Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, Qisya dan Azriel kini telah tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Setelah memarkirkan motornya, Azriel menggandeng tangan pacarnya memasuki mal tersebut.
Kehadiran mereka berhasil membuat semua pengunjung melihat ke arah mereka. Merasa dirinya dan pacarnya menjadi pusat perhatian orang, Qisya tentu saja merasa risih dengan tatapan beberapa orang yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
Kenapa semua perempuan melihat ke arah kami, kayak nggak pernah lihat cowok ganteng aja. Memang begini resiko punya cowok yang gantengnya minta ampun, aku harus banyak bersabar. Kalau aku tidak sabar mungkin aku sudah mencolok mata mereka satu persatu!
Setelah puas mengumpat di dalam hati, Qisya beralih menatap ke arah pacarnya tampannya tersebut.
"Kamu ngerasa nggak sih, kayaknya semua orang menatap kita. Apa ada yang salah dengan penampilanku atau mungkin kamu yang terlalu tampan hingga banyak perempuan yang menatapmu dengan tatapan menggoda dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian?"
"Kamu sih... jadi cowok ganteng banget, jadi banyak mata kaum hawa yang terpesona saat melihatmu kan? Kalau kamu nggak pakai seragam sekolah kayak gini, pasti semua cewek-cewek mengira kamu adalah anak kuliahan karena postur tubuh kamu aja boros kayak gini!"
Qisya mengamati penampilan pacarnya yang mempunyai body ideal tinggi besar, idaman setiap cewek seraya menunjuk tubuh Azriel dari atas sampai ke bawah.
Azriel tersenyum menyeringai, "Boros... ?!Badan aku emang udah perfect semenjak aku lahir tau! Bisa aja kamu mujinya Yang... ! Jadi secara tidak langsung kamu sekarang mengakui kalau aku ini cakep kan?"
"Kenapa baru sekarang kamu mengakuinya, apa karena kamu merasa tersaingi dengan para perempuan yang tadi melihat ke arahku itu? Tenang saja Sya, tidak ada satu pun perempuan yang akan menarik perhatianku selain kamu. Harusnya kamu menyadari pesona dirimu sendiri."
"Kamu sangat cantik, aku beruntung banget bisa menjadi laki-laki paling berarti di hatimu. Sekarang kita cari pakaian ganti dulu, tidak mungkin kan kita menghabiskan waktu seharian di mall ini dengan memakai seragam seperti ini?"
Azriel melangkahkan kakinya dengan posisi tangannya masih menggenggam erat tangan Qisya memasuki sebuah butik langganan mamanya.
"Kalau aku jelek, nggak mungkin kamu bakal tergila-gila padaku seperti ini hahah..." Qisya tertawa riang serta mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Azriel, sambil mengamati butik mewah tersebut.
"Kamu semakin hari jadi tambah nakal ya Sya, bikin aku jadi makin cinta aja!" Azriel mengacak rambut Qisya sehingga terlihat sedikit berantakan.
"Gombal aah... tapi aku suka gombalan mu itu! Tapi jangan buat rambut aku berantakan juga kali!" Qisya bergelayut manja pada Azriel.
Kenapa dia malah mengajakku ke sini? Pasti semua baju di sini harganya mahal-mahal, kasihan juga nanti uangnya bisa habis buat bayarin baju aku. Tapi aku pun tidak memungkiri bahwa saat ini jiwa miskin ku sedang meronta-ronta, ingin sekali-sekali membeli pakaian di butik ternama seperti di sini. Arrgh...apa yang harus kulakukan?
Setelah cukup lama bertarung antara sisi putih dan sisi hitam di dalam dirinya, akhirnya Qisya memutuskan untuk mengikuti kata hatinya. Yah... sekali-sekali dia pun ingin memanjakan dirinya dengan menerima pemberian dari pacarnya itu. Akhirnya Qisya hanya menurut saat Azriel memilihkannya baju.
Qisya mendekat ke arah pacarnya, dia pun berjinjit berniat berbisik pada cowok yang tengah sibuk memilih-milih baju.
"Zriel, bukannya di sini mahal-mahal banget ya bajunya? Aku sih seneng-seneng aja kamu beliin, tapi aku nggak mau kantong kamu nanti jebol gara-gara aku!"
Azriel terbahak mendengar perkataan ambigu Qisya yang di anggap nya sangat lucu, meski tahu arti dari perkataan gadis itu namun dia dengan santai tetap melanjutkan perbuatannya.
"Kamu tenang aja Sya, kantong aku nggak bakalan jebol kok, karena jahitannya kuat banget!"
"Iih...apaan sih, pakai pura-pura nggak tahu segala lagi! Terserah kamu aja lah, kalau uang kamu habis gara-gara beliin aku baju maka aku nggak tanggung jawab ya! Kali ini aku akan menguras habis isi dompet kamu, jangan sampai kamu menyesalinya!"
Sambil memanyunkan bibirnya, Qisya masih mengomel tidak karuan di depan cowok yang sama sekali tidak memperdulikan celotehannya.
"Hari ini aku memang akan membuatmu senang Sya, kapan lagi kamu bersedia menerima pemberianku. Sebelum kamu berubah pikiran, jadi aku akan membelikan apapun yang kamu minta hari ini. Sebelum itu, kamu ganti seragam kamu dulu giih...!"
"Nih... pakai baju ini, kelihatannya kamu akan cantik bila memakai gaun ini. Aku pun juga akan mengganti bajuku di ruang ganti." Setelah menyerahkan gaun di tangan Qisya, Azriel berjalan ke ruang ganti.
Sedangkan Qisya membulatkan matanya saat melihat gaun berwarna pink yang panjangnya selutut dengan aksen bunga tulip dan terdapat pita di bagian pinggang sebelah kanannya. Warna pink adalah warna yang paling tidak di sukai nya, karena menurutnya itu adalah warna kekanakan yang juga di anggapnya sangat norak.
Astaga...kenapa Azriel memilihkan ku gaun berwarna pink sih! Seharusnya dia kan tahu, aku selama ini tidak pernah memakai baju berwarna pink karena warna itu kan norak banget. Tapi tidak mungkin juga aku mengecewakannya, dia pasti akan sangat kecewa bila aku menolak memakai baju ini. Apa boleh buat, mau tidak mau aku harus memakainya karena aku tidak ingin membuatnya kecewa.
Setelah menimbang-nimbang keputusannya, Qisya berjalan ke ruang ganti dan memakai gaun yang sangat tidak di sukainya itu. Tak butuh waktu lama baginya, kini Qisya keluar dari ruang ganti dan berjalan dengan kikuk karena merasa tidak nyaman memakai gaun.
Mungkin karena selama ini dirinya selalu memakai celana jeans dengan kaos casual, karena dirinya pun memang tidak menyukai memakai gaun, selain itu ia tidak mungkin mampu membeli sebuah gaun karena tidak mempunyai uang karena bibinya tidak pernah memberinya uang saku.
"Wah... cantik banget kamu memakai gaun ini!" Azriel tampak terpukau karena begitu terpesona saat pertama kali melihat penampilan Qisya yang memakai gaun pilihannya. Karena selama ini dirinya selalu melihat pacarnya itu hanya memakai celana jeans dan kaos casual saat pergi dengannya.
"Tapi ada satu yang kurang kayaknya" Azriel yang memegang dagunya saat mengamati penampilan gadis di depannya itu, lantas berjalan mendekati Qisya yang masih diam di posisinya.
Kini posisinya hanya berjarak beberapa centi dari gadis itu, perlahan dia pun memajukan wajahnya sehingga dagunya menyentuh pundak Qisya, lalu tangannya melepas tali yang mengikat rambut panjang Qisya.
Apaan sih Azriel, bikin jantungku deg-degan saja. Kirain dia mau nyium aku di tempat umum seperti ini. Arrrh... dasar mesum ! Bisa-bisanya aku berpikir dia mau mencium ku tadi, bikin malu saja. Untung tadi aku diam saja, kalau aku mengomel bilang tidak mau dicium, yang ada aku jadi nggak punya muka lagi di depannya.
Setelah sibuk ber-agumen di dalam hati, Qisya menatap Azriel yang masih berada di depannya memperhatikan sepatu yang saat ini di pakainya.
"Kenapa kamu terus memandang sepatu aku, jelas aja sepatuku nggak cocok dengan gaun ini. Makanya, lebih baik aku cari baju lain aja ya Zriel!" Dengan mata penuh permohonan, Qisya menatap Azriel berharap cowoknya itu mau berubah pikiran.
Azriel menatap Qisya lalu menggelengkan kepalanya, "No...no, lebih baik aku belikan kamu sepatu yang sesuai dengan gaun ini. Hari ini kamu nurut aja sama aku, oke! Aku bayar dulu ke kasir, kamu tunggu aja di depan!"
Merasa percuma berdebat dengan kekasihnya yang tidak membuahkan hasil, akhirnya Qisya hanya menurut saja. Setelah membayar di kasir, Azriel langsung menghampiri gadis yang sudah menunggunya itu lalu mengajaknya pergi membeli sepatu yang cocok dengan gaun Qisya.
Hari ini keduanya menghabiskan waktu bersama dengan bersenang-senang. Setelah membeli sepatu untuk Qisya, Azriel mengajak gadisnya makan di food court. Lalu membelikan es krim yang sempat di minta oleh pacarnya tersebut dan berkeliling ke stand-stand yang ada di mall dengan sesekali di selingi gurauan dan candaan dari keduanya.
"Terima kasih untuk semuanya hari ini pacar, aku sangat bahagia. Bahkan hari ini aku sudah menguras isi dompetmu!" Qisya tersenyum lebar dengan mata berbinar saat menatap beberapa paper bag yang saat ini di pegang Azriel.
"Tapi aku harus pulang sekarang, ini sudah jam 4 sore. Bibi pasti akan marah-marah lagi karena aku pulang terlambat hari ini, api aku sudah siap lahir batin kok dengan omelannya hari ini."
"Biar nanti aku yang bilang pada bibimu itu! Kalau perlu, aku nanti akan meminta maaf padanya karena membuatmu pulang terlambat ! Ayo, aku akan mengantarkan mu pulang!"
Azriel menggandeng tangan Qisya keluar dari Mall menuju basemen dimana motor sportnya berada, lalu melajukan kendaraan roda duanya itu membelah kemacetan sore hari ibu kota.
Tak butuh waktu lama, kini keduanya sudah tiba di depan gerbang rumah sederhana berwarna biru tua yang terletak di sebuah gang sempit. Azriel mematikan mesin motornya dan turun dari motor setelah Qisya duluan turun seraya melepas helm yang di pakai gadis itu.
"Kamu pulang aja Zriel, aku nggak mau kamu kena omelan dan cacian dari bibiku. Kalau aku kan udah biasa menerima penghinaan dari bibi tapi kamu nanti akan merasa ilfil padaku setelah melihat sifat asli keluargaku. Aku nggak mau bila itu sampai terjadi, aku mohon kamu balik aja ya!"
Qisya mengatupkan kedua tangannya di depan wajah Azriel sambil memasang wajah puppy eyesnya. Biasanya cara ini selalu berhasil untuk merayu cowoknya itu, dan dia pun berharap kali ini Azriel mau menuruti permintaannya.
"Kamu selalu saja membuatku tidak berdaya dengan wajahmu itu Sya, sebenarnya aku ingin membelamu di depan bibimu tapi kamu selalu saja seperti ini. Selalu menolak saat aku ingin berbicara dengannya, kali ini aku turuti kemauanmu. Tapi lain kali, aku nggak akan lagi mau menurutimu ! Baiklah... kalau begitu aku balik dulu, kamu jaga diri kamu baik-baik ya!"
"Kalau bibi mu berbuat kasar kepadamu, kamu langsung hubungi saja aku. Aku akan mencarikanmu tempat kos bila dia berbuat jahat padamu! Aku pun harus buru-buru pergi karena ada janji sama Adi dan Rizki, sebenarnya tadi mereka menghubungiku katanya ingin menyusul kita. Namun aku melarang mereka mengganggu kencan kita, tapi mereka minta aku menemui mereka di tempat biasa."
"Iya, udah buruan sana balik, jangan buat mereka kelamaan nunggu. Aku juga mau masuk!" Qisya mengibaskan tangannya, seolah ingin cepat mengusir Azriel.
"Oke sayang, aku jalan dulu ya!" Azriel lalu menghidupkan mesin dan melajukan motor sport miliknya meninggalkan Qisya yang masih diam menatap kepergiannya.
Raut wajah yang tadinya ceria kini berubah muram.
"Haah... saatnya kembali ke dunia nyata!"
Qisya menghela nafas kasar, lalu beralih berjalan memasuki rumah. Tangannya dengan ragu membuka kenop pintu, lalu beranjak masuk ke dalam rumah dan melihat bibinya sedang menatap tajam dengan sinis ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
aduh 2 bang Azril😍
2022-09-10
0
~'R.A.D'~
baru 2 eps udh senyum2 sendirian
2021-07-06
0
Julio Stevaning
menarik
2021-06-19
0