Bangkit

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah kejadian tempo hari ketika Vincent tidak pulang kerumah, Arneta memilih bersikap seperti biasanya. ia bersikap seolah tidak mengetahui apapun tentang kebohongan sang suami dengan harapan Vincent akan berbuah.

Kini Arneta tengah berada di ruang kerjanya dengan tangan yang ia tangkup kan di atas meja, khas orang-orang yang tengah berfikir keras.

Dret Dret

Tanpa sadar ponselnya berdering, lalu tanpa melihat siapa yang tengah menghubunginya, Arneta langsung mengangkat panggilan itu tanpa curiga

"Ya.... " Ucapnya

Namun bukan jawaban yang ia terima melainkan sebuah suara yang kembali membuat lukanya menganga bagai di siram air garam.

Reflek Arneta bangkit dari duduknya dengan mulut yang menganga lebar.

Suara laknat khas percin*aan itu begitu memekakkan telinga.

"Ahhhhh ahhh sayang, kau semangat sekali." Geram seorang wanita hingga membuat Arneta menjauhkan ponsel itu dari telinganya

Lalu, ia menatap layar ponselnya sekilas sembari menghela nafasnya dengn sangat kasar.

Tak mau kewarasannya terganggu, Arneta memilih mematikan panggilan itu hingga duduk kembali pada kursi kerjanya sembari meletakkan ponselnya itu secara kasar.

"Ahhhhhhhhhhh" Pekik Arneta sembari menjambak rambutnya sendiri

 Teriakannya itu membuat Mira yang ada di depan ruangannya nampak terkejut hingga berlari masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Nona ada apa?" Tanya Mira sembari mengamati keadaan Arneta yang nampak kacau

Mendengar suara Mira, Arneta lantas mengangkat wajahnya sembari tersenyum. "Aku baik-baik saja," jawab Arneta dengan nafas yang nampak tak beraturan

"Bagaimana mungkin baik-baik saja jika nafas anda saja seperti itu Nona, apa perlu saya panggilkan dokter Sean untuk datang kemari?"

Mendengar itu, Arneta lantas kembali bangkit dari duduknya. "sudah aku katakan jika aku baik-baik saja. aku hanya ingin melampiaskan kekesalanku, Mira. itu saja." jawab Arneta

lalu, setelah mengatakan itu, wanita itu kembali duduk sembari memijit pelipisnya yang terasa nyeri.

Mendengar jawaban itu, Mira merasa tak enak hati untuk kembali bertanya. sebab, ia sudah masuk ke dalam ruangan atasannya itu tanpa permisi.

"Baiklah nona. jika anda butuh bantuan saya , saya ada di depan." Ucap Mira

Lalu tanpa menunggu lama, Mira beranjak melangkah keluar dari ruangan itu. namun, baru beberapa langkah saja, ia kembali menghentikan langkah kakinya ketika mendengar ponsel Arneta berdering.

Saat itu, Mira berinisiatif kembali berbalik karena merasa khawatir dengan keadaan Arneta. entah mengapa Mira merasa jika akan terjadi sesuatu yang tidak baik setelah ini.

"Ya..... " Jawab Arneta, masih dalam posisi memijit pelipisnya sendiri

Sementara Mira mencoba untuk menyiagakan telinganya baik-baik siapa yang tengah menghubungi sang atasan.

"Halo Nyonya Arneta Ardiansyah, bagaimana? apakah kau masih belum menyerah juga? aku yakin kau tidak tuli dan mendengar semuanya tadi," Ucap Bulan sembari memainkan kuku-kuku lentiknya yang baru saja ia rawat

Saat ini posisinya tengah berada di bathroom hingga ia berani menghubungi Arneta secara langsung, tanpa takut jika Vincent akan mendengar percakapannya karena Pria itu tengah tidur lelap setelah puas bercumbu dengannya.

Mendengar itu, Arneta justru tersenyum miring. ia menahan tawanya hingga suaranya nampak tertahan.

Mira yang melihat itu secara langsung nampak mengerutkan keningnya. sebab, ia tidak bisa mendengar apapun percakapan Arneta dengan lawan bicaranya dan justru melihat Arneta mati-matian menahan tawa.

Lain Mira, lain Bulan yang kini nampak kesal karena merasa di tertawakan oleh Arneta. "Hei apa yang kau tertawakan?" Bentak Bulan sembari bangkit dari duduknya dengan wajah menegang

Ia sangat kesal karena merasa sudah gagal membuat Arneta marah. karena tujuannya menbuat Arneta mengetahui perselingkuhan nya dengan Vincent, adalah untuk membuat wanita itu menyerah dan memilih menggugat cerai suaminya terlebih dahulu.

Sebab, Vincent berkata ia tidak akan pernah menceraikan Arneta sampai kapanpun. dan berkata padanya untuk tidak terlalu berharap dengan hubungan mereka, sebab Vincent sangat mencintai Arneta.

Hal itulah yang membuat Bulan akhirnya bersikeras mencari cara untuk memisahkan keduanya bagaimana pun caranya.

"kau itu lucu sekali, Bulan. untuk apa kau menelpon ku hanya untuk mendengarkan suaramu yang berisik itu, kau pikir aku cemburu? cih, tidak sama sekali, sebenernya aku justru geli mendengarnya." Jawab Arneta sembari tertawa

"Apa kau bilang?" Tangan Bulan terkepal kuat sampai kuku-kuku jarinya nampak memutih

"Ck, benar kata orang-orang jika kau ini Berisik." Ejek Arneta sembari memutar bola matanya dengan malas

"What? apa kau bilang? kau itu benar-benar ya, jangan......... "

Tut Tut Tut

Panggilan itu terputus secara sepihak karena Arneta dengan sengaja mematikan ponselnya.

Spontan Bulan menjauhkan ponsel itu dari telinganya hingga detik itu juga, ia menyadari jika panggilan mereka telah terputus. dan ia yakin benar pasti Arneta dengan sengaja melakukannya.

Sembari meremas ponselnya, Bulan mengumpat Arneta dari ujung telepon. "Arneta, kau........" Bulan men jeda ucapannya demi bisa menarik nafasnya dalam-dalam, " Awas kau....tunggu permainan ku selanjutnya!!" Ancam bulan dengan nada tinggi

******

Di sisi lain, Arneta nampak menatap ponselnya dengan tersenyum puas, hingga membuat Mira penasaran dan tertarik untuk bertanya kepadanya.

"Ehemm"

Deheman Mira membuat Arneta tersadar jika di ruangan itu tidak hanya ada dirinya. namun, juga ada Mira yang sejak tadi nampak serius mengamati gerak geriknya.

"Nona, apakah tadi Bulan yang menghubungi anda?"

"Ya, seperti yang kau duga," Jawab Arneta sembari bangkit dari duduknya, lalu wanita itu berjalan menuju dinding kaca ruang kerjanya untuk menatap pemandangan kota sore itu dari ruangannya.

Di sana ia tersenyum sinis, Arneta mulai belajar jika tidak ada yang perlu ia sesali atau tangisi. yang ada, Arneta berfikir ia harus bangkit. jika ia terlihat lemah maka Bulan akan semakin berani mengintimidasi dirinya.

Mira memberanikan diri untuk melangkah mendekat, lalu menyentuh bahu Arneta demi memberikan kekuatan pada atasannya itu.

"Nona, saya mohon anda harus kuat." Ucap Mirna menyemangati

"Ck, apa yang kau katakan ini Mira?" Tanya Arneta sembari berbalik menatap Mira, "Apakah aku semenyedihkan itu hingga butuh di kasihani?"

Deg

Mira terkejut hingga sampai menarik tangannya untuk menutup mulutnya sendiri. Lalu, ia menggeleng lemah sebab ia tidak bermaksud berkata demikian.

"Nona, saya tidak bermaksud seperti itu. saya hanya..... "

"Aku tau." Potong Arneta sembari tersenyum, "Tadi aku hanya bercanda Mira, come on, aku tau kau kawatir pada keadaanku. tapi ayolah, Aku baik-baik saja. bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya ketika aku menyaksikan sendiri dengan mata kepalaku pria itu Berkhianat di belakangku." Imbuhnya dengan jujur

"Syukurlah jika memang begitu, Saya kira anda akan..... "

"Terpuruk." Potong Arneta lagi dan di angguki pula oleh Mira

"Omong kosong," ucap Arneta sembari tertawa lepas sembari merentangkan kedua tangannya seolah menikmati udara segar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!