...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, Mira segera bertindak sesuai arahan Arneta. Ia mendatangi kantor Firma hukum yang terbaik di negaranya untuk memuluskan rencana mereka.
Wanita itu meletakkan map berisi surat-surat lengkap yang di minta oleh sang pengacara yang akan menangani kasus Arneta.
"Semuanya sudah lengkap di dalam sana.saya harap, anda bisa segera membereskan semuanya sebelum Tuan Vincent menyadari semuanya."
Mira nampak menatap serius ke arah Pria muda yang berstatus sebagai pengacara itu. Hingga saat Pria itu memberikan Berkas-berkas itu kepada asisten Pribadinya, Mira masih belum juga beranjak dari tempat itu.
"Baiklah, senang bekerja sama denganmu." Jawab Pria itu sembari mengulurkan tangannya pada Mira
Sayangnya, wanita itu justru mengabaikan uluran tangannya dan memilih untuk melangkah ke arah dinding kaca.
"Ku harap kau bisa membantu Nona Arneta, Rey. kasihan dia, Selama ini dia hanya di bodohi oleh suaminya yang pembohong itu." Ucap Mira ketika ingatannya menerawang jauh saat mereka memergoki suami atasannya itu merayakan sebuah pesta bersama selingkuhannya.
Pesta yang di claim sebagai pesta pertunangan oleh wanita yang dengan sengaja mengundang Arneta.
Tangan Mira terkepal kuat ketika mengingat wajah Bulan yang seolah menertawakan atasannya.
Reyhan melangkah menghampiri Mira, lalu berdiri tepat di sampingnya.
"Sudahlah, bukankah sudah aku katakan jika kita akan bermain cantik!" Jawab Reyhan sembari menoleh ke arah Mira
Wanita itu pun juga melakukan hal yang sama hingga keduanya saling menatap penuh keyakinan.
Reyhan adalah sepupu Mira yang berprofesi sebagai seorang pengacara handal, sepak terjang nya dalam menangani kasus tak perlu di ragukan lagi. ia tak pernah gagal dalam setiap kasus yang di tangannya sehingga Firma hukumnya selalu di percaya perusahaan besar hingga politikus dan para Artis ibu kota.
*******
Waktu terus Berlalu, Bulan nampak uring-uringan. sebab, Vincent sulit sekali di hubungi setelah malam itu.
"Ayo angkat! kenapa kau tidak mengangkat telepon ku sejak malam itu?"
Bulan Geram karena ATM berjalannya justru menghindarinya di saat genting seperti ini. Ia harus Shopping untuk menunjang penampilannya sebagai Artis.
"kau itu kenapa?" Tanya Susan, Ibu sekaligus manager Bulan
Wanita paruh baya itu tengah mengoles selai pada roti tawar yang ia persiapkan untuk sarapan. "Kemari lah. ayo makan sama-sama!" Anaknya pada sang Putri
"Tidak, aku tidak lapar." Jawab Bulan ketus
Ia kesal karena Susan terus memaksanya sarapan tanpa berfikiran untuk mencari solusi dari setiap masalahnya. terutama menyangkut Vincent, yang saat ini sulit sekali di hubungi.
"Sudahlah, dia pasti masih marah karena kau telah menghancurkan pestanya. Nanti jika dia butuh tubuhmu, maka dia akan datang sendiri kemari untuk mencari mu." Celetuk Susan seolah menyindir tingkah Bulan
Mendengar itu, Bulan semakin kesal hingga menghampiri Susan yang tengah melahap Makanannya.
BRAK
Benturan itu membuat Susah terkejut sampai-sampai tersedak makanannya sendiri.
"Apa kau bilang? jangan samakan aku dengan dirimu, Bu! aku bukan wanita murahan."
PLAK
Sebuah tamparan keras mendarat mulus tepat pada pipi Bulan, dan pelakunya adalah Susan yang tengah marah karena merasa terhina.
Selain itu, Susan merasa kesal karena sang Putri menghinanya sebagai wanita murahan.
Nafsu makannya tiba-tiba hilang begitu saja berganti dengan rasa kesal yang saat ini mulai tak bisa di bendung.
"Jaga ucapanmu, Bulan. Aku ini ibumu jika kau lupa!"
"Hahahaha, Ibu. ya kau ibuku, ibu yang sudah membuatku menderita karena egonya. "
"BULAN" Pekik Susan hingga Reflek mengangkat sebelah tangannya
"Apa, Hum? , kau mau menampar ku lagi?" Tanya Bulan sembari meraih tangan Susan, "Ayo tampar. Tampar kalau kau berani!"
"Okee, okee. ibu minta maaf, kenapa kau semarah itu? Ibu hanya memintamu untuk menunggu, tapi kau justru menghina ibu yang telah melahirkan mu. kau tau, jika bukan karena ibu, kau tidak akan mungkin ada di dunia ini, Bulan."
Bulan melipat kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum sinis.
"Oh ya, kau pikir aku sudi lahir dari rahim wanita seperti dirimu. aku justru menyesal kenapa Tuhan menakdirkan ku sebagai Putrimu, aku menyesal."
"Terserah," Jawab Susan sembari beranjak dari tempat itu tanpa berminat meladeni teriakan Bulan, yang terus memaki dirinya sebagai ibu yang tidak baik.
Sesampainya di dalam mobil, Susan menangis sejadi-jadinya sembari meremas dadanya sendiri.
"Bagaimana bisa aku melahirkan anak seperti dirimu, Bulan? Kak benar-benar anak tidak tau di untung. aku membesarkan mu susah payah, tapi kau justru memperlakukan ibumu ini seperti seorang babu."
Geram Susan penuh sesal dan berderai air mata.
Sementara itu, Bulan melempar apa saja nya ada di atas meja makan guna meluapkan kekesalannya.
*****
Beberapa hari berlalu, Pagi itu, Vincent tengah sibuk menandatangani berkas-berkas penting sebelum ponselnya kembali berdering entah sudah keberapa kali pagi ini.
Dret dret
Ponsel Vincent bergetar hebat beberapa kali, namun pria itu tak berniat sedikit pun untuk mengangkatnya. Ia tahu pasti siapa yang tengah menerornya akhir-akhir ini siapa lagi jika bukan Bulan.
Pria itu masih kesal hingga tidak berminat untuk berkomunikasi ataupun bertemu dengan wanita itu saat ini.
namun bukan Bulan namanya jika menyerah begitu saja meskipun sudah di abaikan seperti itu.
"angkat panggilanku jika tidak, jangan salahkan aku jika aku akan menggugurkan anak ini nantinya!"
Meskipun sekilas, Vincent dapat melihat pesan itu hingga sorot matanya berubah geram.
Tangannya terkepal kuat, jika saja wanita itu ada di hadapannya. Ia pasti sudah mematahkan tulang wanita itu saat ini juga.
Terpaksa, Vincent mengalah dan mengesampingkan egonya hingga memilih mengangkat panggilan Bulan kali ini.
"Jangan macam-macam!" Ancam Vincent setelah panggilan itu tersambung
"Aku sedang berada di rumah sakit jika kau ingin tau. Aku akan menggugurkan anak ini, anak kita yang tidak berarti apapun untukmu. Sekedar informasi, bayi kita kembar. Ku harap kau akan bahagia setelah si kembar tiada!"
Mendengar itu membuat Vincent terkejut hingga bangkit dari duduknya dengan mata terbelalak tak percaya.
"Haloo, haloo.... Bulan, jangan macan atau aku tidak akan pernah memaafkan mu."
Bulan justru tertawa mendengar ancaman itu, "Hahahaha, aku tidak bercanda Vincent. Jika kau tidak datang, maka aku akan benar-benar mengaborsi bayi ini dan kau akan merasa bersalah seumur hidupmu. Datanglah ke rumah sakit Permesta jika kau tidak ingin menyesal seumur hidup!"
"Stop!! Jangan macam-macam atau aku akan......... "
tut tut tut
Panggilan telepon itu terputus secara sepihak karena Bulan sengaja melakukannya, agar Vincent semakin kesal hingga pasti akan segera menghampirinya.
"Shit..... " Umpat Vincent hingga melempar ponselnya ke atas lantai
kini pria itu meremas kepalanya sendiri dengan hati yang was-was. Ancaman Bulan membuatnya pusing hingga memilih untuk segera mengurus wanita itu guna menyelesaikan urusan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments