"A-apa Tan, Alya divonis penyakit kanker darah?! Sejak kapan?! Jadi selama ini Alya sering demam, mual muntah dan mimisan karena efek penyakit Leukimia? Kenapa selama ini Tante menyembunyikannya dariku? Dan apa maksud Tante hanya aku yang bisa menyelamatkan nyawa Alya? A-apa Tante telah menjualku pada pemilik bar itu untuk biaya pengobatan Alya?"
"Aku memang sangat menyayangi Alya seperti saudara kandungku sendiri Tan, tapi itu bukan berarti Tante berhak atas hidupku dengan menjualku kepada orang lain. Tante bisa dipenjara bila melakukan perbuatan ini, meskipun tujuan utama Tante baik, tapi cara yang Tante tempuh ini salah."
"Kita bisa mencari jalan keluar yang lain,tidak dengan cara seperti ini Tan!" Meski dirinya sangat membenci Martha, namun Qisya juga merasa iba dengan nasib yang dialami saudara sepupunya itu.
"Semua sudah terlambat Sya! Mau tidak mau kamu harus menerimanya, karena Tante sudah membayar biaya operasi Alya dengan uang yang diberikan oleh pemilik bar tersebut. Sepertinya dia sangat menyukaimu karena berani membayar mahal dirimu. Hidup kamu akan enak bila kamu dijadikan simpanan pemilik bar terbesar di Jakarta itu."
"Dia bukan orang sembarangan dan kamu tidak bisa tiba-tiba membatalkan perjanjian kami begitu saja. Sudahlah ... jangan terlalu berlebihan menanggapinya, ini hanya soal sepele dan harga dirimu tidak semahal itu, karena orang itu berani mengeluarkan banyak uang hanya untuk gadis sepertimu!"
Dengan nada sinis, Martha berbicara sambil menatap tajam keponakannya.
"Gadis sepertiku ...?! Apa sebegitu hinanya diriku di mata Tante, hingga dengan mudahnya Tante yang merupakan adik kandung dari Ayahku sendiri dengan teganya menjual keponakannya sendiri hanya demi menyelamatkan anak Tante!"
"Aku tidak akan pernah mengikuti kemauan gila Tante itu!" Dengan mata berkaca-kaca, Qisya masih berusaha kuat di depan Martha meski sebenarnya saat ini dunianya serasa hancur saat itu juga.
Martha sedikit berlari mengejar Qisya yang sudah sampai di teras rumah dan mencekal tangan keponakannya agar tidak kabur.
"Kamu tidak boleh pergi Qisya, kamu harus menolong Tante!"
"Lepaskan aku Tan! Tante tidak berhak atas kehidupanku! Lebih baik aku hidup sebatang kara meski harus kelaparan, daripada mempunyai keluarga yang ingin menjual keponakannya sendiri!"
Qisya menghempas kasar tangan Martha, keberaniannya seakan terkumpul menjadi satu untuk sekuat tenaga melawan wanita di depannya itu dan tidak perduli akan dicap sebagai keponakan yang durhaka pada tantenya sendiri.
Disaat keduanya sedang bertengkar, bunyi deru mobil yang berhenti di depan rumah menghentikan aksi mereka. Martha seketika berbinar dan bernafas lega saat melihat sosok laki-laki yang keluar dari mobil mewah BMW II8 berwarna hitam mengkilat yang saat ini tengah melangkah menghampirinya.
Sedangkan Qisya langsung mengikuti arah pandang tantenya dan melihat pria berwajah manis berjas hitam serta sepatu pantofel mengkilat dengan rahang tegas serta rambut yang disisir rapi kebelakang yang mempunyai body sixpack tinggi besar dan berkulit sawo matang. Dengan dua orang berbadan besar yang berjalan di belakangnya dan sudah bisa ditebak mereka adalah bodyguard yang menjaga pria tersebut.
'Apa dia pria brengsek yang sudah kurang ajar membeli harga diriku? Jika benar dia orangnya bukankah lucu sekali, pria sepertinya bisa saja mendapatkan wanita manapun tanpa harus repot-repot mengeluarkan banyak uang hanya untuk gadis biasa sepertiku!'
'Kenapa aku harus repot-repot memikirkan hal tidak penting seperti ini? Bukankah saat ini yang harus aku pikirkan adalah bagaimana caranya kabur dari tempat ini?'
'Bagaimana caranya aku lari dari tiga orang iblis yang siap mengirimku ke neraka yang paling jahanam. Berpikir Qisya, disaat seperti ini otakmu harus bekerja maksimal mencari ide untuk melarikan diri.'
'Tidak mungkin aku hanya pasrah saat mereka membawaku. Aaarh ... kenapa otakku seakan buntu, apa yang harus aku lakukan?' Qisya membatin dalam hati seraya berpikir keras mencari cara untuk melarikan diri.
"Selamat datang di gubuk saya Tuan. Untung saja Anda sudah datang. Karena kalau tidak, mungkin keponakan saya ini sudah kabur dari rumah. Dan saya harus mengganti uang yang telah Anda berikan. Apa Tuan mau masuk dulu ke dalam?" Martha berbicara dengan sopan seraya mengangguk hormat pada lelaki di depannya.
"Tidak perlu, saya akan langsung pergi dan membawa keponakan Anda. Karena dia harus segera bekerja di tempat kami, karena bos kami ingin gadis ini segera melaksanakan tugasnya. Jadi saya permisi dulu Nyonya!"
"Baiklah Tuan, terserah Anda saja!"
Pria itu pun mengarahkan pandangannya pada Qisya yang terlihat ketakutan.
"Lebih baik Nona menurut ikut kami dan tidak melawan, karena kalau tidak, para bodyguard itu akan berbuat kasar pada Nona." Pria yang tak lain bernama Hans Priambodo itu pun menunjuk ke arah dua laki-laki yang ada di belakangnya untuk menakuti gadis kecil di depannya.
Qisya menelan salivanya dengan kasar, nyalinya seketika menciut dan degup jantungnya berdetak lebih cepat dan tidak beraturan setelah mendengar ancaman dari pria tampan yang saat ini tengah menatapnya tajam. Dia pun hanya diam membisu, tak mampu berkata apapun dan hanya menurut saja saat pria itu membawanya masuk ke dalam mobil.
Sedangkan salah satu bodyguard akan membawa kopernya, namun dilarang oleh Hans.
"Tinggalkan saja koper itu, didalamnya pasti hanya terdapat baju-baju murahan dan itu akan membuat marah bos besar saja. Semua kebutuhannya, termasuk pakaian yang akan dipakainya sudah diatur oleh bos. Jadi lebih baik dia tidak membawa apapun dari sini!" Hans menatap tajam bodyguard yang dianggapnya sangat bodoh.
"Baik Tuan Hans! Maafkan saya karena terlalu bodoh!" Salah satu pria bertubuh gempal itu pun menundukkan kepalanya, lalu mulai mengikuti pria itu masuk ke dalam mobil setelah sebelumnya membuka pintu untuk gadis itu dan atasannya.
Lalu bodyguard itu pun masuk ke mobil bagian depan dan mulai melajukan mobil meninggalkan rumah kecil yang berada di gang yang hanya muat satu mobil saja. Namun karena yang tinggal di sana mayoritas orang miskin, jadi tidak mungkin ada orang yang masuk ke gang sempit itu memakai mobil.
Qisya yang saat ini duduk di kursi belakang di sebelah pria bermuka datar itu langsung sibuk mengumpat pria itu di dalam hati.
'Dasar muka masam, bagaimana ada pria seperti dia. Tidak punya perasaan sama sekali, bagaimana bisa aku pergi tidak membawa apa-apa sama sekali. Yang ada hanya baju yang saat ini aku pakai dan jam tangan couple yang tadi diberikan oleh Azriel.'
'Azriel ... bagaimana bisa aku melupakan dia, aku harus meminta bantuannya agar dia mau menolongku. Iya, aku akan menghubunginya, tapi bagaimana caranya?'
'Oh iya, aku akan beralasan ingin ke toilet karena sudah tidak tahan pengen buang air kecil saja, lalu aku akan menghubungi Azriel. iya, begitu saja! Semoga Azriel segera datang menolongku setelah aku menghubunginya nanti.'
Setelah mendapatkan ide cemerlang di pikirannya, Qisya akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Nafasnya seolah sesak karena berada di antara tiga pria menakutkan yang satu mobil dengannya. Qisya ber-dehem sejenak untuk menormalkan nada suaranya yang sedikit serak akibat menahan rasa takut.
Sambil menatap pria yang duduk di sebelahnya, "Ehm .... Om, aku kebelet nih pengen buang air!" Qisya berpura-pura menggerakkan tubuhnya seperti orang yang tengah menahan pipis.
"Tolong berhenti sebentar dimana gitu tempat yang ada toilet umumnya, aku sudah nggak tahan nih Om!" Qisya mengeluarkan jurus andalannya, yaitu memasang puppy eyes-nya di depan pria bermuka datar yang duduk di sebelahnya.
Dasar gadis kecil, kamu pasti saat ini berpikir bisa menipuku dengan wajahmu yang polos itu. Baiklah ...aku akan mengikuti permainanmu itu.
"Kita berhenti di pom bensin saja Ed, sekalian nanti isi bensin di sana! Aku tidak mau gadis kecil ini mengompol di mobil mewah milik bos, bisa-bisa dia marah besar nanti!" Hans memberi perintah pada sopir sekaligus bodyguard itu yang bernama Edi.
Edi langsung mengangguk dan menjawab perintah dari atasannya itu, "Baik Tuan, sekitar 1 km lagi ada pom bensin."
Edi yang sudah hafal betul dengan jalanan Ibu kota, langsung membelokkan mobil tersebut ke arah pom bensin dan berjejer mengantri di belakang beberapa mobil yang juga akan mengisi bahan bakar.
Dengan muka berbinar, Qisya langsung membuka pintu mobil yang sudah tidak dikunci, namun tas sekolahnya yang daritadi ada di punggungnya ditarik oleh Hans hingga dia pun sedikit tertarik ke belakang.
"Apaan sih Om, main tarik aja!" Dengan muka sebal, Qisya melihat ke arah pria itu.
"Kamu boleh turun dan pergi ke toilet, tapi tinggalkan tas sekolahmu itu!" Hans menatap Qisya dan tersenyum dengan seringai jahatnya.
Wah ... gawat nih, bisa gagal total nih rencana ku. Ponselku kan ada di dalam tas. Kalau aku menyerahkan tas ini, lalu bagaimana caranya aku menghubungi Azriel? Tapi kalau aku tidak menuruti perintah Om datar ini, bisa-bisa dia curiga padaku dan tidak mengijinkan aku pergi ke toilet. Mana aku juga kebelet beneran ini. Aarh ... bodo amatlah.
Setelah membatin, Qisya memutuskan untuk menanggalkan tas sekolahnya. Lalu dirinya keluar dari mobil. Belum sempat dia bernafas lega, bodyguard yang satunya ternyata ikut turun mengikutinya berjalan ke arah toilet.
Qisya menghentak-hentakkan kakinya karena merasa sangat geram, rencana yang sudah disusunnya ternyata tidak berhasil. Dengan kesal dia masuk ke dalam toilet wanita dan bodyguard yang mengikutinya menunggunya di luar.
Qisya berjalan mondar-mandir di dalam toilet berusaha mencari ide untuk melarikan diri, saat melihat petugas wanita berhijab masuk ke dalam toilet, seketika di otaknya langsung muncul sebuah ide. Dengan menahan rasa malu, Qisya menghentikan wanita yang hendak masuk ke dalam bilik toilet dan langsung berlutut di bawah kaki wanita itu.
"Mbak, tolong saya Mbak! Ada beberapa orang jahat yang mau menjual saya Mbak, hanya Mbak yang bisa menolong saya. Tolongin saya Mbak, ini menyangkut hidup dan mati saya!"
Qisya yang masih bersimpuh di kaki wanita itu, refleks terisak hingga butiran bening kini langsung memenuhi matanya.
Merasa terkejut dengan gadis kecil yang mendadak meminta pertolongannya, membuat wanita yang bernama Amira itu iba saat melihat gadis di depannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi Dik? Bagaimana bisa kamu terlibat dengan seorang penjahat? Apa yang bisa Kakak lakukan untuk menyelamatkanmu? Kakak tahu pasti kamu tidak ada waktu untuk menjelaskannya, karena Kakak tadi melihat ada laki-laki bertubuh gempal yang terlihat menunggu seseorang. Jadi pria seram itu sedang menunggumu?"
Qisya menganggukkan kepalanya, dengan ragu dia pun menyampaikan rencananya kepada wanita manis berhijab itu.
"Tapi permintaanku ini sangat kurang ajar Mbak, aku bisa keluar dari sini bila memakai pakaian yang saat ini mbak kenakan."
Qisya menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap mata wanita yang tengah berdiri menjulang di sebelahnya berlutut, dirinya seolah pasrah dengan keputusan wanita itu.
Ia merasa pesimis dengan harapannya, karena sadar diri siapa dirinya bagi wanita itu, tantenya saja yang masih satu darah dengannya dengan teganya menjual dirinya.
Bagaimana bisa dirinya berharap ada orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya akan mau menolongnya. Namun ternyata tidak seperti yang dipikirkannya, suara wanita itu seolah langsung memberi oase pada dirinya.
"Baiklah Dik, Kakak akan membantumu! Kakak nanti bisa menghubungi teman Kakak untuk membawakan baju ganti buat Kakak. Sekarang cepat kita tukeran baju, aku akan diam di toilet dan mengunci pintunya setelah kamu pergi dari sini sambil menunggu teman Kakak membawakan baju."
"Terima kasih banyak Kak, aku sangat berhutang budi dengan Kakak. Suatu saat aku pasti akan membalas kebaikan Kak Amira!" Qisya bangkit berdiri sambil menatap nama yang ada pada baju sebelah kanan atas wanita itu.
"Tidak usah kamu pikirkan itu, Kakak ikhlas menolong kamu. Sekarang buruan, nanti keburu laki-laki itu curiga!" Amira menggandeng Qisya masuk ke dalam toilet dan buru-buru menukar pakaian mereka. Tak butuh waktu lama, kini keduanya sudah memakai pakaian berbeda dari yang pertama dipakainya.
"Sekarang kamu cepetan keluar dari sini, bersikaplah seperti biasa agar orang jahat itu tidak curiga."
Meski merasa risih dengan pakaian yang dipakainya, Amira tetap memberi semangat pada gadis kecil yang membuatnya iba.
"Sekali lagi terima kasih, Kakak adalah orang yang sangat baik!" Qisya memeluk erat Amira, lalu membuka pintu toilet dan meninggalkan dewi penolongnya itu.
Dengan perasaan yang berkecamuk, Qisya mencoba bersikap setenang mungkin saat keluar dari toilet dan melewati bodyguard yang saat ini sibuk bermain ponselnya. Dengan perasaan lega, Qisya berjalan keluar dari area pom bensin tersebut dan berlari sekencang mungkin untuk melarikan diri.
Karena saking kencang berlari, tiba-tiba Qisya kehilangan keseimbangan saat kakinya tersangkut sebuah batu dan terjatuh hingga badannya tiba-tiba oleng ke kanan hingga jatuh ke bahu jalan raya.
Bunyi decitan mobil yang menandakan pemiliknya tengah mengerem mendadak untuk menghindari tabrakan, membuat beberapa mobil di belakangnya pun juga ikut mengerem agar tidak terjadi tabrakan.
Qisya memejamkan matanya, merasa pasrah karena mungkin ini adalah akhir dari hidupnya bila dia sampai tertabrak mobil yang melintas. Namun bunyi klakson beberapa mobil yang berisik membuat matanya yang daritadi terpejam langsung terbuka.
Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah melihat laki-laki berwajah tampan blesteran dengan kulit putih berperawakan tinggi dan berbadan tegap, memakai setelan lengkap berjas hitam yang turun dari mobil Range Rover mewah berwarna hitam datang menghampirinya.
Dengan mata merah dan rahang yang mengeras seolah saat ini tengah menahan amarahnya, laki-laki itu pun meluapkan emosinya.
"Hei ...wanita bodoh, apa yang sedang kamu lakukan?! Apa kamu sadar kecerobohanmu itu bisa membuat banyak orang kehilangan nyawanya bila sampai terjadi kecelakaan beruntun?!
"Bagaimana bisa ada wanita se-ceroboh dirimu, apa yang sedang kamu kejar di jalan raya ini hingga kau berlari seperti sedang dikejar anjing!" Merasa puas mengungkapkan kekesalannya, laki-laki itu mengamati penampilan gadis di depannya yang saat ini tengah meringis kesakitan memegangi kakinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
partnya kepanjngn Thor😳
2022-09-10
0
Kelabu Biru
ntah kenapa ceritanya terlalu membosankan. bye...aku berhenti disini
2021-05-26
1
Wahyuni
apa itu abymana
2021-04-04
1