"Dasar bodoh...!" Hans mengarahkan tinjunya pada wajah pria berbadan gempal yang diperintahkannya untuk mengikuti gadis yang tadi meminta ijin kepadanya untuk pergi ke toilet
"Menjaga 1 gadis kecil saja kau tidak becus, bagaimana bila sampai bos mengetahui gadis ini telah kabur? Nyawamu bisa melayang saat ini juga bodoh, cepat kita cari gadis nakal itu sampai ketemu! Dia pasti belum jauh dari sini, karena gadis itu tidak membawa apapun, dia pasti hanya mengandalkan kecepatan kakinya dengan berlari dari sini!"
Hans yang merasa curiga karena sudah sepuluh menit berlalu, tapi gadis kecil dan bodiguard nya belum kembali juga. Lalu dia berinisiatif menyusul ke toilet dan mendobrak 1 pintu toilet wanita yang tengah tertutup dan menemukan satu perempuan yang saat ini memakai gaun berwarna pink yang tadi dipakai gadis itu telah dipakai wanita yang saat ini tengah bersembunyi didalam toilet itu.
Dengan rahang mengeras dan matanya yang penuh dengan kilatan amarah, Hans meraih pistol yang ada dibalik jas hitamnya dan langsung mengarahkannya dikepala wanita yang bernama Amira itu.
"Cepat katakan padaku, dimana gadis yang memakai baju yang saat ini kau pakai? Kalau kau tidak ingin mati, maka cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi?"
Amira langsung bergetar ketakutan begitu melihat pistol yang saat ini tengah berada dikepalanya, satu tarikan saja mungkin nyawanya sudah langsung melayang saat itu juga. Dengan suara yang samar dan gemetar ketakutan, Amira menjelaskan semuanya. Dan laki-laki itu langsung buru-buru meninggalkannya setelah mendengarkan penjelasannya.
Dari tadi Amira berkali-kali menghubungi salah satu temannya untuk membawakan baju ganti untuknya, namun panggilannya sama sekali tidak diangkat. Hingga dirinya berakhir ketahuan oleh penjahat-penjahat itu.
"Maafkan aku gadis kecil, hanya sampai disini aku menyelamatkanmu. Aku masih belum siap mati, sehingga aku mengatakan yang sebenarnya pada penculikmu itu."
"Semoga kamu baik-baik saja dan Tuhan mengirimkan seseorang untuk menolongmu." Amira berkaca-kaca dan tanpa bisa di tahannya lagi, air matanya keluar dari pipinya yang putih, karena masih merasa syok dengan apa yang baru saja dialaminya.
Hans dan 2 anak buahnya kembali masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan kendaraannya untuk mencari keberadaan gadis kecil yang saat ini tengah memakai seragam berwarna merah lengkap dengan hijab seperti keterangan wanita yang ada di dalam toilet tadi.
"Kalian amati betul-betul, jika ada wanita yang memakai seragam SPBU dan berhijab, maka kalian segera keluar dari mobil dan tangkap dia!"
Hans yang masih merasa emosi, berteriak kepada 2 bodyguard yang saat ini berada di kursi depan. Begitupun dengan dirinya sendiri yang saat ini dengan serius mengamati jalanan untuk mencari sosok gadis kecil yang berani menipunya itu.
Saat dirinya sedang berkosentrasi mengamati jalanan, tiba-tiba sopir mengerem mobil mendadak, hingga mereka sedikit terpental ke arah depan. Untung mereka sama-sama memakai sabuk pengaman hingga tidak menyebabkan kepala mereka terbentur dasboard.
Hans memperhatikan ke arah depan, lalu menyuruh salah satu bodyguard itu keluar dari mobil untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
"Keluarlah dan periksa apa yang sebenarnya terjadi di depan!" Hans mengarahkan dagunya ke arah depan, menyuruh Edi segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara itu Qisya masih meringis kesakitan dan memegangi lututnya yang tampak berdarah dan menembus celana panjang yang di pakainya saat ini.
Melihat sosok pria yang baru saja memarahinya, membuat perasaannya semakin ketakutan. Baru saja dia melarikan diri dari penjahat dan sekarang dia dimarahi habis-habisan oleh seorang pria yang hampir saja menabraknya.
Astaga... kenapa hari ini aku bertemu dengan pria-pria tampan, namun memiliki sifat sadis dan mengerikan. Seharusnya pria ini merasa iba saat melihat seorang gadis terjatuh dan terluka seperti ini, tapi bisa-bisanya dia malah mengomel dan memarahiku.
Dasar cowok kepala batu. Hanya Azriel ku satu-satunya cowok yang mempunyai hati lembut dan mengerti perasaan wanita. Azriel... tolong aku Zriel! Aku sangat membutuhkanmu saat ini!
Meski masih merasa sakit dikakinya, Qisya berusaha untuk menguatkan dirinya dan berniat meminta maaf kepada lelaki itu dan segera melarikan diri lagi sebelum orang-orang jahat itu kembali menemukannya. Lalu Qisya bangkit berdiri meski merasa sedikit kesusahan berdiri.
"Maafkan saya Tuan! Tadi kaki saya tersandung batu, hingga menyebabkan saya terjatuh saat saya berlari. Kalau tidak ada lagi yang ingin Tuan bicarakan, saya harus segera pergi dari sini. Saya tidak bisa lama-lama berada di sini, karena saya sedang buru-buru!"
Qisya berbalik badan, lalu mulai melangkahkan kakinya, namun kaki kanannya saat ini sangat terasa sakit, "Aauuww ...."
Qisya meringis kesakitan dan tak bergeming dari posisinya yang kini berdiri membelakangi pria yang di anggapnya sangat menyebalkan itu.
Mungkin saat terjatuh tadi, kakinya keseleo hingga menyebabkannya tidak bisa melangkahkan kakinya karena saking sakitnya.
Apa lagi ini ya Tuhan....! Bagaimana aku bisa berlari lagi, bila kakiku saja saat ini tidak bisa digerakkan! Kenapa hari ini nasibku sangat sial sekali.
Abymana berjalan ke depan Qisya dan dengan seringai jahatnya dia pun tersenyum sinis pada gadis di depannya yang terlihat sedang mematung dan meringis menahan sakit.
"Jadi kau ingin kabur begitu saja setelah membuat kekacauan sebesar ini? Dengan mudahnya kau meminta maaf, lalu berniat kabur dan tidak bertanggung jawab pada perbuatanmu!"
"Kamu harus bertanggung jawab pada perbuatanmu. Tapi melihat seragammu ini, bukankah kamu adalah karyawan di SPBU? Lalu apa yang kamu lakukan dengan berlarian di jalanan seperti ini? Apa kamu mau di pecat?"
Abymana kini mulai mengamati gadis yang berada di depannya, jarak yang cukup dekat di antara mereka membuat dirinya bisa leluasa menatap wajah gadis itu.
Gadis kecil berkulit putih yang mempunyai alis tipis hitam pekat dan mata sedikit kecil dengan bulu mata yang lentik dengan hidung mancung dan bibir merah jambu yang mungil dan tipis, membuat matanya tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari pahatan sempurna di depannya itu.
Kenapa gadis ini ada disini? Bukankah dia adalah gadis berseragam abu-abu yang tadi siang tidak sengaja aku lihat di Mall bersama cowoknya itu?
Lalu kenapa sekarang dia memakai seragam ini dan memakai hijab? Apa yang tadi aku lihat adalah kembarannya, atau dia sendiri yang ingin menutupi kenakalannya dengan memakai baju seperti ini? batin Abymana.
"Bukankah tadi saya sudah meminta maaf sama Om! Dan perlu Om tahu, saya tadi bukannya sengaja menjatuhkan diri di depan mobil Om. Dan saya bukanlah karyawan di SPBU, karena saya saja baru dinyatakan lulus SMA hari ini. Mengenai baju ini, saya meminjamnya tadi dari seorang wanita yang baik hati, karena mau menolong saya dari penjahat yang berniat menculik sa... ya!"
Suara Qisya bergetar sangat hebat dan tubuhnya langsung gemetar ketakutan saat melihat pria gempal yang tadi mengikutinya di toilet kini tengah berada di depan matanya.
"Akhirnya saya menemukan Anda Nona!" Pria bernama Edi itu pun langsung tersenyum kepada Qisya dan mengeluarkan ponsel yang ada di saku celananya dan menghubungi atasannya yang tak lain adalah Hans.
Abymana mengikuti arah pandang gadis yang berada di depannya itu dan mengamati sosok laki-laki bertubuh tinggi besar yang baru berbicara dan sudah bisa dipastikan itu adalah seorang bodyguard bayaran. Dia mencerna kata-kata dari Qisya dan mulai mengerti situasi yang saat ini sedang dihadapi gadis kecil itu.
Apa yang sebenarnya kamu lakukan gadis kecil, hingga dirimu bisa berurusan dengan orang-orang jahat? Kasihan sekali nasibmu, di umurmu yang masih belia, sudah berhubungan dengan orang-orang seperti itu! Tapi itu bukan urusanku, lebih baik aku segera pergi dari sini.
Abymana hanya bisa membatin, karena tidak ingin ikut terseret dalam masalah yang dianggapnya sangat tidak penting.
"Baiklah... kalian selesaikan urusan kalian berdua, aku akan pergi dari sini!"
Abymana beranjak melangkahkan kakinya menuju ke arah mobilnya, namun tangan gadis itu memegang kuat jasnya dan menampilkan wajahnya yang sangat ketakutan.
"Tolong saya Om, pria jahat ini mau menculik saya! Saya masih berumur 18 tahun Om, anggap saja saya adik Anda. Tolong selamatkan saya Om, saya akan melakukan apa saja, asalkan Om bisa melepaskan saya dari orang-orang jahat ini!"
Qisya terisak dan memohon pada pria yang baru saja dimarahinya itu dan berharap pria itu mau menolongnya.
Hanya Om ini harapanku satu-satunya, semoga dia berbaik hati mau menolongku. Melihat dari penampilannya dan mobil mewahnya, dia pasti orang yang sangat kaya, jadi dia bisa menolongku dengan mengembalikan uang yang telah diterima Tante, tapi aku tidak tahu berapa besar uang itu. Jadi bagaimana aku bisa meminta pertolongan Om ini?
Abymana tetap ingin melangkahkan kakinya dan tidak memperdulikan gadis itu, namun yang terjadi gadis yang tidak dikenalnya itu lebih kuat menarik jasnya. Merasa geram dengan perbuatan gadis itu, Abymana menghempaskan tangan mungil gadis yang masih memegangi jasnya.
Melihat tangannya yang terhempas, Qisya langsung berlutut di bawah sepatu pantofel mengkilat pria itu dan masih terisak dan sekali lagi memohon pertolongan.
"Tolong saya Om, saya bersedia menjadi pelayan Om seumur hidup saya bila Anda mau menebus saya. Saya di jual oleh Tante saya untuk pengobatan putrinya, tapi saya tidak tahu berapa Tante saya menjual saya pada mereka. Sepertinya Om sangat kaya. Tolong tebus saya Om, maka saya akan melakukan apapun yang Anda perintahkan."
Rasa sakit yang ada dikakinya tidak mampu menandingi rasa sakit yang dirasakan hatinya saat ini, Qisya tanpa ragu mengatakan akan melakukan apapun demi bisa lepas dari neraka yang dianggapnya akan merusak kehidupanya. Dirinya sama sekali tidak menyadari bahwa kata-katanya itu akan mengubah takdir kehidupannya.
Mendengar kata-kata gadis kecil yang ada di bawah kakinya, membuat sudut bibir Abymana tertarik ke atas. Dengan seringainya, Abymana menatap sekertaris Zaki yang dari tadi sedang berdiri tak jauh dari tempatnya yang sedang menunggu perintahnya.
"Apa kau tahu apa yang harus kau lakukan Zak? Sepertinya kau tidak perlu repot memasang iklan, karena aku sudah menemukan apa yang aku cari!"
Mendengar perkataan atasannya, asisten Zaki menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang harus dia lakukan. "Baik Tuan Aby, saya akan mengurus semuanya!"
Abymana berjongkok, lalu menatap manik mata gadis yang saat ini nampak sembab dengan air mata.
"Siapa namamu? Apa kau benar-benar akan menuruti semua perintahku, bila aku menebusmu?"
Qisya buru-buru menganggukkan kepalanya, pertanyaan pria yang saat ini berada didekatnya, membuat perasaannya seketika bersorak kegirangan karena merasa sangat lega akan selamat dari orang jahat yang telah membelinya.
"Saya Qisya Om, saya janji!" tanpa ragu Qisya menjawab pertanyaan pria itu.
Senyuman lebar kini terpancar di wajah Abymana, lalu secepat kilat dia pun membopong Qisya dan berniat membawanya masuk ke dalam mobil mewahnya. Namun dirinya kini di hadang oleh 3 orang laki-laki yang saat ini tengah menatapnya dengan tajam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
terlalu muda ga sih umur qisya ,
2022-09-10
0
Mahrita Sartika
sudah jatuh tertimpa tangga 😌
2021-04-27
0
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
mulai..ingat certannya...
akoh dah bca sampai..Acara Syukuran...😁😁😁😁...
krna dah lama gak bca
.jadi..lupa.lupa ingatttt..eh tau nya ad Season 2...nya...
ya udah biar ingt laGi..jadi ulang Baca☺☺☺☺☺☺
2021-03-25
2