Kekesalan

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Uhhhhh

Bulan meleguh sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing. nampak nya pengaruh obat bius belum benar-benar hilang dari tubuhnya hingga kesadarannya belum kembali seratus persen.

"Auhhh kenapa kepalaku pusing sekali? Di mana aku?" keluh Bulan sembari memindai sekitar

Ketika ia sadar, ia sudah berada di dalam dalam kamar Apartemen miliknya. "Hais, bagaimana aku bisa di sini? bukankah semalam aku ke rumah sakit bersama Vincent? lalu, di mana dia?" Gumam Bulan sembari mencari keberadaan pria idaman hatinya itu

"Tidak mungkin ini mimpi kan? semalam aku benar-benar bersamanya, aku pergi bersamanya ke rumah sakit."

Bulan mencoba beringsut turun dari ranjangnya. namun seketika ia meringis kesakitan sembari memegangi perutnya yang terasa ngilu.

" Stttttt Shit, kenapa sakit sekali?" keluhnya sembari kembali berbaring, di tengah-tengah rasa sakitnya. tiba-tiba Ibu Susan muncul dengan mendobrak pintu

BRAK

Jelas Bulan terkejut hingga reflek menoleh ke arah Pintu.

"Ibu, bisa tidak ketuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamarku." Tegur Bulan, yang seketika lupa dengan rasa sakitnya

Susan tak perduli ocehan Putrinya itu, ia justru semakin kesal karena Bulan baru bangun di jam seperti ini. terlebih, kecerobohan Bulan membuatnya di tegur oleh Client akibat ketidak hadiran Bulan. padahal hari ini artis sekaligus putrinya itu harus melakukan pemotretan untuk sebuah majalah fashion.

Plak

Susan melempar beberapa lembar kertas tepat mengenai wajah Bulan, yang masih terbaring di atas tempat tidur hingga membuatnya memekik kesal.

"Bu, Apa yang Ibu la...... "

"Periksa itu, bodoh!" Potong Susan sebelum Bulan mengomelinya terlebih dahulu.

Bulan terdiam, lalu bergegas mengambil kumpulan kertas itu dan membacanya.

"Dasar Bodoh. kau sudah membuat kita merugi, Client marah hingga membatalkan kerja sama dengan kita akibat ketidak becus-san mu. kemana saja kau semalaman dan kenapa sulit sekali di hubungi?" imbuh Susan dengan nafas yang memburu

Bulan yang belum sadar dengan apa yang terjadi pun di buat semakin bingung dengan rentetan kata yang baru saja ia baca.

Pembatalan kerja sama, penalti kontrak yang harus di bayar, kerugian dan lain-lain yang harus ia tanggung dari dua pekerjaan yang ia lewatkan.

"Wait, wait, Apa ini. bagaimana bisa?" Gimna Bulan dengan Ekspresi wajah tak terbaca

"apa maksudmu bagaimana bisa? kau jelas-jelas tidak datang kemarin. maka dari itu aku bertanya padamu, kemana kau? kenapa tidak datang?

Susan semakin geram hingga menjambak rambutnya sendiri. awalnya ia sudah membayangkan untung dari kontrak kerja sama itu, mengingat bayarannya yang cukup fantastis. apalagi, brand-brand yang memakai jasa Bulan kali ini adalah Brand ternama sehingga sudah terbayang seberapa besar pundi-pundi yang mereka dapatkan setelah Bulan menjadi Brand ambassador mereka.

Namun, akibat kecerobohan Putrinya itu. harapan Susan kedepannya gagal total dan justru mereka harus membayar denda yang begitu besar.

Berbanding terbalik dengan Susan, Bulan justru tak begitu perduli hingga melempar setumpuk kertas itu ke arah lantai. lalu, ia turun menuju ke arah Bathroom

"Ya sudah, masih banyak brand lain yang ingin bekerja sama denganku. justru mereka yang akan merugi jika sampai membatalkan kerja sama itu denganku!" Jawab Bulan, dengan angkuh

"dasar bodoh. bagaimana cara kita membayar penalty sebanyak itu setelah ini,hum?"

Deg

Bulan Reflek menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Susan yang kini menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Ibu pakai saja uang tabunganku yang ibu bawa! toh, aku belum pernah memakainya Bukan."

Susan melangkah mendekati Bulan, lalu mencengkeram Bahunya dengan sangat kasar. "Apa kau bilang, Tabungan? tabungan apa? kau sama sekali tidak memiliki tabungan Bulan. yang ada hanya Hutang."

Jawaban yang di berikan Susan membuat Bulan terkejut

"Jangan bercanda, Bu." Ketus Bulan sembari menepis cengkeraman Susan dari bahunya

"Untuk apa aku bercanda, hum? apa yang aku katakan adalah kebenaran."

Bulan yang tak terima kini berbalik mencengkeram Bahu sang ibu untuk meminta penjelasan. "Lalu kemana semua uangku selama ini? uang hasil kerja kerasku, kemana Bu?"

Sentak Bulan sembari menggoyangkan Bahu sang Ibu.

Tak mau di salahkan, Susan menepis Tangan Bulan hingga adu argumen tak terelakkan dari keduanya.

"kau pikir apa yang kau kenakan selama ini dari mana? makananmu yang serba mewah, pakaian penunjang mu, liburanmu, dan lainya itu kau dapat dari mana?

"Apa Ibu pikir aku bodoh? aku mendapatkan semua ini bukan hanya dari bekerja sebagai artis. apa yang aku punya dan aku pakai saat ini adalah hadiah dari menemani para pengusaha dan pejabat-pejabat itu. seharusnya, uangku dari pekerjaan sebagai artis tak tersenggol sedikitpun untuk gaya hidupku. lalu, Ibu kemana kan uang itu? Jawab!!"

Bulan yang murka sampai-sampai menjabarkan semua pekerjaan yang selama ini ia jalani selain sebagai artis. dan Susan pun mengetahui semuanya.

"Jadi, kau mencurigai aku, ibumu ini? ibu yang sudah membesarkan mu dan merawat mu seorang diri. ibu yang sudah mengantarkan mu sampai sesukses ini, Bulan?"

Susan sampai terperangah tak percaya dengan apa yang ia dengar keluar dari mulut Putri yang ia besarkan selama ini.

"Tentu saja. Ibu pikir aku tidak tau, jika selama ini ibu hobby berjudi dan memakai jasa gigolo untuk menyenangkan hati ibu. ibu pikir, aku tidak tau jika selama ini, ibu membayar mereka semua menggunakan uang ku..........ibu.... "

"KAU ANAK YANG TIDAK TAHU DI UNTUNG," Potong Susan dengan nada yang meninggi. " menyesal aku melahirkan mu di dunia ini." Imbuhnya lagi sebelum pergi meninggalkan kamar putrinya dalam keadaan marah

Bulan tak perduli, ia pun juga sangat kesal karena ibunya justru melimpahkan semua kesalahan padanya tanpa mau tau alasan di balik ketidak hadirannya dalam kontrak kerja sama itu kemarin.

Perlahan Bulan kembali duduk di bibir ranjang sembari mengingat-ingat bagaimana bisa berada di dalam kamarnya setelah sadar. padahal ia ingat betul jika ia berada di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan sebelum ibunya datang.

Tak kunjung menemukan jawaban, Bulan kini mencari keberadaan ponselnya berniat menghubungi seseorang.

Deg

"What? dua hari, bagaimana bisa?"

Ketika berhasil menemukan ponselnya, Bulan justru mengetahui fakta jika dua hari berlalu begitu saja. pantas, ibunya datang dengan marah-marah tadi.

Kini Bukan menekan kepalanya untuk mengingat semuanya, apa saja yang ia lakukan saat di rumah sakit. bagaimana dia bisa sampai ke apartemen nya?

Ia yakin jika ia tidak berhalusinasi ketika ia di paksa melakukan pemeriksaan dikandungan. namun kenapa ia tak bisa mengingat apapun setelah itu?

Bulan mencoba menghuni Vincent beberapa kali. namun justru panggilannya di tolak beberapa kali. tak pantang menyerah, Bulan mencoba untuk mengirim pesan. namun, justru pesan yang ia kirim dua hari yang lalu pada Pria itu masih tersimpan di sana.

Deg

Melihat itu, kecurigaan Bulan semakin bertambah.

"Vincent, mungkinkah dia yang melakukannya? tapi untuk apa?"

kejanggalan yang terjadi membuat Bulan sedikit curiga. hingga bertekad akan mencari tau tentang apa yang terjadi dua hari ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!