Nampaknya, ia belum benar-benar puas mencegah sang suami sampai Pria itu mau mengakui dosa-dosa nya.

Vincent lantas mendekati sang istri, lalu duduk di bibir ranjang sembari meraih tangan sang istri untuk ia genggam.

Namun sebelum menjelaskan semuanya, Vincent meminta pelayan untuk keluar dari kamarnya agar bisa bicara empat mata dengan sang istri.

"kau keluarlah!"

"Baik Tuan, saya permisi."

Pelayan itu lantas dengan segera melangkah keluar dari kamar itu, tidak lupa ia mengambil Peralatannya juga untuk di bawa keluar.

Setelah memastikan pelayan itu keluar dari kamarnya, Vincent akhirnya mencoba untuk menjelaskan kepada sang istri agar tidak salah paham padanya.

"Sayang, apa kau marah?" Tanya Vincent sembari menatap Arneta, yang nampak membuang muka ke arah lain

Sedangkan Arneta hanya diam tak berniat menjawab. wanita itu takut menatap sang suami karena tidak ingin mengingat kejadian semalam saat sang suami tengah bercumbu dengan wanita lain.

Ketika Vincent meraih wajahnya pun, Arneta memilih memejamkan matanya agar tidak menangis ketika menatap wajah sang suami.

Melihat itu, Vincent semakin bingung. kenapa wajah sang istri terlihat sembab dan seolah tak ingin menatap dirinya.

"Ada apa? kenapa wajahmu sembab?"

Deg

Spontan Arneta membuka matanya karena terkejut, hingga hal itu membuat Vincent berubah semakin tak mengerti.

Sebenernya apa yang terjadi kepada sang istri sejak seharian kemarin mereka tidak bertemu.

"A... aku, aku baik-baik saja." jawab Arneta dengan gugup, lalu ia menarik tangannya dari genggaman sang suami.

Lalu, Arneta memutar otak agar bisa terlepas dari cecaran sang suami. "wajahku, kenapa dengan wajahku?" tanya Arneta sembari beringsut turun dari atas ranjang, lalu berjalan menuju ke arah meja rias

Ketika itu, Vincent hanya bisa menatap Arneta dengan penuh tanya karena ia merasa sikap Arneta berubah padanya.

Arneta pura-pura menatap dirinya di dalam cermin, lalu mencoba mengacak-acak skincare nya untuk mencari sesuatu.

"Ini dia," Gumamnya setelah menemukan masker untuk mengecilkan kantung mata yang ia temukan. " Sepertinya semalam sebelum tidur, aku lupa memakai masker mataku." Ucap Arneta berbohong

"Apa??" Sebenarnya Vincent tak langsung percaya dengan jawaban sang istri. namun karena ia sedang terburu-buru untuk segera berangkat ke kantor, ia memilih untuk percaya saja agar obrolan mereka tak semakin panjang

Selain itu, Vincent juga tidak mau Arneta kembali mencecarnya perihal kemana ia pergi semalam.

"Baiklah," Vincent bangkit dari duduknya sembari menghela nafasnya dalam-dalam, lalu ia menghampiri sang istri hingga memeluk pinggangnya dari belakang.

Sembari meletakkan dagunya di bahu sang istri, Vincent berusaha untuk merayu sang istri agar percaya padanya.

"Maaf kan aku karena semalam tidak mengabarimu secara langsung. jujur aku sedang panik saat itu hingga yang terfikir di otakku hanya untuk mengabari rumah. jangan marah, oke!"

Namun, Arneta hanya diam sembari menatap pantulan mereka berdua dari cermin.

Karena tidak mendapat jawaban, Vincent memilih membalikan tubuh sang istri agar menatap ke arahnya.

"Hei tatap aku!" Pinta Vincent ketika Arneta justru memilih menundukan wajahnya, karena tak ingin mengulur waktu, Vincent memutuskan untuk mengangkat dagu Arneta agar mau menatapnya. "Maafkan aku sayang, aku janji ini tidak akan terjadi lagi. jangan marah! apalagi sebentar lagi adalah ulang tahun pernikahan kita, bukankah kita akan merayakannya seperti biasanya."

Deg

Mendengar itu, Arneta terkejut hingga sontak menatap lekat ke arah sang suami.

Di dalam benaknya, Ia bingung. bagaimana bisa Vincent bersikap setenang itu di hadapannya setelah tega melakukan kebohongan besar di belakangnya.

ataukah memang seperti itu karakter asli dari suaminya?

Terpopuler

Comments

Ratna Ningsih

Ratna Ningsih

pembohong dan tukang selingkuh satu paket, bisa bermain drama dg baik seolah ga terjadi apa". ayoo arneta bangkit dan cari bukti agar Vincen ga lgi berkutik💪💪😘😘

2025-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Awal ketahuan
2 Undangan menyakitkan
3 Kilas balik
4 Firasat
5 Bangkit
6 Drama sang Gundik
7 Kecewa
8 Tipu muslihat
9 Sukses
10 Rasa bersalah
11 Kemunculan yang tak terduga
12 Mempermalukan
13 Pengusiran
14 Ancaman
15 Sesuai rencana
16 Kecurigaan
17 Kekesalan
18 Siasat
19 Menghindar & visual
20 Gugatan
21 Gugatan 2
22 Perasaan Reyhan sesungguhnya
23 Reyhan Asegaf
24 Viral
25 Penyesalan Arneta
26 Kemarahan Arneta
27 Rencana sang Gundik
28 Putusan
29 Sikap Nyonya Ardiansyah
30 Reyhan Vs Vincent
31 Usaha untuk Rujuk
32 Awal Mulanya Kehancuran Vincent
33 Siasat Nyonya Caterina
34 Memohon maaf sang Ibu (1)
35 Berdamai
36 Kegilaan Vincent
37 Semakin dekat
38 Bejatnya Susan
39 Ancaman
40 Akal licik
41 Akal licik Vincent
42 Perhatian
43 Kisah para pelakor
44 Kekecewaan Arneta
45 Pertemuan tidak terduga
46 Romeo Vz Juliet
47 Rencana licik
48 Teror
49 Khawatir
50 Kebohongan
51 Kekhawatiran
52 Adu domba
53 Kegaduhan
54 Penyesalan
55 Ketegasan seorang IBu
56 Pelaku Utama
57 Tertangkap basah
58 Kejutan
59 Kejutan Yang membuat terkejut
60 Lamaran
61 Melupakan
62 Bertemu kembali
63 Upaya pencarian
64 Ancaman
65 penyelidikan
66 Mulai Gila
67 Bimbang
68 Hari yang di tunggu
69 Hilang
70 Penculikan
71 Kegaduhan
72 Bukti
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Awal ketahuan
2
Undangan menyakitkan
3
Kilas balik
4
Firasat
5
Bangkit
6
Drama sang Gundik
7
Kecewa
8
Tipu muslihat
9
Sukses
10
Rasa bersalah
11
Kemunculan yang tak terduga
12
Mempermalukan
13
Pengusiran
14
Ancaman
15
Sesuai rencana
16
Kecurigaan
17
Kekesalan
18
Siasat
19
Menghindar & visual
20
Gugatan
21
Gugatan 2
22
Perasaan Reyhan sesungguhnya
23
Reyhan Asegaf
24
Viral
25
Penyesalan Arneta
26
Kemarahan Arneta
27
Rencana sang Gundik
28
Putusan
29
Sikap Nyonya Ardiansyah
30
Reyhan Vs Vincent
31
Usaha untuk Rujuk
32
Awal Mulanya Kehancuran Vincent
33
Siasat Nyonya Caterina
34
Memohon maaf sang Ibu (1)
35
Berdamai
36
Kegilaan Vincent
37
Semakin dekat
38
Bejatnya Susan
39
Ancaman
40
Akal licik
41
Akal licik Vincent
42
Perhatian
43
Kisah para pelakor
44
Kekecewaan Arneta
45
Pertemuan tidak terduga
46
Romeo Vz Juliet
47
Rencana licik
48
Teror
49
Khawatir
50
Kebohongan
51
Kekhawatiran
52
Adu domba
53
Kegaduhan
54
Penyesalan
55
Ketegasan seorang IBu
56
Pelaku Utama
57
Tertangkap basah
58
Kejutan
59
Kejutan Yang membuat terkejut
60
Lamaran
61
Melupakan
62
Bertemu kembali
63
Upaya pencarian
64
Ancaman
65
penyelidikan
66
Mulai Gila
67
Bimbang
68
Hari yang di tunggu
69
Hilang
70
Penculikan
71
Kegaduhan
72
Bukti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!