OVER POSESIF
Suasana di salah satu SMA swasta di Jakarta teramat bising dengan suara sorak sorai dari semua murid kelas XII yang merasa sangat bahagia dengan pengumuman yang menyatakan semua murid telah dinyatakan lulus.
Kini beberapa siswa laki-laki maupun perempuan, terlihat sibuk mencoret-coret baju teman-teman mereka dan saling sign di atas baju putih yang sudah terlihat berwarna warni tersebut, akibat terkena semprotan pylox yang sudah sengaja mereka siapkan dari rumah.
Pemandangan tersebut berbeda dengan sepasang remaja yang tak lain adalah Qisya Anastasya dan Azriel Abraham yang saat ini tengah duduk berbagi keluh kesah di atas rumput di taman belakang kelas.
"Kenapa kamu hari ini terlihat tidak bahagia dengan kelulusan kamu ini Sya? Apa yang mengganggu pikiranmu saat ini? Bukankah ini yang selama ini kamu inginkan? Kamu ingin segera lulus dari sekolah agar kamu bisa cepat bekerja dan keluar dari rumah Bibimu yang selalu bersikap kasar kepadamu?"
Qisya menatap netra pekat sosok pria yang tak lain adalah Azriel Abraham yang sudah setahun menjadi kekasihnya.
"A-aku... aku bingung Zriel! Aku memang sangat bahagia dengan hari ini, tapi aku pun merasa sangat sedih karena kita mungkin nanti akan jarang bertemu karena kamu akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Sedangkan aku akan sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhanku sendiri."
"Kamu pasti nanti akan bertemu dengan gadis-gadis cantik di kampusmu dan akan dengan mudah melupakan aku. Mungkin kamu menganggapku terlalu berlebihan, tapi aku sangat takut kamu akan berpaling dan meninggalkan aku."
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan bila sampai kamu meninggalkanku. Selama ini hanya kamu yang selalu menghiburku, kamu selalu ada saat aku merasa sedih karena perlakuan buruk dari keluarga Bibiku." Dengan mata berkaca-kaca Qisya menatap sendu kekasihnya.
Entah apa yang akan terjadi setelah aku keluar dari rumah Bibiku yang bagai neraka itu, tapi aku hanya mempunyai satu harapan dalam hidupku. Harapanku itu adalah aku bisa menikah dengan kamu Azriel Abraham, kamu adalah sosok pria terbaik yang pernah aku kenal.
Apakah suatu saat kita akan berjodoh? Aku tidak bisa membayangkan bila hidup tanpa dirimu karena aku selalu terbiasa dengan semua perhatianmu hingga tanpa aku sadari aku selalu hidup bergantung padamu. Aku takut kamu akan meninggalkanku.
Qisya hanya bisa menumpahkan segala rasa kekhawatirannya di dalam hatinya. Dengan perasaan tidak menentu, dia mencoba menguatkan hatinya.
Azriel menggenggam punggung tangan Qisya. Netra pekatnya, menatap lembut manik mata coklat milik gadis yang sangat di cintai nya itu. "Itu tidak akan terjadi Sya," Itu adalah panggilan sayang Azriel untuk gadis yang sudah setahun mengisi relung hatinya.
"Kita akan selalu bertemu meski kamu nanti akan sibuk bekerja dan pindah rumah, aku berjanji padamu akan cepat menyelesaikan kuliah dan akan menikahimu setelah aku mendapatkan pekerjaan. Meskipun nantinya aku akan meneruskan memimpin perusahaan Papa, tapi aku pun perlu membekali diriku ilmu yang cukup agar aku tidak membuat perusahaan Papaku bangkrut !"
"Kamu tahu sendiri kan kemampuanku? Dengan otak jeniusku ini, aku akan dengan cepat menyelesaikan kuliahku. Jadi percayalah padaku, jangan pernah berpikir buruk tentangku. Karena itu akan membuat beban di pikiranmu dan juga di pikiranku."
"Seharusnya kamu menerima saranku untuk kuliah dengan program beasiswa dari Universitas! Aku yakin dengan kepandaianmu, pasti kamu bisa melanjutkan pendidikan dengan beasiswa."
Qisya menggelengkan kepalanya, andai dia adalah gadis gampangan, mungkin dia bisa menerima bantuan dari pacarnya itu yang pernah bilang akan membayarkan biaya pendaftaran untuk kuliahnya. Namun dirinya sama sekali tidak suka mendapat bantuan cuma-cuma dari orang lain meskipun itu dari seseorang yang sangat dicintainya.
Setiap hari mendapat cacian dan hinaan dari keluarga adik almarhum ayahnya, tentu saja membuat pikirannya sangat merasa tertekan. Selalu kata-kata kasar yang menyebutnya anak pembawa sial, parasit, bahkan lebih parah lagi di sebut anak tidak tahu balas budi karena hidup selalu menyusahkan orang lain.
Meski Qisya tahu bahwa dia tinggal di rumah bibinya tersebut tidak pernah diam berpangku tangan karena dia selalu membantu bibinya dengan memasak, membersihkan rumah, mencuci piring bahkan mencuci pakaian keluarga bibinya.
Hidupnya di sana tak ubahnya seperti pembantu yang mendapatkan upah dengan makanan yang dia makan dan juga biaya sekolahnya selama ini. Hal itulah yang membuatnya ingin cepat lulus sekolah agar bisa bekerja dan mencari tempat tinggal sendiri untuk dia tempati.
Rasa sabar yang selama ini dia tanamkan pada dirinya juga ada batasnya, mungkin dia harus menunggu satu bulan lagi agar bisa mengumpulkan uang setelah mendapatkan pekerjaan.
Mendengar kata-kata dari cowok tampan berkulit putih dan mempunyai badan yang sixpack meski usianya masih sangat muda, membuat Qisya merasa bahagia dan berbunga-bunga.
Namun Qisya menghela nafasnya dengan kasar, suaranya seolah tercekat di tengah tenggorokan menandakan beban berat yang di tahannya selama ini seolah membuatnya merasa tidak sanggup menjalani kehidupannya sendiri bila sampai Azriel meninggalkannya dan tidak memenuhi janjinya.
"Benarkah apa yang kamu katakan Zriel? Tapi aku tidak mau membebanimu, apa kata orang tuamu nanti bila kamu membiayai kuliahku? Aku tidak sanggup menerima penghinaan lagi, karena aku sudah kenyang dengan semua caci maki dari Bibiku yang mengatakan aku hanyalah benalu yang menyusahkan hidup mereka."
"Dan aku tidak mau orang tuamu berpikir seperti itu, karena aku ingin berjuang sendiri dan aku akan membuktikan pada semua orang termasuk saudara almarhum Ayah, bahwa aku bisa menjadi orang sukses tanpa bantuan siapapun!" Dengan penuh semangat, Qisya menunjukkan tekadnya agar Azriel mau mendukung keputusannya.
"Tentu saja Sya, aku janji padamu. Aku tahu kamu tidak akan mau menerima bantuanku, meskipun aku merayumu sampai mulutku berbuih. Jadi aku akan mendukung semua keputusanmu itu! Oh ya Sya, daripada kita diam disini, lebih baik kita jalan-jalan ke mall yuk! Hari ini aku akan mentraktirmu, pilihlah apapun yang ingin kamu beli karena aku yang akan membayarnya!"
"Anggap saja ini sebagai ucapan selamat dariku atas kelulusanmu dan hari yang paling kamu tunggu. Bagaimana, apa kamu setuju?" Azriel menanti jawaban dari gadis yang berada di depannya dengan menampilkan wajah puppy eyesnya.
Melihat wajah Azriel yang memelas, membuat senyum langsung terbit dari wajahnya yang dari tadi terlihat muram, "Apaan sih... lebay banget dech! Cowok nggak pantes tahu memasang wajah seperti itu!"
Qisya bangkit berdiri dan menepuk bagian belakang rok abu-abu yang dipakainya karena sedikit kotor. "Kenapa diam saja? Katanya mau ngajakin aku jalan-jalan, ayo!" Qisya yang sudah berdiri menjulang, menatap cowoknya yang masih tidak bergeming dari duduknya.
"Eh... aku nggak nyangka aja kamu langsung setuju aku ajakin, biasanya kan butuh banyak perjuangan untuk bisa mengajakmu jalan. Biasanya kan susah banget kamu, aku ajakin jalan dengan alasan nggak enak sama bibi kamu."
Azriel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengengesan karena malu dengan dirinya yang terkesan lemot alias lemah otak saat berada di samping pacarnya yang sangat cantik itu.
"Ini kan hari bahagiaku, jadi hari ini aku ingin benar-benar bersenang-senang tanpa memikirkan keluarga itu. Anggap saja jalan-jalan kita ini menebus hari-hari yang pernah aku tolak dulu. Jadi mari kita bersenang-senang hari ini!"
Dengan sedikit bersenandung, Qisya melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Azriel yang masih berdiri terpaku menatap kepergiannya.
"Kok kamu malah ninggalin aku sih Sya!" Azriel berlari kecil menyusul Qisya yang sudah berada jauh di depannya.
"Salah sendiri kamu dari tadi diam aja, ya aku tinggal dech!" Qisya sedikit terbahak sehingga menampilkan giginya yang sangat rapi.
Azriel yang sudah berjalan sejajar dengan Qisya, refleks menarik hidung mancung pacarnya karena saking gemasnya saat melihat senyuman manis yang keluar dari bibir perempuan yang sangat disayanginya itu, seraya bergumam di dalam hati.
Melihatmu tertawa lepas seperti ini, membuat mu semakin terlihat cantik Qisya Sayang, semoga besok adalah hari pertama kamu bisa meraih kebahagian yang selama ini kamu mimpikan.
Aku akan selalu berada di sisimu dan aku berjanji akan segera menikahimu setelah aku bisa menghasilkan uang, karena aku akan bertanggung jawab sepenuhnya padamu dan akan membuatmu bahagia, batin Azriel.
"Aauuw... sakit tahu!" Qisya mengusap hidungnya yang kini telah berubah merah.
"Eh... maaf-maaf Sayang, aku nggak sengaja. Habisnya kamu gemesin banget sih!" Azriel menaruh kedua tangannya yang sudah menyatu tepat di depan wajah Qisya untuk memohon maaf.
"Kalian berdua mau kemana? Enak ya dari tadi mojok di belakang nggak inget sama kita-kita! Eh... baju kalian masih sama-sama bersih, harusnya gue semprot kalian tadi dengan menyusul kalian di belakang, tapi saking semangatnya sampai tadi gue kelupaan!"
Adi Putra menepuk bahu Azriel, begitupun dengan Rizki Nugraha yang menyusul di sampingnya yang tak lain adalah sahabat baik Azriel.
"Awas aja kalau sampai Lo berani macam-macam ama gue dan cewek gue, bisa-bisa muka Lo pada babak belur karena gue habisin!"
Azriel berpura-pura memasang wajah sangar untuk menakuti para sahabatnya, namun yang ada ancamannya hanya di sambut dengan cengiran dari kedua sahabatnya.
"Galak amat Lo Zriel, nggak malu apa dilihatin Qisya. Bisa-bisa si Qisya ilfil lagi ama Lo! Iya nggak sya?" Rizki mengedipkan matanya pada Qisya, namun refleks Azriel menjitak kepalanya.
Qisya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tiga cowok lebay yang ada di depan nya. "Gue sudah hafal dengan semua kelakuan Azriel, jadi nggak mungkin lah gue ilfil ama cowok gue sendiri."
"Yang ada malah makin sayang, apalagi hari ini dia mau ngajakin gue jalan-jalan dan bayarin apapun yang ingin gue beli! Udah ah, kalian jangan ganggu waktu kita kencan! Lebih baik kalian buruan cari pasangan, biar nggak jadi jomblo selamanya!"
Qisya menjulurkan lidahnya pada sahabat cowoknya. Dan di balas sumpah serapah yang sama sekali tidak didengarnya, lalu menggandeng tangan Azriel dan segera pergi ke parkiran.
"Pakai helmnya dulu Sya!"
Azriel menyerahkan helm berwarna pink yang selalu dibawanya untuk di gunakan pacarnya. Dan dia sendiripun memakai helmnya yang berwarna hitam dan mulai menstarter motornya.
Dengan hati-hati, Qisya naik ke atas motor sport milik Azriel. Karena memakai rok, tentu saja membuatnya sedikit kesusahan naik ke atas motor. Setelah berhasil mendaratkan tubuhnya di atas motor, Qisya berpegangan erat pada pinggang Azriel.
Karena Qisya tidak ingin kejadian dulu terulang kembali saat dirinya hanya sedikit berpegangan pada baju Azriel, namun cowoknya itu malah semakin melajukan kendaraannya, sehingga membuatnya hampir jatuh dan refleks berpegangan erat pada pinggang Azriel.
Senyum merekah terpancar di wajah Azriel, "Good Girl, jangan sampai kamu lepas pegangannya Sya! Karena aku nggak mau kamu jatuh nanti!"
Setelah mendapat jawaban dari Qisya, Azriel pun menjalankan motor sport miliknya keluar dari halaman sekolah.
Sedangkan di depan ruangan kelas, "Gue sumpahin kalian nanti bakalan putus dan jadi jomblo seperti kami!" Adi bersungut-sungut sambil mengerucutkan bibirnya.
"Gila lo Di, pakai nyumpahin mereka segala! Gimana kalau mereka beneran putus? Untung aja Azriel nggak denger tadi, bisa abis muka Lo kena tinjunya bila dia sampai marah."
"Alah... gue cuma bercanda, lagian nggak mungkin mereka putus. Sekarang aja keduanya udah kayak lem ama perangko gitu, maunya nempel mulu."
"Semenjak Azriel jadi pacarnya Qisya kan, dia jadi jarang banget kumpul ama kita. Tapi gue penasaran juga gimana jadinya kalau mereka sampai putus? Kira-kira siapa ya yang bakal lebih patah hati di antara mereka?" Rizki bersedekap dada sambil memikirkan perkataannya.
"Kok malah Lo yang memikirkan kemungkinan mereka putus? Tapi gue pun juga tidak bisa membayangkan bila itu terjadi, secara kan Azriel cinta mati ama Qisya, begitupun juga sebaliknya. Auu... ahh gelap. Daripada pusing mikirin mereka, lebih baik kita jalan aja ke Mall. Siapa tahu kita bisa bertemu dengan Azriel, jadi kita bisa merecoki mereka nanti."
Senyum devil terpancar jelas dari raut wajah Adi dan disambut dengan seringai yang sama dari Rizki. Keduanya pun berjalan beriringan ke parkiran mengambil motor sport Ninja ZX-25R miliknya yang sama diantara mereka bertiga hanya warnanya saja yang membedakannya.
Motor sport Milik Azriel berwarna merah sedangkan milik Adi berwarna hitam dan Rizki berwarna hijau. Ketiganya memilih membeli motor yang sama karena memiliki selera yang sama dalam hal kendaraan. Tanpa menunggu lama, keduanya melajukan motornya meninggalkan halaman sekolah dan berlalu membelah kemacetan kota Jakarta.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Reyci Roring
hy
2022-03-28
0
Lola Nay
Romantis
2021-07-22
0
Wahyunii
baru tau lemot itu lemah otak...
baru mudeng setelah yg ke 2x
2021-06-26
0