"Saya pergi dulu Tuan Muda, besok pagi saya akan menjemput Anda dan membawakan semua kebutuhan Nona Qisya." Asisten Zaki membungkuk hormat, lalu beranjak meninggalkan apartemen mewah Abymana.
Abymana sedikit mengangguk pada Asisten Zaki. Setelah melihat asistennya pergi, Abymana mengalihkan pandangannya pada gadis yang saat ini tengah sibuk mencuci piring bekas makanan. Rambut panjang sebahu serta siluet Qisya dari belakang terlihat sangat seksi .
"Bahkan dari belakang pun kau terlihat cantik!" gumam Abymana.
Qisya telah menyelesaikan tugasnya, dia mengernyitkan keningnya saat melihat Abymana masih santai duduk di meja makan.
"Apa Om ingin tetap berada di situ sampai pagi?"
"Apa kamu tidak sadar jika saat ini aku tengah menunggumu? Ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu, duduklah!" Abymana berbicara dengan nada tegas dan berwibawa, sehingga membuat semua orang yang mendengarnya bergidik ketakutan.
Begitupun dengan Qisya, dia seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, karena bulu kuduknya langsung meremang saat mendengar nada keseriusan dalam perkataan pria yang saat ini tengah menatapnya dengan intens.
Dengan kikuk Qisya mendaratkan tubuhnya di kursi, sebenarnya dia merasa sangat risih saat Abymana memandangnya tanpa berkedip. Namun dirinya tidak mampu mengeluarkan satu patah katapun untuk melarang pria itu.
"Kamu tahu kan bahwa kamu sudah menandatangani surat perjanjian tadi? Jadi kamu pasti belum lupa dengan isi dari surat itu bukan? Aku akan menerangkan lebih spesifik tentang peraturan yang harus kamu patuhi. Selama kamu bersamaku, aku yang akan menanggung semua kebutuhanmu dan kamu tidak aku ijinkan untuk berhubungan dengan siapapun selain aku dan asisten Zaki."
Kau tahu itu artinya apa bukan? Jadi kamu tidak boleh menghubungi cowok ingusan itu, teman maupun wanita yang telah menjualmu itu. Aku tidak ingin ada orang tidak penting yang mengacaukan semua rencanaku, tidak ada yang boleh tahu bahwa saat ini kamu hanyalah wanita yang aku bayar untuk membuat calon istriku yang berada di Amerika cemburu padamu! Apa kamu mengerti?!"
"Jadi secara tidak langsung Om menyuruhku untuk menghilang dari hadapan orang-orang yang mengenalku? Apa aku pun tidak boleh pergi keluar sama sekali? Jadi aku hanya akan duduk diam di apartemen ini? Begitu maksud Om?!"
Qisya merasa sangat frustasi, ingin rasanya ia menjambak rambut pria itu. Namun dia sama sekali tidak punya nyali untuk melakukannya.
"Tentu saja kamu bisa keluar dari apartemen saat mendapat ijinku. Itupun kamu akan berada di luar bersamaku, besok akan ada beberapa orang yang akan menjagamu. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkanmu sendiri di apartemen ini! Untuk malam ini, aku sendiri yang akan mengawasimu. Apa ada yang ingin kamu tanyakan?"
Abymana mengamati ekspresi Qisya yang berubah murung setelah mendengar perkataannya.
"Ehm... jadi Om akan mengurungku disini sampai Om berhasil membuat wanita itu kembali ke tanah air? Aku akan merasa bosan hanya duduk diam tanpa melakukan kegiatan sama sekali, bahkan aku tidak diijinkan memegang ponselku."
"Padahal itu adalah satu-satunya hal yang bisa menghiburku, selama ini aku selalu mengisi waktu luangku dengan membaca novel kesukaanku melalui aplikasi yang ada di ponselku. Aku juga tidak akan lagi bisa menonton drama korea kesukaanku, Bukankah itu sungguh membosankan Om, memangnya Om bisa hidup tanpa ponsel?"
Abymana terkekeh mendengar keluhan Qisya, "Dasar bodoh!! Siapa yang bilang aku tidak mengijinkan mu memegang ponsel?"
Qisya mengerjapkan kedua matanya, "Maksud Om?! Jadi Om mengijinkan ku untuk membawa ponselku? Lalu di mana ponselku itu?" Manik beningnya kini menatap netra pekat di depannya.
"Aku juga tidak mengatakan akan mengijinkanmu memegang ponselmu!"
Setelah mengatakan kalimat ambigunya, lagi-lagi Abymana terkekeh. Rasanya dirinya sangat puas melihat ekspresi kekesalan yang ditunjukkan gadis itu.
"Apa tidak ada lagi yang Om ingin bicarakan? tiba-tiba aku sangat mengantuk, apa aku boleh tidur sekarang?"
Karena merasa sangat kesal, Qisya berniat meluapkan kekesalannya itu dengan tidur. Meskipun dirinya tidak yakin apakah malam ini dirinya bisa tidur nyenyak atau tidak.
"Jangan berpura-pura mengantuk di depanku, aku yakin malam ini kamu tidak akan bisa tidur! Aku ada sedikit kabar baik untukmu, kamu tidak akan merasa bosan di apartemen ini karena di sini difasilitasi semua hal yang bisa membuatmu melakukan kesenanganmu."
"Dan besok pagi, Zak akan membawa ponsel keluaran terbaru untuk kau pakai. Ponsel itu memudahkanku untuk menghubungimu sewaktu-waktu."
"Saat aku membutuhkan kedatanganmu, tidak mungkin aku harus repot-repot datang kesini, karena itu akan membuang-buang banyak waktuku. Jadi aku menyuruh Zak menyiapkan ponsel untukmu dan semua perlengkapanmu! Apa sampai disini kamu senang?"
Mendadak raut wajah Qisya tampak langsung berbinar mendengar perkataan Abymana.
"Tentu saja Om, aku sangat senang. Ternyata Om orang yang sangat baik, aku doakan Om agar cepat menikah dengan tunangan Om itu!"
Air muka Abymana seketika berubah, entah kenapa dirinya merasa kecewa dengan doa dari gadis itu. Namun ada sesuatu yang langsung mengganjal dihatinya saat mendengar perkataan Qisya.
Bukankah harusnya aku merasa senang dengan doa baik dari gadis ini? Bukankah itu yang selama ini aku harapkan? Tapi kenapa hati kecilku merasa kecewa dengan kata-kata tulus yang keluar dari bibirnya.
Aku harus membuang perasaan aneh ini, mungkin saat ini aku hanya merasa kesepian saja sehingga menganggap perasaanku pada gadis kecil ini adalah cinta. Semua ini akan hilang dengan sendirinya saat Sandra kembali kesisiku.
"Kamu pasti merasa sangat senang saat kekasihku kembali kesisiku, jadi kamu akan terbebas dariku dan bisa kembali kepada cowokmu itu bukan?"
"Tapi jangan coba-coba berharap kamu bisa menghubunginya dengan ponsel yang aku berikan padamu, karena aku sudah menyuruh asisten Zaki meretas ponsel itu, jadi siapapun yang kamu hubungi atau menghubungimu akan langsung terlacak olehku! Apa kamu paham Qisya?"
Tubuh Qisya mendadak lemas, sesaat yang lalu dirinya seolah melambung tinggi karena merasa sangat bahagia, namun semenit kemudian pria itu menghempaskannya ke tanah. Harapannya kini pupus sudah, akhirnya dia memilih pasrah dengan keadaannya.
Baru semenit yang lalu aku berpikir akan bisa menghubungi kekasihku, tapi ternyata itu semua hanyalah harapan semu. Aku tarik kata-kataku tadi Tuhan, semoga kisah cinta Om datar ini berakhir tragis dan wanita itu berselingkuh darinya di Amerika sana.
Sukurin...! Bukankah biasanya doa orang teraniaya itu akan cepat dikabulkan oleh Tuhan? Biarkan saja Om datar ini menderita, karena dia juga telah membuatku menderita. Karena tidak mengijinkanku menghubungi kekasihku. Azriel ... hiiiikkksss ... hiiikksss ....
"Selama kamu bersamaku, kamu tidak boleh memikirkan pria lain, karena kamu harus fokus dengan tugasmu. Kamu tidak akan berhasil menjalankan misi ini bila kamu asyik memikirkan cowokmu itu."
"Jadi untuk sementara waktu, lebih baik kamu melupakannya. Kamu bisa kembali padanya nanti setelah kamu berhasil membuat kekasihku kembali padaku, oke!"
"Mudah bukan?! Hanya itu yang ingin aku sampaikan padamu, kau nanti bisa tidur di kamar tamu. Aku mau mandi, sekarang kamu siapkan air hangat untukku!" Abymana menatap Qisya yang terlihat murung.
Qisya bangkit dari kursi menuju ke arah dapur, berniat menjalankan perintah Abymana, yaitu menyiapkan air hangat. Dia pun mulai mencari-cari sesuatu.
Abymana mengernyitkan keningnya melihat tingkah Qisya yang terlihat kebingungan, "Apa yang sedang kamu cari?"
"Apa Om tidak mempunyai peralatan masak lengkap? Bagaimana aku bisa memasak air bila tidak ada kuali besi?"
Merasa tidak menemukan apa yang dicari, membuatnya menatap pria yang saat ini tengah terbahak-bahak. "Kenapa Om malah tertawa seperti orang gila?"
"Bagaimana aku tidak tertawa melihat sifat kampunganmu itu Qisya, sekarang kamu ikut aku!" Abymana berjalan memimpin, diikuti Qisya yang mengekor dibelakangnya.
Qisya begitu terkejut saat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, "Om ...napa yang sedang Anda lakukan di dalam kamar mandi? Aku tidak bisa masuk ke dalam, bisa bahaya nanti!"
Abymana merasa geram dengan kepolosan Qisya, dia pun keluar dari kamar mandi dan mencengkeram tangan Qisya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
"Jangan banyak bicara dan ikut aku masuk kedalam!"
Jantung Qisya berdetak sangat cepat, dirinya saat ini merasa sangat takut, saat Abymana menyeretnya ke kamar mandi. Dirinya bukanlah gadis polos yang tidak tahu apa-apa tentang hal apa yang di lakukan pria dan wanita di kamar mandi. Sekelebat pikirannya membayangkan adegan panas yang pernah di tontonnya dengan sahabat-sahabatnya.
Gila ... bisa bahaya nih. Apa yang akan di lakukan Om datar ini, kenapa dia menyeretku ke dalam kamar mandi? Aaarh ... tidak ....tidak ....
"Sekarang kamu perhatikan ini baik-baik Qisya ...! Di kamar mandi ini sudah di lengkapi fasilitas air panas, jadi kamu hanya perlu memutar ini dan menyesuaikan kadar kehangatan air. Apa sekarang kamu paham? Sekarang keluarlah, karena aku ingin mandi, lebih baik kau cepat tidur, atau kamu ingin menungguiku mandi!"
Abymana mengedipkan matanya pada Qisya yang sudah merona wajahnya karena malu.
Tak menunggu waktu lama, Qisya pun langsung lari keluar kamar mandi, karena tidak ingin melihat sesuatu yang akan menodai matanya.
"Gila ... bisa bahaya kalau sampai aku melihat tubuh si Om yang telanjang di kamar mandi. Dasar mesum, bisa-bisanya dia bicara setenang itu dihadapanku!"
"Lebih baik aku segera tidur, rasanya tubuh dan otakku butuh istirahat yang cukup. Aarrrh... capek sekali, rasanya aku sudah tidak sabar ingin merebahkan tubuhku di kasur yang empuk. Qisya berjalan keluar kamar, tangannya membuka kenop pintu ruangan yang tadi ditunjukkan oleh pria itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Julio Stevaning
kok katrok ya lulusan SMA pemanas air kmr mandi aja g tau,,,dunia halu yg sangat menarik
2021-06-20
0
🌺sahaja🌺
✊✊✊✊semangat
2021-02-13
0
Rara
Semangat baca... 🤓penasaran ceritanya.... moga2 jodohnyaaa ituulah Qisya... amin..😇😂😂😂
2021-01-18
0