Bab 17 Masuk Penjara

Arabella menghentikan ayahnya untuk membungkukkan badannya. Arabella memandang Sora dengan tatapan tajam.

"Aku yang akan meminta maaf." Ia berjalan mendekati Sora, membungkukkan sedikit badannya sambil mengangkat rok gaunnya.

"Saya Arabella Prison meminta maaf kepadamu. Maaf karena sudah menuduhmu tanpa bukti."

Hanya beberapa detik saja, ia kembali berdiri tegak. Sora bisa melihat tatapan matanya yang meremehkannya, ia tidak bersungguh-sungguh ingin minta maaf. Tapi Sora tidak peduli karena dia tidak ingin memiliki masalah dengannya.

"Saya menerima permintaan maaf anda." sahut Sora.

"Karena masalahnya sudah selesai, bagaimana kalau anda mencoba makanan dari koki di kediaman kami dulu." ucap Count Prison tersenyum ramah.

Para pelayan mengganti teh yang sudah dingin dengan yang baru, Count Prison menyodorkan beberapa kue ke atas piring Jendral.

Ashley menyeruput tehnya tapi ia tidak

menyentuh kuenya sama sekali.

"Koki kami sangatlah handal. Kue ini adalah makanan terbaik di kediaman ini."

Count terus menawarkan tapi Ashley tetap tidak mau memakannya.

"Maaf. Aku tidak suka makanan manis."

tolak Ashley membuat Count terdiam tak bisa memaksanya lagi.

"Kalau begitu bagaimana kalau anda makan siang di sini. Kami akan menyajikan makanan terbaik untuk anda."

Count Prison tampak ingin mendapatkan perhatian dari Jendral. Entah apa yang ia rencanakan, ia menjilat dengan lancarnya.

"Tidak perlu!" tolak Ashley lagi. "Saya memiliki urusan lain. Urusan saya sudah selesai. Jadi saya pamit undur diri."

Ashley bangkit dari duduknya, beranjak dari tempatnya.

"Jendral!"

Tapi tiba-tiba Ashley jatuh, tubuhnya melemah. la terus memegangi kepalanya. Keringatnya mengucur. Sora memegang tubuhnya, suhu tubuhnya terasa panas. Nafasnya juga terasa berat.

"Ada apa dengan anda?" tanya Javier yang cemas.

Ashley tidak menjawabnya, ia terus meringis kesakitan.

"Ada apa dengan Jendral? Apa mungkin sakit?" terka Sora khawatir.

"Mari bawa Jendral ke kamar, saya akan panggilkan dokter." Count menawarkan.

Javier memapah Jendral dan membawanya ke dalam kamar tamu yang terletak di lantai 2. Sora mengikutinya dari belakang.

Sora tidak pernah melihatnya sakit seperti itu kecuali saat kutukannya kambuh. Tapi jika melihat dari gejalanya, itu bukan karena kutukannya.

Javier merebahkan tubuh Jendral diatas tempat tidur.

Dokter datang dengan cepat. la langsung memeriksanya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Count.

Semua orang menatap Dokter, menunggu jawaban.

"Sepertinya jendral kelelahan sehingga menderita demam. Istirahat sebentar akan membuatnya lebih baik." jelas dokter. la memberikan sebuah obat. "Ini adalah obat penurun panas, jendral akan lebih baik setelah meminumnya."

Javier menuruti perintah dokter. la memberikan obat itu, nafas jendral kembali normal. la tidak terlihat kesakitan lagi.

"Saya akan menyiapkan ruang tunggu untuk kalian." tawar Count.

Seorang pelayan membawa mereka ke sebuah ruangan yang tampak seperti ruang tamu, jaraknya tak begitu jauh dari kamar tamu. Mereka menunggu disana.

Ruangannya cukup luas dan nyaman. Mereka juga menyediakan teh serta beberapa camilan.

Javier dan yang lainnya tampak cemas, mereka hanya bolak-balik keliling ruangan sedari tadi.

"Ukh!"

Sora merasakan rasa sakit di jari kelingkingnya, perasaannya menjadi tidak tenang.

"Akhhhh ...."

Tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita.

Semuanya langsung keluar ruangan. Arah suaranya dari kamar yang di tempati Jendral.

"Jendral!"

Semuanya terkejut, melihat Jendral yang sudah tersadar, berdiri di depan Arabella yang terduduk disana. Yang lebih mengejutkannya lagi, Arabella memakai gaun tidur yang sangat seksi. Sora menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

"Jendral, apa yang terjadi?" Javier datang menghampiri.

"Cepat tangkap Count dan Putrinya!" tegas Ashley.

Dengan sigap kedua prajurit itu langsung berlari mengejar Count. Arabella hanya bisa terdiam tak melawan.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" Javier kembali bertanya. Ia berusaha mencari tahu.

"Count dan Putrinya telah memberiku racun." ucapan itu membuat Sora dan Javier terkejut.

Racun? Bagaimana bisa mereka meracuni Jendral di tempatnya sendiri.

"Wakil Jendral!" Kedua prajurit itu kembali. "Maaf kami kehilangan Count, ia sudah melarikan diri."

"Orang licik itu, bagaimana bisa ia kabur dan meninggalkan Putrinya." geram Javier. "Cepat tangkap Putrinya."

Kedua prajurit itu menarik tangan Arabella, Arabella memberontak.

"Lepaskan aku! Aku tidak bersalah." teriaknya.

Arabella diseret oleh Prajurit. la terus memberontak menyatakan tidak bersalahnya.

"Javier cepat! Kau cari Bajingan itu. Jangan biarkan dia kabur." ucap Ashley marah.

"Baik Jendral" Javier pergi, kini hanya tinggal mereka berdua yang ada disana.

"Ukh ..." rintih Ashley. Ia memegangi kepalanya.

"Kau tak apa?" tanya Sora mendekat.

Sora memeriksa dahi Ashley yang terasa panas.

Biasanya suhu tubuhnya dingin tapi kini badannya panas seperti teko yang baru di tuang air panas. la terlihat sulit bernafas, nafasnya terasa berat.

"Lepaskan aku!" Ashley mendorong Sora, kukunya yang panjang menggores lengan Sora. "Segera, pergilah dari sini!" usirnya.

Sora tidak bisa membiarkannya menderita sendirian seperti itu. Rasa sakit yang ia rasakan, Sora bisa merasakannya juga. Ada perasaan tak nyaman di hatinya.

"Aku akan bantu kau kembali ke tempat tidur." tawar Sora. Lalu berjalan mendekat.

"Darah manis!" gumam Ashley.

Tiba-tiba matanya berubah menjadi merah, ia menarik Sora masuk kedalam kamar. Melemparnya ke atas kasur.

"Darah manis!" Ia mendekatkan wajahnya ke leher Sora, nafasnya menjalar hingga ke dada Sora.

"Akh!"

Tiba-tiba Ashley merobek baju Sora, membuat kancing bajunya lepas dan terpental kemana-mana. Ashley menciumi tandanya didada Sora. Sora bisa merasakan nafas berat dan panasnya. Sora hanya bisa diam sambil menutup mata berharap hal ini cepat berakhir.

"Aku sudah menyuruhmu untuk pergi tapi kau tidak mau pergi." Bisiknya, suaranya yang berat dan lembut menggelitik di telinga Sora. "Aku ... tidak bisa menahan diri lagi." ucap Ashley dengan nada berat.

Ashley menahan kedua tangan Sora, menyentuh bibirnya. Ashley mencium bibir Sora. "Bibirmu sangat manis." Desahnya. la terus mencium Sora berkali-kali. Ciuman intens.

"Hentikan!" Sora berteriak saat dia merasakan tangan Ashley yang menyentuh pahanya. Menjalar perlahan ke atas. Sora memberontak.

"Hentikan!" Sora menamparnya dengan keras, tamparan itu membuat Ashley berhenti.

Ashley langsung melepaskan Sora dan mundur. "Maafkan aku ..." ucap Ashley lirih.

Saat melihat Sora yang sudah kacau. Mata Ashley kembali normal. la memandangi Sora dengan tatapan bersalah, lalu memalingkan wajahnya.

"Aku sudah menyuruhmu untuk pergi." ucap Ashley pelan.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Ini bukan tanda dari kutukan." tanya Sora khawatir.

Sora merasakan keanehan dari sikap Ashley, sikapnya berbeda. Biasanya saat kutukannya kambuh, ia akan bertindak layaknya binatang buas. Tapi kali ini ia bertindak seperti binatang birahi, pandangannya penuh nafsu.

"Aku juga tidak mengerti. Aku merasakan perasaan tak nyaman di tubuhku, tiba-tiba pandanganku kosong dan tak ingat apa-apa lagi." jelas Ashley bingung.

"Apa mungkin mereka memberikanmu obat perangsang?" terka Sora.

Sikap Ashley sudah aneh saat ia meminum teh yang disajikan. Apalagi Arabella yang datang ke kamar Ashley dengan pakaian minim seperti itu. Itu bisa menjelaskan semuanya kalau mereka memasukkan obat ke minumannya.

"Akh!" Tiba-tiba Ashley berteriak dengan kencangnya, ia memegangi kepalanya. Kepala Sora ikut sakit, sakitnya seperti ditusuk-tusuk jarum.

"Ada apa denganmu?" tanya Sora berjalan mendekati Ashley.

"Berhenti! Diam disitu. Jika kau mendekat, aku tidak tahu bisa menghentikan diriku lagi apa tidak."

Perasaan tidak nyaman di dada Sora kembali terasa. Ashley membuka laci-laci meja, Seperti mencari sesuatu. Semua laci ia buka. Lalu tangannya terhenti, ia memegang sebuah pisau kecil yang biasa digunakan untuk membuka surat.

Ashley menusuk dadanya menggunakan pisau, darah mengucur dari celah lukanya.

"Apa yang kau lakukan?" Sora langsung berlari menghampiri, menekan lukanya untuk menghentikan pendarahan. Darahnya terus mengalir, darah merah kehitaman mengotori tangan Sora. Dia terus menekannya.

"Jendral!"

Javier datang ingin memberi kabar, ia terkejut melihat darah yang mengalir dari tubuh Jendral.

"Apa yang kau lakukan?"

Tiba-tiba Javier mendorong Sora dengan kuat, membuatnya terlempar jauh. Kaki Sora terkilir dan punggungnya terbentur kasur.

"Jendral!" panggil Javier cemas. Karena terlalu banyak kehilangan darah, Ashley tak bisa mempertahankan kesadarannya. la pun tak sadarkan diri.

"Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan?" Javier langsung berdiri dihadapan Sora, keningnya mengkerut serta tatapannya yang tajam mengarah pada Sora terlihat sangat marah.

"Bukan aku yang melakukannya." Sora berusaha membela diri. Dia tahu Javier pasti mengira kalau dialah yang sudah menusuk Ashley.

Sora menjelaskan dengan serius sekaligus cemas. "Jendral sendiri yang melakukannya."

"Tanganmu penuh dengan darah Jendral, kita akan tahu kebenarannya saat Jendral sadar."

Kemarahan sudah menutupi hati serta pikiran Javier, ia tidak mau mendengar penjelasan Sora.

"Bawa gadis itu, aku akan mengintrogasinya."

Seorang prajurit berambut biru datang, ia membuka jubahnya dan menutupi tubuh Sora.

Pakaian Sora tampak kacau, kancing bajunya yang sudah lepas membuat bajunya terbuka. Prajurit itu menarik tangan Sora, membawanya naik ke atas kuda.

Javier menggendong Jendral masuk ke dalam kereta kuda. Keretanya sudah jalan. Sora melihat pemandangan yang berbeda.

"Sebenarnya, aku mau dibawa kemana?"

tanya Sora bingung.

Jalan yang di lalui berbeda dengan jalan yang tadi di tempuh. Hampir satu jam Sora duduk di atas kuda, entah sejauh mana mereka akan membawanya.

Hari ini dia mengalami hal yang berat. Tubuhnya sakit dan ada luka dimana-mana, pikirannya juga sangat lelah. Sora memejamkan mata sebentar dan tertidur.

"Bangun!" Prajurit itu berteriak, membuat Sora terbangun.

Mereka sudah berhenti, Sepertinya sudah sampai.

Sora turun dari kuda dibantu prajurit itu. Matanya kembali terbelalak, dia tidak pernah melihat rumah yang sangat besar seperti itu. Dibandingkan dengan rumah Count, rumah ini jauh lebih megah dan mewah.

Rumah yang sangat besar, Sora berfikir sepertinya akan memakan waktu berhari-hari hanya untuk membersihkannya.

"Ayo, jalan!" tarik Prajurit itu.

Prajurit itu menarik Sora lewat pintu belakang, ada sebuah menara disamping rumah. la terus menariknya, menuruni anak tangga.

"Akh!" Dengan kasarnya, Prajurit itu mendorong Sora masuk kedalam penjara dan menguncinya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memasukanku ke dalam penjara?" tanya Sora heran sekaligus takut.

Prajurit itu tidak menjawab, ia mengabaikan Sora lalu pergi meninggalkannya seorang diri disana.

Penjaranya pengap tidak ada cahaya yang masuk, hanya cahaya remang-remang dari lentera. Suasana penjaranya sangat menyeramkan.

"Aku tidak suka disini." gumam Sora ketakutan. Tubuhnya gemetaran. Dia tidak bisa menahan air matanya, ia menangis dengan keras.

"Apa aku akan mati disini?"

Episodes
1 Bab 1 Prolog
2 Bab 2 Dunia Asing
3 Bab 3 Dituduh Mencuri
4 Bab 4 Camp Pelatihan
5 Bab 5 Hari Pertama Bekerja
6 Bab 6 Kerajaan Altair
7 Bab 7 Kita Bertemu Lagi
8 Bab 8 Berjanjilah Padaku
9 Bab 9 Budak Darah
10 Bab 10 Bertemu Dengan Orang Aneh
11 Bab 11 Orang Baru, Aldrich
12 Bab 12 Ciuman Pertama
13 Bab 13 Menjadi Asisten Jendral
14 Bab 14 Permen Langka
15 Bab 15 Buku Setan
16 Bab 16 Keadilan Akan Datang
17 Bab 17 Masuk Penjara
18 Bab 18 Introgasi
19 Bab 19 Serangan Monster
20 Bab 20 Pria Yang Hebat
21 Bab 21 Ashley Berubah
22 Bab 22 Elena Bertindak
23 Bab 23 Festival Gifu
24 Bab 24 Ashley Cemburu
25 Bab 25 Batu Setan
26 Bab 26 Hukuman
27 Bab 27 Asal Kutukan
28 Bab 28 Menyatakan Cinta
29 Bab 29 Sekelompok Pembelot
30 BAB 30 Acara Berburu
31 Bab 31 Memberikan Hasil Buruan
32 BAB 32 Monster Beruang
33 Bab 33 Tunangan Ashley
34 Bab 34 Akeelah Pertama
35 Bab 35 Anggota Baru
36 Bab 36 Kesombongan Aster
37 Bab 37 Bulan Purnama
38 Bab 38 Kenyataan Tak Terduga
39 Bab 39 Berlatih Memanah
40 Bab 40 Kediaman Duke Ashley
41 Bab 41 Paman Ashley
42 Bab 42 Pesta Teh
43 Bab 43 Serangan Tak Terduga
44 Bab 44 Penyihir Hitam
45 Bab 45 Demam
46 BAB 46 Surat Ancaman
47 Bab 47 Ksatria Liam
48 Bab 48 Hasrat Terpendam
49 Bab 49 Tinggal Dikediaman Ashley
50 Bab 50 Malam Bulan Purnama
51 Bab 51 Perjanjian?
52 Bab 52 Air Suci
53 Bab 53 Aku Mencintaimu
54 Bab 54 Mencari Hadiah
55 Bab 55 Hari Ulang Tahun
56 Bab 56 Pesta Di Camp
57 Bab 57 Putri Datang!
58 Bab 58 Penculikan
59 Bab 59 Kemarahan Sang Putri
60 Bab 60 Kabar Mengejutkan
61 Bab 61 Aku Bukan Penyihir Hitam
62 Bab 62 Kedatangan Ramsey
63 Bab 63 Aku Akan Melindungimu
64 Bab 64 Ayah Pemilik Asli
65 Bab 65 Evander Altair
66 Bab 66 Apa Kau Tidak Puas
67 Bab 67 Aku Membencimu
68 Bab 68 Kembali Ke Rumah
69 Bab 69 Merla Part 1
70 Bab 70 Merla Part 2
71 Bab 71 POV Merla
72 Bab 72 Kekuatanmu Sudah Bangkit
73 Bab 73 Kebenaran Terungkap
74 Bab 74 Monster Banteng
75 Bab 75 Ayah Sudah Sadar
76 Bab 76 Kita Adalah Orang Asing
77 Bab 77 Putra Mahkota
78 Bab 78 Berbelanja
79 Bab 79 Pesta Putra Mahkota
80 Bab 80 Berdansa
81 Bab 81 Ia Datang
82 Bab 82 Pemberontak Muncul Lagi
83 Bab 83 Belajar
84 Bab 84 Bertemu Clare
85 Bab 85 Aku Harus Mendapatkannya
86 Bab 86 Aku Bisa Bantu Kalian
87 Bab 87 Bertemu Kembali
88 Bab 88 Aku Merindukanmu
89 Bab 89 Rumor
90 Bab 90 Taman Bunga [End]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Prolog
2
Bab 2 Dunia Asing
3
Bab 3 Dituduh Mencuri
4
Bab 4 Camp Pelatihan
5
Bab 5 Hari Pertama Bekerja
6
Bab 6 Kerajaan Altair
7
Bab 7 Kita Bertemu Lagi
8
Bab 8 Berjanjilah Padaku
9
Bab 9 Budak Darah
10
Bab 10 Bertemu Dengan Orang Aneh
11
Bab 11 Orang Baru, Aldrich
12
Bab 12 Ciuman Pertama
13
Bab 13 Menjadi Asisten Jendral
14
Bab 14 Permen Langka
15
Bab 15 Buku Setan
16
Bab 16 Keadilan Akan Datang
17
Bab 17 Masuk Penjara
18
Bab 18 Introgasi
19
Bab 19 Serangan Monster
20
Bab 20 Pria Yang Hebat
21
Bab 21 Ashley Berubah
22
Bab 22 Elena Bertindak
23
Bab 23 Festival Gifu
24
Bab 24 Ashley Cemburu
25
Bab 25 Batu Setan
26
Bab 26 Hukuman
27
Bab 27 Asal Kutukan
28
Bab 28 Menyatakan Cinta
29
Bab 29 Sekelompok Pembelot
30
BAB 30 Acara Berburu
31
Bab 31 Memberikan Hasil Buruan
32
BAB 32 Monster Beruang
33
Bab 33 Tunangan Ashley
34
Bab 34 Akeelah Pertama
35
Bab 35 Anggota Baru
36
Bab 36 Kesombongan Aster
37
Bab 37 Bulan Purnama
38
Bab 38 Kenyataan Tak Terduga
39
Bab 39 Berlatih Memanah
40
Bab 40 Kediaman Duke Ashley
41
Bab 41 Paman Ashley
42
Bab 42 Pesta Teh
43
Bab 43 Serangan Tak Terduga
44
Bab 44 Penyihir Hitam
45
Bab 45 Demam
46
BAB 46 Surat Ancaman
47
Bab 47 Ksatria Liam
48
Bab 48 Hasrat Terpendam
49
Bab 49 Tinggal Dikediaman Ashley
50
Bab 50 Malam Bulan Purnama
51
Bab 51 Perjanjian?
52
Bab 52 Air Suci
53
Bab 53 Aku Mencintaimu
54
Bab 54 Mencari Hadiah
55
Bab 55 Hari Ulang Tahun
56
Bab 56 Pesta Di Camp
57
Bab 57 Putri Datang!
58
Bab 58 Penculikan
59
Bab 59 Kemarahan Sang Putri
60
Bab 60 Kabar Mengejutkan
61
Bab 61 Aku Bukan Penyihir Hitam
62
Bab 62 Kedatangan Ramsey
63
Bab 63 Aku Akan Melindungimu
64
Bab 64 Ayah Pemilik Asli
65
Bab 65 Evander Altair
66
Bab 66 Apa Kau Tidak Puas
67
Bab 67 Aku Membencimu
68
Bab 68 Kembali Ke Rumah
69
Bab 69 Merla Part 1
70
Bab 70 Merla Part 2
71
Bab 71 POV Merla
72
Bab 72 Kekuatanmu Sudah Bangkit
73
Bab 73 Kebenaran Terungkap
74
Bab 74 Monster Banteng
75
Bab 75 Ayah Sudah Sadar
76
Bab 76 Kita Adalah Orang Asing
77
Bab 77 Putra Mahkota
78
Bab 78 Berbelanja
79
Bab 79 Pesta Putra Mahkota
80
Bab 80 Berdansa
81
Bab 81 Ia Datang
82
Bab 82 Pemberontak Muncul Lagi
83
Bab 83 Belajar
84
Bab 84 Bertemu Clare
85
Bab 85 Aku Harus Mendapatkannya
86
Bab 86 Aku Bisa Bantu Kalian
87
Bab 87 Bertemu Kembali
88
Bab 88 Aku Merindukanmu
89
Bab 89 Rumor
90
Bab 90 Taman Bunga [End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!