Qisya saat ini telah berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar, meski kamar yang saat ini dia tempati tak sebesar kamar pria yang dipanggilnya Om itu, namun dirinya merasa sangat bersyukur karena hidupnya tidak jadi berakhir di Club' tempat yang dianggapnya sebuah neraka.
"Apa yang akan terjadi dengan hidupku selanjutnya? Aku tidak diijinkan menghubungi siapapun, apa semua orang yang mengenalku akan menganggapku sudah mati bila lama tidak mendengar kabar dariku? Lalu Azriel akan perlahan melupakanku dan mencari perempuan lain, akhirnya aku sendiri dan tidak ada lagi orang yang mengingatku."
"Setelah si Om berhasil menikah dengan tunangannya, maka dia akan langsung menendangku dari tempat ini. Lalu apa yang harus aku lakukan disaat aku sudah tidak mempunyai pegangan hidup, kenapa takdir bisa sekejam ini? Apakah aku tidak berhak bahagia dan ditakdirkan untuk menderita selamanya?"
Tanpa disadari, bulir bening mulai menetes dari pelupuk matanya. Qisya mulai terisak, tangisnya pecah seketika. Dia pun menenggelamkan wajahnya di bawah bantal, karena tidak ingin suara tangisannya terdengar oleh Abymana. Saat ini Qisya memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Ayah...!! Seandainya dirimu masih hidup, mungkin nasibku tidak akan seburuk ini yah. Aku sangat merindukanmu, apa aku harus menyusulmu agar aku bisa merasakan kebahagiaan? Aku takut yah, aku takut hidup sendiri, tidak ada yang menginginkan kehadiranku."
Entah berapa lama dirinya terus menangis dan terjaga, beberapa jam kemudian Qisya tertidur saat dirinya mulai merasa kelelahan.
Tanpa disadari oleh Qisya, segala perbuatannya di dalam kamar itu telah dilihat oleh pemilik apartemen mewah tersebut, karena Abymana memasang Cctv di setiap sudut ruangan apartemennya, kecuali kamar mandi dan walk in closet yang menurutnya sangat privasi.
Setelah selesai mandi, Abymana berniat memeriksa pekerjaan di ruang kerjanya. Namun pikirannya sama sekali tidak bisa berkosentrasi, karena memikirkan apa yang saat ini tengah dilakukan Qisya di dalam kamar. Alih-alih memeriksa pekerjaannya, yang ada dia malah memeriksa Cctv di kamar tamu dimana gadis itu berada.
Pandangan matanya kini tengah mengamati layar di laptopnya, Abymana mengernyitkan keningnya karena tidak paham dengan apa yang sedang dilakukan gadis kecil itu di bawah bantal.
Matanya membulat sempurna setelah menyadari apa yang dilakukan gadis itu, tubuh Qisya yang sesekali berguncang dan suara isak tangis dan keluhannya terlihat dan terdengar jelas didalam laptopnya. Mendadak perasaannya mulai tak menentu, niat hatinya sangat besar untuk segera menemui gadis itu.
Ingin sekali dia memeluk dan menghibur gadis yang sedang menangis tersedu-sedu di bawah bantal itu, namun dirinya sama sekali tidak mempunyai nyali. Berkali-kali Abymana terlihat meremas rambutnya sendiri, karena pertama kali dalam hidupnya merasa dirinya tidak berguna.
"Aaaarrrggghh ... apa yang sedang kulakukan?! Harusnya aku tidak memeriksa Cctv sialan itu! Akhirnya malah aku sendiri yang gelisah, shit ...!!
Beberapa kali Abymana mengumpat kasar, akhirnya dia pun memutuskan untuk menunggu sampai Qisya tertidur, baru menemui gadis itu dengan kunci cadangan yang ada di laci meja kerjanya.
Bunyi kunci pintu yang dibuka dari luar memecah keheningan di ruangan berukuran sedang itu. Pintu itu pun berhasil dibuka oleh Abymana. Dengan perlahan, dia pun mulai masuk kedalam kamar dan pemandangan pertama yang nampak dimatanya adalah sosok gadis yang saat ini tengah tertidur meringkuk di atas ranjang dengan posisi kepala masih berada di bawah bantal.
"Dasar gadis bodoh ...! Kau bisa sesak nafas bila tidur di bawah bantal seperti itu!" Abymana menggelengkan kepalanya, namun tangannya beralih mengangkat kepala Qisya dengan hati-hati dan meletakkannya di atas bantal empuk itu.
Aku tahu saat ini kamu pasti merasa sangat sedih dengan apa yang menimpamu, diumurmu yang masih belia, seharusnya kamu asyik bersenang-senang dengan sahabat atau pacarmu, tapi kamu malah berakhir di sini berpura-pura sebagai wanita selingkuhanku.
Abymana masih intens menatap gadis di depannya itu sambil bergumam didalam hati. Setengah jam sudah dia tidak bergeming dari tempatnya, dari tadi matanya tidak berpindah mengamati objek yang ada didepannya itu.
Merasa hari semakin larut, akhirnya Abymana memutuskan untuk kembali kedalam kamarnya. Sebelum keluar, dia pun menyelimuti tubuh Qisya dengan selimut yang ada di atas ranjang.
******
Qisya membuka matanya perlahan, lalu mulai mengumpulkan separuh nyawanya sebelum bangkit dari ranjang empuk itu. Dia masih terdiam, karena tidak ingin mengulangi kejadian buruk yang dulu pernah dialaminya saat terbangun dari tidur.
Dia tidak langsung bangkit berdiri, karena harus memberi jeda waktu beberapa detik untuk mengembalikan fungsi kinerja tubuhnya yang baru beristirahat lama. Karena pembuluh darah terbentuk dari otot-otot kecil dan ketika berdiri, semua pembuluh dikaki akan berusaha lebih keras untuk mendorong darah kearah kepala. Karena kurang memberi waktu pada tubuhnya untuk bereaksi, pernah menyebabkan dirinya pusing, bahkan sampai pingsan dulu.
Sehingga Qisya selalu berhati-hati setelah mengalami kejadian itu dengan cara bersantai terlebih dahulu di ranjangnya setelah membuka mata dari tidur panjangnya.
Setelah beberapa menit berlalu, Qisya bangkit dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak berselang lama, dia pun keluar dari sana dan berjalan menuju pintu keluar.
"Aku harus tahu diri dengan posisiku yang tidak lebih hanya sebagai pelayan yang naik pangkat menjadi selingkuhan pura-pura pria kaya, lebih baik aku memasak nasi goreng saja untuk sarapan si Om itu karena di kulkas tidak ada sayur untuk aku masak. Kalau aku sih bisa makan makanan sisa semalam yang telah aku simpan di kulkas."
"Si Om itu tidak mungkin kan makan makanan sisa, orang kaya mah bebas mau ngapain aja.
Tinggal tunjuk ini itu untuk memerintah sudah ada yang menyiapkan semuanya, sedangkan aku adalah salah satu dari orang yang ditunjuk itu."
Qisya mulai mengikat rambutnya dengan cara menggelungnya ke atas, lalu mulai memakai celemek agar baju pria itu tidak terkena noda minyak saat dirinya memasak nasi goreng. Tak butuh waktu lama untuknya memasak, kini Qisya meletakkan satu piring nasi goreng dengan telur mata sapi ditengahnya di atas meja makan.
Selesai berkutat di dapur, Qisya mulai membersihkan setiap sudut apartemen. Karena terbiasa dengan pekerjaan seperti itu saat berada dirumah bibinya, membuat Qisya merasa enjoy dengan apa yang saat ini dia kerjakan.
Bunyi pintu yang dibuka membuat Qisya menoleh ke arah kamar Abymana dan pria itu kini keluar dari sana dengan rambut acak-acakan memakai celana pendek dan caos casual berwarna biru.
Bahkan saat penampilannya acak-acakan seperti itu, tetap saja tidak bisa menyembunyikan wajah tampannya. Si Om memang sangat tampan, tapi sayangnya dia tidak punya perasaan dan tidak bisa bersikap lembut pada seorang wanita, gumam Qisya
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Abymana mengernyitkan keningnya melihat Qisya yang sudah berpeluh sepagi ini.
"Apa lagi Om ... ya bersih-bersihlah, memangnya Om buta? Pake nanya segala lagi!" Qisya bersungut-sungut, namun tidak menghentikan pekerjaannya yang sedang mengelap debu di atas meja.
"Dasar bodoh ...! Aku tidak menebusmu dari Club' itu untuk bersih-bersih apartemenku, karena aku punya banyak pelayan yang akan mengerjakannya. Kamu harus menjaga tanganmu dari pekerjaan kotor itu, karena aku tidak mau tanganmu nanti jadi kasar. Bukankah lucu bila sampai orang lain tahu selingkuhanku mempunyai tangan yang kasar?"
"Sebentar lagi akan ada pelayan yang datang untuk bersih-bersih dan membawa semua kebutuhanmu." Abymana beralih memandang nasi goreng yang ada di meja makan, dia pun langsung duduk di kursi mencoba nasi goreng buatan Qisya.
Satu sendok, dua sendok, tiga sendok dan seterusnya sampai tidak ada yang tersisa di piring tersebut. Yah, Abymana telah menghabiskan nasi goreng tersebut.
Qisya membulatkan matanya melihat Abymana menghabiskan nasi goreng buatannya, dirinya memang hanya membuat sedikit nasi goreng, karena benar-benar mengingat perkataan pria itu yang semalam menceramahinya perihal makanan.
"Doyan apa laper Om? Baru bangun tidur saja sudah kelaparan seperti habis lari maraton saja Om!" Qisya menghentikan pekerjaannya, karena merasa senang tidak akan capek-capek membersihkan apartemen mewah itu.
"Baguslah Om, aku senang sekali setelah mengetahui tugasku bukan untuk bersih-bersih. Om tenang saja, tangan aku halus kok, ini buktinya!"
Qisya berjalan mendekati pria yang masih duduk di meja makan yang saat ini sedang meneguk minumannya. Qisya pun mengusap-ngusapkan tangannya pada lengan kekar Abymana. "Lembut kan Om?"
Mendadak tubuh Abymana memanas saat mendapat sentuhan tiba-tiba dari Qisya, akhirnya dia pun tersedak saat meneguk air.
"Uhuuk ... uhukk ...."
Qisya terkejut dan refleks menepuk-nepuk punggung Abymana, lalu beralih mengusap-ngusap dada bidang pria itu.
"Eh ... pelan-pelan dong Om minumnya! Minum saja kenapa bisa sampai tersedak sih Om?"
Lagi-lagi tubuh Abymana seperti tersengat aliran listrik saat gadis itu tidak berhenti mengusap dadanya. Wajahnya kini mulai memerah, refleks Abymana menggenggam tangan gadis didepannya itu, lalu menatap manik bening Qisya dengan tajam.
"Apa yang sedang kamu lakukan gadis kecil, apa kamu sedang berusaha menggodaku?" Abymana tersenyum penuh dengan seringai jahat pada Qisya yang terkejut dengan ulahnya.
Deg ... degb... deg ....
Suara degub jantungnya seketika berdetak dengan cepat, Qisya tidak berkutik saat berada diposisi sangat dekat dengan pria di depannya itu. Matanya tak berkedip menatap netra pekat dengan pahatan sempurna yang ada diwajah pria yang dipanggilnya Om itu. Qisya menelan salivanya mencoba menetralkan nada suaranya yang sangat gugup ketika berada diposisi seintim itu.
Qisya masih berdiri terpaku disebelah tempat duduk Abymana, "A-apa maksud Om dengan menggoda? A-aku kan hanya membantu Om yang tadi tersedak, aku tidak bermaksud apa-apa. Maafkan aku Om, tolong lepaskan tanganku! Aku mau ... aku mau mandi Om, setelah bersih-bersih rasanya aku gerah banget!"
Waah ... bisa mati aku bila si Om terus memandangku seperti itu. Kenapa dengan jantungku? Apa karena saking takutnya aku padanya membuat detak jantungku berdetak sangat cepat tidak seperti biasanya. Ini Om kenapa juga main pegang-pegang segala, mana nggak dilepas-lepas lagi tangan aku! gumam Qisya.
"Jadi kamu mau lari setelah berusaha menggodaku dengan beralasan mau mandi? Aku juga ingin mandi, kita bisa mandi bersama bila kamu mau! Bukankah itu tujuanmu untuk menggodaku pagi-pagi begini?" Lagi-lagi Abymana tersenyum dengan seringai jahatnya.
"A-apa Om, Om gila ya?! Lepasin tangan aku Om, aku benar-benar gerah nih. Aku mau mandi sendiri, bukannya mau mandi bersama Om!"
Qisya melepas paksa tangannya dari cengkeraman pria itu. Setelah berhasil, dia pun langsung berlari ke arah kamar, lalu menutup pintu dengan suara yang cukup keras dan menguncinya dari dalam.
Abymana langsung terbahak melihat tingkah Qisya yang sangat ketakutan dengan candaannya. Lalu Abymana bangkit dari kursi dan masuk ke dalam kamarnya dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi.
"Shit ... sepertinya aku harus mendinginkan kepalaku dengan mandi air dingin. Sentuhan gadis kecil itu membuat hasratku kembali bangkit dan bergejolak, aku bisa gila bila tidak melepaskannya!"
**Bersambung ...
Dukung karya pertama Author ini ya! Jangan lupa tekan like di setiap bab.
Dan terima kasih yang tidak terhingga Author ucapkan untuk setiap like,komentar positif dan tekan favorit untuk bisa mendapatkan update cerita.
Love you All ❤❤...
Salam cinta dari Dianning**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
DD😇
EMANG YG NAMANYA DAON MUDA GA BISA DIBOONGIN YAA.. SELALU BIKIN MENGGODA😁😁😁
2021-09-02
0
Tini
om sih akhirxa kepanasan sandiri
2021-08-11
0
Wiwied Ajj
jgn pnggil q ank kcil om...
nmaq qisya..bkn ank kcil..wkwkwkwkwk...
2021-07-25
0