hamil

Alana yang merasakan. Pusing tidak kunjung mereda. Keluar dari kamar untuk meminta obat ke Melvin. Karena kebetulan Melvin seorang dokter.

Melvin yang berada di ruang tamu melihat Alana berjalan sambil memegangi kepala nya mengeryitkan kening nya.

"Alana kamu kenapa. Kenapa kamu memegangi kepala mu.?" Tanya Melvin kepada sahabat nya itu.

Alana yang mendengar suara Melvin langsung mendongak dan menatap Melvin.

"Vin kebetulan kamu di sini, aku mau minta obat pusing ada gak.!" Tanya Alana.

"Pusing. Kamu sakit al."

"gak tau nih Vin, kepala ku pusing banget.?" jawab Alana sambil memijat plipisnya.

"ya sudah aku ambilkan alat ku dulu biar aku cek sekalian kesehatan kamu!" Ucap Melvin yang langsung beranjak pergi.

Tak berselang lama Melvin kembali dengan membawa alat-alat nya.

"Duduk sini al. Biar aku periksa!" Kata Melvin yang spontan membuat Alana panik.

"Gak usah vin. Aku gak apa-apa kok. Aku cuma pusing doang." Tolak Alana.. Alana masih  takut untuk mengecek kan kesehatan nya. Fikiran nya masih merasakan takut hal yang tidak di inginkan dirinya benar-benar benar terjadi.

"Alana sini biar kan aku mengecek kesehatan kamu. Bisa aja ada penyakit lain. Gak mungkin kalau cuma sakit kepala doang.!" Kata Melvin denga maksa.

Setelah di paksa akhirnya Alana mau untuk di periksa oleh sahabat baik nya itu.

Saat Melvin melakukan berbagai pemeriksaan kepada Alana. Raut wajah Melvin sering berubah-ubah. Tiba-tiba Melvin menatap Alana. "Alana tanggal berapa kamu biasa nya menstruasi..?"

Alana tertegun mendengar pertanyaan Melvin. Wajahnya langsung memucat, dan rasa takut yang selama ini ia coba tekan kembali menyeruak.

"Kenapa kamu tanya kayak gitu, Vin?" jawab Alana gugup sambil mengalihkan pandangan.

Melvin menatap Alana serius. "Aku dokter, lana. Dan aku cuma mau memastikan kondisimu. Jawab aja dengan jujur, tanggal berapa biasanya kamu menstruasi?"

Alana menggigit bibirnya, ia sadar ia tak bisa menyembunyikan dari sahabat nya itu lagi. Lana menunduk untuk menghindari tatapan Melvin. "Aku... aku nggak terlalu ingat, Vin. Mungkin sebulan yang lalu... atau..." Suaranya semakin kecil hingga hampir tak terdengar.

Melvin menghela napas panjang, menatap Alana dengan cemas. "Alana, gejala yang kamu rasakan mual, pusing, dan siklus menstruasi yang terlewat bisa jadi tanda awal kehamilan. Aku nggak mau menduga-duga, tapi kamu perlu tahu kebenarannya."

Mendengar kata "kehamilan," tubuh Alana langsung menegang. Jantungnya berdebar begitu kencang, hingga ia merasa sulit bernapas. "Kehamilan? Nggak mungkin Vin... aku... aku nggak mungkin hamil!" ucapnya terbata-bata sambil menggenggam kedua tangannya dengan erat.

Melvin mengamati reaksi Alana dengan penuh perhatian. "lana, aku tahu ini mungkin mengejutkan, tapi kalau memang ada kemungkinan seperti itu, lebih baik kita pastikan. Kamu mau aku bantu cek lebih lanjut, atau kamu mau beli tes kehamilan dulu?"

Alana menggeleng cepat. "Nggak! Aku nggak mau tahu, Vin! Aku nggak mau dengar apa-apa!" Seraya berkata begitu, Alana berdiri dan melangkah mundur dengan panik.

Melvin mendekati Alana dengan lembut, mencoba menenangkan sahabatnya itu. "alana aku cuma mau bantu. Kalau ini benar, kamu harus tahu dan memutuskan langkah selanjutnya."

Mata Alana mulai berkaca-kaca. Ia merasakan perasaan takut, malu, dan bingung bercampur jadi satu. "Vin, aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan. Kalau... kalau aku benar-benar hamil." Kata Lana yang berhenti tak sanggup untuk membayangkan jika dirinya hamil. Meminta pertanggung jawaban dari Ronal juga tidak mungkin.

Melvin meletakkan tangannya di bahu Alana, menatapnya dengan penuh empati. "Alana Kita cari tahu dulu. Setelah itu, kita pikirkan bersama apa yang harus dilakukan. Aku janji, aku nggak akan meninggalkan kamu. Kamu sahabat terbaik ku.!" Bujuk melvin

Dengan berat hati, Alana akhirnya mengangguk kecil. "Oke, Vin... aku akan coba, tapi tolong jangan kasih tahu siapa pun tentang ini." Pinta Alana kepada Melvin.

Melvin mengangguk. Dan kemudian Melvin langsung melakukan pengecekan dengan sangat serius. Dan beberapa saat. Melvin menatap Alana dengan tatapan serius. "alana siapa..? Siapa lelaki itu.! Siapa lelaki yang telah menghamili kamu.?" Tanya Melvin dengan tajam.

Alana yang mendengar pertanyaan Melvin. Hati nya terasa remuk redam. Dengan pertanyaan Melvin. Artinya dirinya sudah di pastikan kan hamil.

"Vin. Aku... Aku gak bisa memberi tau kamu siapa lelaki itu.?" Jawab alana menunduk.

Melvin terdiam sejenak, mencoba mencerna jawaban Alana. Tatapan seriusnya berubah menjadi sedikit kecewa dan prihatin. "Alana kamu tahu aku sahabatmu. Aku cuma mau bantu kamu, tapi kalau kamu nggak mau cerita, bagaimana aku bisa tahu langkah terbaik buat kamu?"

Alana menunduk, air matanya mulai jatuh tanpa bisa ditahan. "Vin, aku juga nggak tahu harus bagaimana. Aku nggak bisa cerita, karena... karena kalau aku cerita, itu nggak akan mengubah apa pun. Malah mungkin akan membuat semuanya jadi lebih rumit."

Melvin menghela napas panjang, menatap Alana dengan tatapan lembut namun penuh kekhawatiran. "al, aku nggak akan memaksa kamu, aku hanya ingin tau siapa lelaki yang telah menghamili kamu."

"Vin aku tau kamu peduli dengan ku. Tapi aku beneran gak bisa cerita siapa ayah anak yang aku kandung ini. Karena percuma jika dia tau anak yang aku kandung ini anak nya."  Jawab Alana.

"Baik lah jika memang kamu tidak mau cerita. Aku akan mencoba mengerti !" Ucap Melvin menyerah.

Alana mengangguk kecil, lalu menghapus air matanya. "Terima kasih, Vin. Aku tahu kamu selalu peduli sama aku. Tapi untuk sekarang... aku cuma minta kamu jangan tanya apa-apa dulu."

Melvin akhirnya mengalah, meskipun hatinya dipenuhi rasa penasaran. "Oke, Al. Tapi janji sama aku, kamu nggak akan menyimpan semuanya sendirian. Apa pun yang kamu butuhkan, bilang aja ke aku. Kamu nggak sendiri ada aku." Ucap Melvin. Meski selama ini Alana selalu menolak bantuan nya. Sebagai sahabat, Melvin selalu menanyakan apa yang di butuhkan Alana.

"Terima kasih, Vin," ujar Alana dengan suara lirih. Ia merasa bersyukur memiliki Melvin di sisinya, meskipun beban rahasia yang ia simpan masih terlalu berat untuk dibagikan.

Dalam hati, Alana tahu ia harus menghadapi kenyataan ini cepat atau lambat. Tapi untuk saat ini, ia hanya ingin bertahan dan mencari cara untuk melindungi diri dan calon anaknya.

Di saat mereka saling diam. Tiba-tiba Alana membuka suara.

"Vin lusa aku akan pergi dari kota ini." Ucap Lana yang mengejutkan Melvin.

"Apa? Pergi? Al, kamu mau ke mana? Kenapa tiba-tiba?" tanyanya, suaranya terdengar cemas.

Alana menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Aku nggak bisa terus tinggal di sini, Vin. Terlalu banyak yang terjadi, dan aku butuh waktu untuk memulai semuanya dari awal... di tempat yang baru." Jawab Lana.

Melvin mengerutkan keningnya. "Al, kalau ini soal apa yang kamu alami, kamu nggak harus lari. Kamu bisa hadapi semuanya di sini, dan aku akan bantu kamu. Pergi itu bukan solusi, Al."

Alana menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Vin, aku nggak lari. Aku cuma butuh ruang. Aku nggak mau membebani kamu lebih lama lagi. Kamu sudah cukup baik dengan menampung aku selama ini. Tapi aku nggak bisa terus bergantung sama kamu."

Melvin mendekat, mencoba meraih tangan Alana, tapi Alana menariknya perlahan. "Al, dengar. Aku nggak peduli soal beban atau apa pun. Kamu sahabatku, dan aku nggak mau kamu pergi sendirian, terutama dalam kondisi seperti ini. Setidaknya, kasih tahu aku ke mana kamu akan pergi."

Alana terdiam sesaat, lalu menunduk. "Aku belum tahu pasti, tapi aku akan cari tempat di mana aku bisa hidup tenang, jauh dari semua orang yang mengingatkan aku akan rasa sakit ini." Ucap Alana dengan suara parau.

Melvin menatap Alana dengan tatapan penuh kesedihan. "Al, kamu nggak sendiri. Jangan pikir kamu harus hadapi semuanya sendirian. Kalau kamu pergi, aku takut kamu malah kehilangan semangat yang kamu butuhkan."

"Vin... aku sudah memutuskan," jawab Alana dengan suara bergetar. "Aku harus melakukan ini. Aku janji akan kabari kamu nanti, setelah aku sudah menetap."

Melvin hanya bisa menghela napas panjang. "Kalau itu keputusanmu,  aku akan ikut pindah ke kota lain bersama kamu.?" Ucap Alvin dengan serius. Yang membuat Alana sangat terkejut dengan keputusan nya itu.

Episodes
1 cinta 1 malam dengan presdir kejam
2 terusir dari rumah sendiri
3 kecemasan Alana karena mual
4 hamil
5 meninggalkan semua nya dan pergi ke luar negri
6 kelahiran 2 malaikat kecil
7 kembali ke kampung halaman
8 sikap lucu si kembar
9 di mana Dedy mommy
10 apakah dia Dedy ku
11 perasaan yang saling terhubung
12 apakah dia benar-benar tidak mengenaliku
13 perlakukan lembut Ronal ke alana
14 Ronal mulai mencari identitas Alana
15 siapa Dira siapa Andra. semakin curiga
16 kepedulian sahabat
17 jadi dia anak ku
18 pertemuan cucu dan nenek
19 ketidak sabaran ronal
20 akhirnya kebenaran terungkap
21 jadi mereka cucuku
22 hasil tes DNA
23 aku akan menikahi kamu alana
24 keberanian si kembar melindungi mama nya
25 25 mencoba memberi kesempatan
26 bab 26
27 apakah dia menyerah
28 aku mencintai mu
29 tidak membutuhkan pernikahan
30 hampir menabrak orang
31 bertemu sahabat lama
32 datang kembali ke rumah alana
33 aku ingin Deddy dan mommy bersama
34 orang misterius
35 apa tujuan reza
36 Alana dalam masalah
37 Alana kecelakaan
38 Alana kritis
39 Ronal menuju rumah sakit
40 perseteruan Ronal dan reza
41 Ronal murka
42 Alana lumpuh
43 penyesalan Alicia
44 perseteruan 2 sahabat
45 Alana sadar
46 apakah aku lumpuh
47 tolong bawa anak-anak
48 perubahan sikap ibu Ronal mengetahui Alana lumpuh
49 sifat asli Bu alea
50 mau kah kamu menikah dengan ku
51 kepedihan si kembar
52 mimpi buruk alana
53 Alana kembali pergi
54 pertengkaran Ronal dan ibu nya
Episodes

Updated 54 Episodes

1
cinta 1 malam dengan presdir kejam
2
terusir dari rumah sendiri
3
kecemasan Alana karena mual
4
hamil
5
meninggalkan semua nya dan pergi ke luar negri
6
kelahiran 2 malaikat kecil
7
kembali ke kampung halaman
8
sikap lucu si kembar
9
di mana Dedy mommy
10
apakah dia Dedy ku
11
perasaan yang saling terhubung
12
apakah dia benar-benar tidak mengenaliku
13
perlakukan lembut Ronal ke alana
14
Ronal mulai mencari identitas Alana
15
siapa Dira siapa Andra. semakin curiga
16
kepedulian sahabat
17
jadi dia anak ku
18
pertemuan cucu dan nenek
19
ketidak sabaran ronal
20
akhirnya kebenaran terungkap
21
jadi mereka cucuku
22
hasil tes DNA
23
aku akan menikahi kamu alana
24
keberanian si kembar melindungi mama nya
25
25 mencoba memberi kesempatan
26
bab 26
27
apakah dia menyerah
28
aku mencintai mu
29
tidak membutuhkan pernikahan
30
hampir menabrak orang
31
bertemu sahabat lama
32
datang kembali ke rumah alana
33
aku ingin Deddy dan mommy bersama
34
orang misterius
35
apa tujuan reza
36
Alana dalam masalah
37
Alana kecelakaan
38
Alana kritis
39
Ronal menuju rumah sakit
40
perseteruan Ronal dan reza
41
Ronal murka
42
Alana lumpuh
43
penyesalan Alicia
44
perseteruan 2 sahabat
45
Alana sadar
46
apakah aku lumpuh
47
tolong bawa anak-anak
48
perubahan sikap ibu Ronal mengetahui Alana lumpuh
49
sifat asli Bu alea
50
mau kah kamu menikah dengan ku
51
kepedihan si kembar
52
mimpi buruk alana
53
Alana kembali pergi
54
pertengkaran Ronal dan ibu nya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!