Undangan menyakitkan

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam mobil, Arneta hanya diam sembari menatap ke arah luar. tatapannya kosong, hatinya terluka. pria yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata tega bermain api di belakangnya.

Arneta tenggelam dalam ingatan nya di mana ia bisa sampai ke tempat itu.

Ia kembali teringat bagaimana pertama kali ia mengenal Bulan, artis muda yang tengah naik daun yang tiba-tiba datang ke butiknya seminggu yang lalu.

Wanita itu beralibi ingin mengambil sendiri gaun pesta pesanannya dan ingin bertemu secara langsung dengan Designer gaun itu untuk mengucapkan terima kasih.

Namun siapa sangka, hari itu adalah awal di mana Bulan telah mempermainkan nya.

"Wah gaun ini bagus sekali, apakah ini gaun rancangan anda?"

"Benar, ini gaun rancangan saya sendiri, apakah anda menyukainya?"

"Of course, tentu saja saya sangat menyukainya. warna ini warna kesukaan calon suami saya dan kebetulan saya akan memakai gaun ini untuk pesta pertunangan kami nanti." Jawab Bulan sembari menatap gaun putih dengan aksen Fit to body dengan sentuhan klasik pesanannya

"Wah anda akan bertunangan? pasti acaranya akan sangat meriah."

"Tidak," jawab Bulan dengan ekspresi wajah sedih

"Kenapa? bukannya pertunangan atau pernikahan seorang artis akan selalu di liput Media dan akan menjadi berita besar. apalagi, anda saat ini tengah naik daun, pasti pestanya akan sangat meriah bukan."

Arneta cukup antusias mendengar kabar itu, kabar di mana seorang artis terkenal akan bertunangan. terlebih, gaun yang akan di gunakan Bulan adalah gaun rancangan nya. sudah pasti, itu akan membuka peluang nama butiknya semakin terkenal.

"Sayangnya calon suamiku menginginkan pertunangan kami di lakukan secara private dan hanya orang-orang tertentu saja yang di undang."

"Oh begitu ya, sayang sekali." Ucap Arneta dengan senyum yang sejak tadi tidak pernah luntur dahi bibirnya

Tanpa di sadari Arneta, saat ini bulan tengah tersenyum sinis ke arahnya. lalu wanita itu seperti tengah mencari sesuatu di dalam tasnya, setelah mendapatkan apa yang ia cari, Bulan lantas mengulurkan nya ke arah Arneta

"Ini untuk anda."

Deg

Arneta cukup terkejut ketika Bulan tiba-tiba mengulurkan sebuah undangan di hadapannya, yang ia yakini adalah undangan pertunangan nya.

apalagi sebelumnya mereka belum saling mengenal satu sama lain, lalu bagaimana bisa Bulan tiba-tiba memberinya sebuah undangan.

Arneta menerima undangan itu dengan senang hati. "Ahhhhh ini untuk saya?"

"Ya. Anda harus datang! aku sangat berharap Designer Gaun ini melihat gaunnya akan menjadi pusat perhatian di pesta pertunangan ku nanti!" Setelah mengatakan itu, Bulan memutuskan untuk pamit pergi

dan tanpa kecurigaan di dalam hatinya, Arneta membiarkan saja wanita itu pergi. sebenernya Arneta tidak berminat untuk datang ke pernikahan Bulan. namun justru wanita itu yang begitu getol setiap hari mengiriminya pesan untuk jangan lupa datang ke pesta pernikahannya

Hingga satu minggu kemudian, Akhirnya mau tidak mau Arneta menerima undangan itu sebagai wujud penghormatan kepada Kliennya.

Dret Dret

Dering Ponsel yang ada di genggaman tangan Arneta membuat wanita itu terkejut, lalu sadar dari lamunan panjangnya hingga tak sengaja melemparkan ponsel nya sendiri.

"Ya Tuhan, Astaga.... apa yang aku lakukan?" Gumam Arneta sembari mengusap keningnya, lalu dengan segera ia mengambil ponselnya kembali.

Mira menyaksikan semuanya. namun, ia memilih diam dan tetap fokus ke arah kemudi. sebab, ia tau suasana hati atasannya itu sedang tidak baik.

Ketika Arneta sudah berhasil menyalakan ponselnya, terdapat nomor Bulan yang kedapatan mengiriminya pesan.

Deg Deg Deg

Dengan tangan bergetar, Arneta memaksakan diri untuk membuka pesan itu, meskipun ia sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuk.

Deg

Terlihat jelas dalam pesan itu berisi sebuah foto cincin yang bertengger manis di jari kelingking tangan wanita yang sudah dengan sadar menjadi orang ke tiga dalam hubungan pernikahan mereka.

Tak cukup sampai di situ, Bulan juga menuliskan pesan di bawah foto itu.

"Maafkan aku karena harus melakukan ini! Tapi apa dayaku jika pria setampan Vincent telah melamar ku malam ini. ku harap kau akan mengerti dan sadar diri! sebab, aku sudah terlanjur mengandung calon anak kami, calon penerus keluarga Vincent."

Setelah membaca pesan itu, Arneta tak kuasa menahan tangis yang sejak tadi ia tahan. tangannya sampai bergetar hingga menyebabkan ponselnya kembali terjatuh.

Hiks hiks Hiks

Melihat itu, Mila seketika panik hingga memilih segera menepikan mobilnya.

"Nona, anda kenapa?" Tanya Mila sembari menoleh ke arah Arneta, ia tidak tega melihat keadaan Arneta semakin terpuruk hingga memilih untuk langsung memeluk atasannya.

Di pelukan Mila, tangis Arneta semakin pecah.

Mila memilih mengusap punggung Arneta dengan tujuan menenangkan. lalu, ia tak sengaja melihat ponsel Arneta yang kembali menyala, tanpa memiliki maksud apapun, Mila meraih ponsel itu hingga tak sengaja melihat foto dan pesan yang baru saja di kirim Bulan.

Seketika itu, Mila sadar bahwa pesan itulah yang membuat atasannya menjadi seperti ini.

"Astaga, wanita macam apa dia? bisa-bisanya ia melakukan ini?" Gumam Mila tak habis pikir

Sembari mengusap air matanya, Arneta menarik dirinya dari pelukan Mila. "Aku ingin pulang Mila, antar aku pulang!" Ucap nya dengan wajah sembab

"Tapi Nona, apakah tidak lebih baik jika kita melaporkan semua ini kepada polisi? anda tau jika kasus semacam ini bisa saja di tuntut, apalagi wanita yang menjadi pelakunya adalah seorang selebriti, itu akan lebih mudah untuk membuat wanita itu sadar dan pergi."

"Tidak!! kau pikir polisi akan semudah itu menerima laporan tanpa bukti?"

Deg

Mila terdiam, seketika ia sadar bahwa atasannya itu pun baru mengetahui perselingkuhan itu tadi. namun, Mila secepat mungkin memutar otak demi meyakinkan Arneta untuk tetap melaporkan perbuatan itu ke pihak berwajib.

Lalu, Mila teringat dengan pesan yang di kirimkan Bulan pada ponsel Arneta.

"Oh iya Nona, pesan ini, pesan ini bukankah bisa menjadi bukti?" Ucap Mila sembari mengangkat Ponsel Arneta yang kebetulan ia pegang.

Namun tiba-tiba Arneta merebut Ponsel itu dari tangannya hingga membuat Mila sedikit tersentak kaget.

"Nona, apa? kenapa?"

"sudah ku bilang tidak, Mila. bukti ini belum cukup, polisi tidak akan memprosesnya kecuali kita memiliki bukti yang lain...."

"Bukti yang lain? bukti yang mana Nona?"

Lalu, Arneta meraih tangan Mila untuk ia genggam sembari berkata, "apa kau mau membantuku?"

Dengan yakin Mila menganggukkan kepalanya, "Tentu saja nona,"

"Jangan katakan apapun kepada orang lain soal apa yang kau lihat tadi! berjanjilah padaku, jika ini akan menjadi rahasia kita berdua."

"Tapi Nona, kenapa saya harus melakukan itu?"

"Karena Vincent bukanlah orang sembarangan Mila." Pekik Arneta hingga membuat Mila terdiam.

"jika sampai dia tau, kau lah yang menyebarkan berita buruk tentangnya bukan hal yang sulit untuknya menyakitimu dan keluargamu. bahkan, akupun tidak yakin jika bisa menyelamatkan mu jika sampai itu terjadi." imbuh Arneta lagi dengan wajah yang berubah dingin

Mendengar itu, nyali Mila seketika menciut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!