Bab 9 Budak Darah

Berlahan rasa sakitnya hilang. Rasa panas didalam tubuhnya juga tidak terasa lagi, tapi Sora masih merasakan rasa panas di lehernya.

"Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan." ucap Sora dengan penasaran.

"Apa itu?"

"Karena kau adalah vampire dan aku sudah digigit olehmu. Apa aku akan menjadi vampire juga?" Sora merasa takut kalau ia juga akan menjadi Vampire.

Sebelumnya Sora pernah membaca buku tentang vampire. Dibuku tertulis jika seseorang digigit oleh vampire maka ia akan berubah menjadi vampire ataupun mati karena kehabisan darah.

Sora juga sudah bertanya kepada Flora, mencari tahu semua rumor tentang vampire.

Pria itu tertawa, tawanya seperti sedang meledek. "Darimana kau mendengar rumor itu?"

"Dari temanku. Dia bilang jika digigit vampire kau akan mati atau berubah menjadi vampire." jelas Sora.

"Lalu kau percaya?" ucap Pria itu mengejeknya.

"Aku mendengar banyaknya orang yang sudah digigit vampire rata-rata ditemukan mati dalam keadaan kering. Selain itu sisanya menghilang tanpa jejak. Ada kabar yang mengatakan mereka menjadi vampire dan berkeliaran untuk mencari mangsa. Jika sudah ada banyak saksi mata, mau tidak mau aku akan percaya."

"Jangan khawatir kau tidak akan menjadi vampire." ucapnya dengan nada lembut.

Mendengar kata-kata itu membuat Sora dapat bernafas lega. Dia tidak ingin menjadi makhluk berdarah dingin dan membunuh orang.

"Beberapa orang memang bisa menjadi Vampire tapi itu melalui banyak tahapan. Tidak hanya dengan satu gigitan lalu langsung menjadi vampire." urainya.

"Aku mengerti." ucap Sora paham.

"Jika kau sudah mengerti kau boleh keluar!" perintahnya.

"Tunggu! Ada satu hal lain yang ingin aku katakan." ucap Sora dengan tergesa.

"Kau meminta terlalu banyak. Katakan!" ujarnya mendengarkan.

"Apa kau bisa menghilangkan bekas gigitanmu. Karena letaknya di leher membuatku sulit untuk menutupinya." ucap Sora.

Setiap hari Sora harus memakai syal atau menutupinya dengan rambutnya. Sora juga tidak berani mandi bersama teman-temannya. Sehingga banyak rumor beredar kalau Sora memiliki bekas luka jelek di tubuhnya.

Pria itu menggertakan giginya marah mendengar permintaan Sora. "Kuberitahu kau satu hal penting lagi, bekas gigitan itu adalah tanda kau adalah milikku dan berfungsi sebagai belenggu dan untuk mengendalikanmu. Rasa sakit yang kau rasakan karena bekas gigitan itu. Jika aku menghilangkannya sama saja aku melepaskan dirimu."

"Ka ... kalau begitu kau bisa memindahkannya. Tolong pindahkan ke tempat yang mudah untuk aku sembunyikan." pinta Sora sambil memohon-mohon.

"Pindahkan?" Pandangan Pria itu terus mengarah keleher Sora. "Ya, Aku bisa memindahkannya."

"Apa yang kau lakukan?" ucap Sora ketika Pria itu menggendongnya.

Pria itu membawa Sora ke tengah ruangan. Di lemparnya tubuh Sora ke atas sofa. Pria itu berada diatasnya. la mendekatkan wajahnya ke leher Sora.

Sora memejamkan matanya, dia takut Pria itu akan menggigit lehernya lagi. Rasa sakit tadi masih terngiang dipikirannya.

Nafasnya yang berat terasa dilehernya. Pria itu menjilati lehernya, tepatnya di bekas gigitannya.

Rasanya geli dan menakutkan.

"Apa yang kau lakukan? Hentikan!" Sora terus memberontak dan memohon tapi Pria itu tidak mendengarkannya. la terus menjilatinya. Tubuh Sora gemetar hingga Sora menangis.

Sora terus menutup matanya sambil berdoa berharap hal menakutkan ini cepat selesai.

Selang berapa lama, Sora sudah tidak merasakan nafas Pria itu dilehernya. Sora membuka matanya, ia melihat Pria itu masih berada diatasnya.

Pria itu mengulurkan tangannya, mengelus pipi Sora yang basah dengan air mata. Sora menghindari tangan itu. Pria itu terdiam dan menarik tangannya.

Pria itu tersenyum. ia ingin menggoda Sora. "Sekarang dimana aku harus meletakkan tandaku itu. Kau bilang tempat dimana kau mudah untuk menutupinya kan? Apa di lengan tangan? Di perut? Di paha? Dimana ya tempat yang terbaik?"

Tangannya terus menjelajahi tubuh Sora. Tangannya yang besar dan dingin menyentuh tubuh Sora, membuat bulu kuduk Sora berdiri.

"Sepertinya tempat terbaik hanyalah di lehermu." gumamnya. Pandangannya terus mengarah pada Sora. sambil melihat reaksinya. "Aku tahu dimana aku harus meletakannya."

"Hentikan!" ucap Sora ketika Pria itu melepaskan kancing bajunya. Sora memegangi tangan Pria itu menghentikan hal yang ingin Pria itu lakukan.

"Kau bilang kau ingin tandanya diletakkan di tempat yang mudah untuk di tutupi." Tangannya terus bergerak menjalar dari leher Sora terus turun kebawah.

"Disini tempat yang sempurna." ucapnya.

Tangannya terhenti di bawah tulang selangka di atas dada Sora. Pria itu mendekatkan wajahnya, hembusan nafasnya terasa menggelitik Sora.

"Akh! Sakit!" teriak Sora.

Pria itu menggigitnya, rasa sakit dan panas menusuk kulitnya. Darahnya terasa tersedot.

"Hentikan! Bukankah kau hanya ingin membuat tanda kenapa malah meminum darahku juga."

"Darah manismu sangat nikmat dan manis. Mana bisa aku melewatkannya."

Tubuh Sora melemah, pandangannya mulai kabur.

Sora tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Pandangannya gelap, ia pun tak sadarkan diri.

.

.

.

"Jendral!"

Terdengar suara yang tak asing. Sora yang baru bangun dari pingsan, melihat Javier masuk ke dalam ruangan.

"Jendral, tamunya sudah datang." ucap Javier.

"Aku akan menemuinya."

"Jendral, gadis ini!" Javier melihat Sora yang tertidur di atas sofa.

Sora langsung menutup matanya lagi, pura-pura tidur.

"Apa anda meminum darahnya?" tanya Javier.

Nada suaranya terdengar seperti terkejut. "Saya tidak tahu anda akan meminum darahnya disini. Jika tahu saya akan membawanya ke tempat biasa."

"Kejadian itu tidak sengaja. Aku sebenarnya tidak ada keinginan untuk meminum darahnya tapi darahnya sangat menggoda. Bagaimana bisa aku menolaknya."

"Iya. Darahnya sangat wangi, wanginya manis. Saya bahkan sulit untuk menahan diri. Saat saya mencium aroma darahnya, rasanya saya ingin segera meminum darahnya." ucap Javier mengingat saat Sora berada didekatnya hingga ia harus menutup hidungnya.

Sora tersentak terkejut. Ternyata Javier juga seorang Vampire! Tentu saja mereka sama. Mana mungkin Jendral menempatkan dia disisinya tanpa tahu identitasnya.

Ketika Jendral mendengar itu ia memperingatkan Javier. "Lebih baik kau tahan keinginan itu karena dia sudah menjadi milikku. Kau tahu jika seseorang manusia sudah memiliki tanda dari Vampire, Vampire lain tidak boleh meminum darahnya. Jika tetap memaksa maka akan terkena racun."

"Iya. Saya tahu. Darah dari budak darah akan menjadi racun jika diminum Vampire lain. Saya akan mengingatnya." ucap Javier santai.

"Ayo kita pergi." Javier berjalan didepan, membukakan pintu.

"Tunggu!" Jendral menghentikan langkah kaki Javier.

Sora mendengar suara berisik, ia seperti sedang mencari sesuatu.

"Ayo pergi!"

Langkah kaki terdengar menjauh serta terdengar suara pintu yang tertutup. Tinggal keheningan yang terdengar.

Sora mengintip dari celah matanya yang terbuka sedikit, melihat keadaan di sekitar. Tak ada siapapun disana. Ia pun membuka matanya.

"Ukh!" Rasa sakit di dadanya tidak hilang "Kenapa dia harus minum banyak sih?!" Sora marah.

Karena dirinya tubuhnya jadi terasa lemah tak bertenaga. Padahal masih ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Sora tidak yakin bisa mengerjakannya dengan kondisi tubuhnya yang seperti ini.

Sora melihat keluar jendela, langitnya sudah gelap. Sepertinya sudah malam. Entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri.

"Dibuku tertulis vampire hanya minum darah saat bulan purnama tapi apa ini padahal bulan purnama masih seminggu lagi tapi ia malah meminum darahnya."

Tidak banyak hal yang Sora ketahui tentang vampire. Dari buku ataupun informasi yang ia dapatkan dari Flora tidak ada satupun yang benar. Sora jadi meragukan semua yang ia ketahui.

"Aku harus mencari tahu lebih banyak lagi." ujarnya.

Sora pun beranjak pergi. Dengan tubuh yang masih lemas, ia melangkahkan kakinya.

"Apa ini?"

Langkahnya terhenti. Sora melihat sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah. Dibawahnya terlihat secarik kertas.

"Minumlah. Obat ini bisa membantu pemulihan tubuhmu."

Sepertinya surat ini ditulis oleh Jendral. Sora mengambil botol itu, dibuka tutup botolnya. Aroma tak sedap keluar dari dalam botol. Bau obatnya sangat amis, warnanya yang merah pekat seperti warna darah.

"Aku harus minum obat ini?"

Sora tidak yakin apakah obat ini aman mengingat warna serta baunya yang aneh. Sora memberanikan diri meneguk cairan itu, belum sampai di tenggorokan Sora langsung memuntahkan nya.

"Obat apa ini? Rasanya tidak enak."

Seperti baunya, rasanya sama sekali tidak enak. Rasanya sangat pahit dan amis. Rasanya seperti benar-benar rasa darah. Sora mengembalikan botol obat ke atas meja. Dan segera mencari air. Sora melihat ada secangkir teh di atas meja. Diteguknya teh itu tapi rasa pahitnya tidak mau hilang juga. Segelas penuh Sora habiskan tapi tidak hilang juga.

Sora pun memutuskan untuk ke ruang makan. Mungkin jika mengunyah sesuatu rasa pahitnya akan hilang.

Sora beranjak pergi meninggalkan ruangan itu. Berjalan menuju ruang makan yang sudah di penuhi banyak orang. Sudah waktunya makan malam.

"Sora!" Flora memanggilnya dari kejauhan. "Kau darimana? Aku cari kemana-mana tapi tidak menemukanmu."

"I ... itu." Sora tidak tahu harus memberikan alasan apa.

"Kudengar kau menggantikan ku membersihkan ruang kerja Jendral."

Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri mereka. Tangan kanannya terbalut, sepertinya tangannya terluka.

"Aku berkata kepada Wakil Jendral kalau aku tidak bisa membersihkan ruangan Jendral, sepertinya jendral langsung mencari penggantiku." ucapnya.

Sora langsung menyetujui perkataan Pria itu. "I ... iya itu benar. Kebetulan aku lewat sana, Wakil Jendral langsung memanggilku."

Tiba-tiba suasana ruangan menjadi berisik, orang-orang saling berbisik. Sepertinya mereka sedang membicarakan gosip orang.

"Sepertinya Elena kalah lagi kali ini."

"Bukankah itu sudah jelas. Gadis itu lebih cantik darinya. Para pelayan pria bahkan ksatria saja tertarik padanya."

"Sepertinya rayuan gadis itu sangat hebat."

"Elena pasti kesal setengah mati jika dia harus kalah."

Orang-orang saling berbisik. Sora bisa mendengar omongan mereka. Dia tidak mengerti, hanya karena alasan ia membersihkan ruang kerja Jendral kenapa mereka jadi benci seperti ini.

"Flora, kenapa mereka semua jadi membicarakan ku?" tanya Sora bingung.

"Tentu saja mereka pasti begitu. Mereka itu iri kepadamu." ucap Flora.

"Iri?"

Sora tidak mengerti. Hanya membersihkan sebuah ruangan. Apa istimewanya? Sora benar-benar tidak mengerti.

Flora gregetan melihat temannya ini yang terlalu polos. "Tentu aja mereka iri. Mereka berusaha keras agar bisa mendapatkan tugas untuk membersihkan ruang kerja Jendral. Mereka berharap bisa bertemu Jendral dan dapat mengambil perhatiannya."

"Untuk apa mengambil perhatian pria berdarah dingin sepertinya?" ucap Sora.

Ruangan yang tadinya berisik karena ocehan para gadis kini menjadi sunyi setelah mendengar perkataan Sora. Pandangan mereka tertuju kepada Sora. Pandangan matanya tajam, seperti ingin menguliti setiap inci kulit Sora.

"Padahal memang itu kenyataannya kan?" gumam Sora.

Jendral adalah seorang vampire berdarah dingin yang selalu minum darah manusia. Apa bagusnya mendapat perhatian dari orang yang kapan saja bisa membunuhmu.

"Sepertinya kau jadi besar kepala karena mendapat kesempatan yang orang-orang inginkan."

Tiba-tiba Elena datang menghampiri Sora. Diikuti kedua pengikutnya, mereka berdiri di depan Sora.

"Bukankah aku sudah memperingatimu untuk menjaga sikap. Aku sudah bilang jangan seenaknya tebar pesonamu itu."

Elena sangat marah, alisnya terlihat terangkat dan memandangi Sora dengan tatapan tajamnya.

Sora menyangkal ucapan Elena. "Aku tidak pernah tebar pesona ataupun menggoda siapapun. Aku hanya menjalankan apa yang di perintahkan!"

"Jangan berbohong! Jendral tidak pernah mengizinkan pelayan wanita masuk ke dalam ruangannya, jika bukan karena kau yang menggodanya tidak mungkin kau bisa masuk ke ruangannya!" Elena berteriak marah.

"Bukankah sudah aku katakan. Itu karena aku yang kebetulan lewat dan sepertinya Wakil Jendral sedang terburu-buru jadi tidak memiliki waktu untuk memanggil pelayan lain. Makanya Jendral menyuruhku."

Sora berusaha menjelaskan meskipun apa yang ia katakan tidak sepenuhnya benar. Jika dia berkata hal yang sebenarnya gadis berambut merah yang ada di hadapannya ini pasti akan sangat marah hingga membuat darahnya mendidih.

"Kuperingatkan sekali lagi, jangan tebar pesona kalau bisa sebaiknya kau diam saja layaknya orang mati!" ancamnya lalu langsung pergi diikuti temannya.

"Aku tidak mengerti kenapa Elena sangat marah hanya karena ini?" tanya Sora.

"Itu karena Elena menyukai Jendral." ucap Flora santai.

"Suka? Kenapa?"

Flora berkata, "Tentu aja karena jendral itu tampan dan kaya."

Gelar jendral adalah duke. Hampir semua pelayan wanita mengagumi jendral, bahkan aku dengar para bangsawan wanita juga menyukai jendral." Jelas Flora.

"Jika memang suka kenapa dia tidak bilang langsung tapi malah mengancam banyak orang?" ucap Sora bingung.

Flora menjelaskan dengan mengecilkan volume suaranya. "Itu karena sekeras apapun yang Elena lakukan, Jendral tidak pernah sekali pun meliriknya. Lagipula mana mungkin seorang bangsawan akan melirik rakyat biasa seperti kita apalagi seorang pelayan. Tapi Elena tetap kekeh untuk mendekati Jendral, dia berharap dapat mengubah takdirnya dan menjadi seorang bangsawan."

"Apa enaknya menjadi bangsawan?" ucap Sora heran.

Flora berkata, "Bukankah memang enak jadi seorang bangsawan yang memiliki banyak uang. Tidak perlu bersusah payah untuk bekerja."

Sora mengerutkan kening nya tak mengerti. "Bukankah kau bilang bahwa ada juga bangsawan yang tidak memiliki kekayaan hanya memiliki gelar dan tetap harus bekerja seperti kita. Mau jadi bangsawan atau rakyat biasa sepertinya sama saja."

Setelah mendengar ucapan Sora, Flora merasa itu masuk akal. "Sepertinya kau benar. Tapi ... tetap saja aku ingin memiliki banyak uang dan tidak perlu susah payah bekerja keras." ucapnya.

Sora tahu kehidupan mereka jauh dari kata layak. Uang mereka digunakan hanya untuk makan serta membeli pakaian. Mereka sulit untuk membeli perhiasan atau barang lain.

Tapi, itu membuat Sora yang tak memiliki siapapun di dunia asing ini bersyukur. Kehidupan menjadi seorang pelayan tidak buruk juga.

Episodes
1 Bab 1 Prolog
2 Bab 2 Dunia Asing
3 Bab 3 Dituduh Mencuri
4 Bab 4 Camp Pelatihan
5 Bab 5 Hari Pertama Bekerja
6 Bab 6 Kerajaan Altair
7 Bab 7 Kita Bertemu Lagi
8 Bab 8 Berjanjilah Padaku
9 Bab 9 Budak Darah
10 Bab 10 Bertemu Dengan Orang Aneh
11 Bab 11 Orang Baru, Aldrich
12 Bab 12 Ciuman Pertama
13 Bab 13 Menjadi Asisten Jendral
14 Bab 14 Permen Langka
15 Bab 15 Buku Setan
16 Bab 16 Keadilan Akan Datang
17 Bab 17 Masuk Penjara
18 Bab 18 Introgasi
19 Bab 19 Serangan Monster
20 Bab 20 Pria Yang Hebat
21 Bab 21 Ashley Berubah
22 Bab 22 Elena Bertindak
23 Bab 23 Festival Gifu
24 Bab 24 Ashley Cemburu
25 Bab 25 Batu Setan
26 Bab 26 Hukuman
27 Bab 27 Asal Kutukan
28 Bab 28 Menyatakan Cinta
29 Bab 29 Sekelompok Pembelot
30 BAB 30 Acara Berburu
31 Bab 31 Memberikan Hasil Buruan
32 BAB 32 Monster Beruang
33 Bab 33 Tunangan Ashley
34 Bab 34 Akeelah Pertama
35 Bab 35 Anggota Baru
36 Bab 36 Kesombongan Aster
37 Bab 37 Bulan Purnama
38 Bab 38 Kenyataan Tak Terduga
39 Bab 39 Berlatih Memanah
40 Bab 40 Kediaman Duke Ashley
41 Bab 41 Paman Ashley
42 Bab 42 Pesta Teh
43 Bab 43 Serangan Tak Terduga
44 Bab 44 Penyihir Hitam
45 Bab 45 Demam
46 BAB 46 Surat Ancaman
47 Bab 47 Ksatria Liam
48 Bab 48 Hasrat Terpendam
49 Bab 49 Tinggal Dikediaman Ashley
50 Bab 50 Malam Bulan Purnama
51 Bab 51 Perjanjian?
52 Bab 52 Air Suci
53 Bab 53 Aku Mencintaimu
54 Bab 54 Mencari Hadiah
55 Bab 55 Hari Ulang Tahun
56 Bab 56 Pesta Di Camp
57 Bab 57 Putri Datang!
58 Bab 58 Penculikan
59 Bab 59 Kemarahan Sang Putri
60 Bab 60 Kabar Mengejutkan
61 Bab 61 Aku Bukan Penyihir Hitam
62 Bab 62 Kedatangan Ramsey
63 Bab 63 Aku Akan Melindungimu
64 Bab 64 Ayah Pemilik Asli
65 Bab 65 Evander Altair
66 Bab 66 Apa Kau Tidak Puas
67 Bab 67 Aku Membencimu
68 Bab 68 Kembali Ke Rumah
69 Bab 69 Merla Part 1
70 Bab 70 Merla Part 2
71 Bab 71 POV Merla
72 Bab 72 Kekuatanmu Sudah Bangkit
73 Bab 73 Kebenaran Terungkap
74 Bab 74 Monster Banteng
75 Bab 75 Ayah Sudah Sadar
76 Bab 76 Kita Adalah Orang Asing
77 Bab 77 Putra Mahkota
78 Bab 78 Berbelanja
79 Bab 79 Pesta Putra Mahkota
80 Bab 80 Berdansa
81 Bab 81 Ia Datang
82 Bab 82 Pemberontak Muncul Lagi
83 Bab 83 Belajar
84 Bab 84 Bertemu Clare
85 Bab 85 Aku Harus Mendapatkannya
86 Bab 86 Aku Bisa Bantu Kalian
87 Bab 87 Bertemu Kembali
88 Bab 88 Aku Merindukanmu
89 Bab 89 Rumor
90 Bab 90 Taman Bunga [End]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Prolog
2
Bab 2 Dunia Asing
3
Bab 3 Dituduh Mencuri
4
Bab 4 Camp Pelatihan
5
Bab 5 Hari Pertama Bekerja
6
Bab 6 Kerajaan Altair
7
Bab 7 Kita Bertemu Lagi
8
Bab 8 Berjanjilah Padaku
9
Bab 9 Budak Darah
10
Bab 10 Bertemu Dengan Orang Aneh
11
Bab 11 Orang Baru, Aldrich
12
Bab 12 Ciuman Pertama
13
Bab 13 Menjadi Asisten Jendral
14
Bab 14 Permen Langka
15
Bab 15 Buku Setan
16
Bab 16 Keadilan Akan Datang
17
Bab 17 Masuk Penjara
18
Bab 18 Introgasi
19
Bab 19 Serangan Monster
20
Bab 20 Pria Yang Hebat
21
Bab 21 Ashley Berubah
22
Bab 22 Elena Bertindak
23
Bab 23 Festival Gifu
24
Bab 24 Ashley Cemburu
25
Bab 25 Batu Setan
26
Bab 26 Hukuman
27
Bab 27 Asal Kutukan
28
Bab 28 Menyatakan Cinta
29
Bab 29 Sekelompok Pembelot
30
BAB 30 Acara Berburu
31
Bab 31 Memberikan Hasil Buruan
32
BAB 32 Monster Beruang
33
Bab 33 Tunangan Ashley
34
Bab 34 Akeelah Pertama
35
Bab 35 Anggota Baru
36
Bab 36 Kesombongan Aster
37
Bab 37 Bulan Purnama
38
Bab 38 Kenyataan Tak Terduga
39
Bab 39 Berlatih Memanah
40
Bab 40 Kediaman Duke Ashley
41
Bab 41 Paman Ashley
42
Bab 42 Pesta Teh
43
Bab 43 Serangan Tak Terduga
44
Bab 44 Penyihir Hitam
45
Bab 45 Demam
46
BAB 46 Surat Ancaman
47
Bab 47 Ksatria Liam
48
Bab 48 Hasrat Terpendam
49
Bab 49 Tinggal Dikediaman Ashley
50
Bab 50 Malam Bulan Purnama
51
Bab 51 Perjanjian?
52
Bab 52 Air Suci
53
Bab 53 Aku Mencintaimu
54
Bab 54 Mencari Hadiah
55
Bab 55 Hari Ulang Tahun
56
Bab 56 Pesta Di Camp
57
Bab 57 Putri Datang!
58
Bab 58 Penculikan
59
Bab 59 Kemarahan Sang Putri
60
Bab 60 Kabar Mengejutkan
61
Bab 61 Aku Bukan Penyihir Hitam
62
Bab 62 Kedatangan Ramsey
63
Bab 63 Aku Akan Melindungimu
64
Bab 64 Ayah Pemilik Asli
65
Bab 65 Evander Altair
66
Bab 66 Apa Kau Tidak Puas
67
Bab 67 Aku Membencimu
68
Bab 68 Kembali Ke Rumah
69
Bab 69 Merla Part 1
70
Bab 70 Merla Part 2
71
Bab 71 POV Merla
72
Bab 72 Kekuatanmu Sudah Bangkit
73
Bab 73 Kebenaran Terungkap
74
Bab 74 Monster Banteng
75
Bab 75 Ayah Sudah Sadar
76
Bab 76 Kita Adalah Orang Asing
77
Bab 77 Putra Mahkota
78
Bab 78 Berbelanja
79
Bab 79 Pesta Putra Mahkota
80
Bab 80 Berdansa
81
Bab 81 Ia Datang
82
Bab 82 Pemberontak Muncul Lagi
83
Bab 83 Belajar
84
Bab 84 Bertemu Clare
85
Bab 85 Aku Harus Mendapatkannya
86
Bab 86 Aku Bisa Bantu Kalian
87
Bab 87 Bertemu Kembali
88
Bab 88 Aku Merindukanmu
89
Bab 89 Rumor
90
Bab 90 Taman Bunga [End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!