Di dalam kamar Angga maupun Qinan serba salah tingkah,karena tidak mau diambil pusing Qinan langsung merebahkan dirinya di atas sofa, meski terasa sangat sempit tetapi mau bagaimana lagi,semua diatas kendali Angga. Fikir Qinan dan mulai benar benar terlelap dari tidurnya tiba tiba suara benda jatuh menggugah dalam tidurnya.
Bruuuk...!!!" Angga meringis kesakitan jatuh ke lantai karena tidak dapat pindah dari kursi roda ke tempat tidur.
"Tuan..." Ucap Qinan kaget dan bangun dari tidurnya lalu mendekati Angga yang sudah jatuh ke lantai.
"Maaf Tuan, mari saya bantu." ucap Qinan lembut.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri, apa kamu sudah lupa apa yang aku sampaikan kepadamu, kamu jangan sekali kali menyentuhku karena diriku terlalu berharga untuk kamu sentuh." Jawab Angga sadis.
Sedangkan Qinan tidak memperdulikan ucapan Angga, dengan nekadnya mengangkat tubuh Angga menuju tempat tidur. Qinan tidak perduli dengan tepisan tangan Angga dan Qinan hanya melakukan tugasnya sebagai perawat. tidak muluk muluk untuk dijadikan istri sungguhan, fikir Qinan.
"Anggap saja aku ini perawat mu," ucap Qinan datar.
"Berani beraninya kamu bicara." Jawab Angga Sinis.
"Lalu aku harus bagaimana Tuan?" apa aku harus selalu diam untuk dijadikan mangsa dan di injak injak harga diri saya." ucap Qinan yang tidak kalah sinisnya.
Meski menyakitkan Qinan harus berusaha kuat dan tegar, agar tidak terlihat lemah dan tidak mudah untuk ditindas. Meski semuanya terasa menyakitkan, fikir Qinan.
Sedangkan Angga hanya diam,bingung harus bagaimana agar Qinan tidak tahan dengan perlakuannya dan meminta untuk segera berpisah. Tapi usaha Angga akan selalu sia sia karena Qinan akan selalu berusaha mempertahankannya. Karena yang ada di dalam benak Qinan hanya satu tujuannya yaitu segera sembuh dan akan terbebas dari janji.
Setelah Qinan selesai membantu Angga naik ketempat tidur, Qinan melangkahkan kakinya menuju sofa untuk beristirahat.
Tidak terasa Qinan akhirnya terlelap dari tidurnya meski dihantui dengan dengkuran suara khas Angga saat tidur namun Qinan tidak memperdulikan suara pengganggu yang menemani tidurnya Qinan. Begitu juga dengan Angga tidur dengan sangat nyenyak.
Pagi pun telah tiba setelah membereskan tempatnya tidur lalu Qinan langsung bergegas diri untuk turun kedapur dan menyiapkan sarapan pagi.
"Selamat pagi Nona.." Sapa pelayan dapur.
"Selamat pagi Bi.." Jawab Qinan dengan senyum.
"Nona lebih baik temani tuan muda saja, biar Bibi yang menyiapkan sarapan." Ucap pelayan dengan perasaan tidak enak.
"Tidak apa apa kok Bi, lagian Tuan Muda masih tidur. " Jawab Qinan.
Setelah selesai menyiapkan sarapan Qinan langsung bergegas masuk kamar, setelah membuka pintu kamar Qinan kaget melihat Angga sedang kesusahan untuk menaiki kursi roda. Qinan langsung mendekati Suaminya untuk memapahnya. Namun lagi dan lagi Angga menepis tangan Qinan,kini Qinan sengaja untuk diam dan tidak membantu Angga, Qinan memilih berkemas kemas untuk berangkat kuliah.
'Tumben diam, biasanya juga tidak peduli jika aku menepis dia ,apa mau kuliah, tapi sepertinya tidak mungkin jika dia kuliah bukannya dia bekerja ditempat Ferdi. Bisa jadi dia mau berangkat kerja, tetapi kenapa banyak buku.' Gumam Angga penasaran.
"Mau kemana kamu masih pagi sudah rapih, " tanya Angga penasaran.
"Mau berangkat ke kampus Xxx," jawab Qinan datar.
Sedangkan Angga hanya tertawa mendengar ucapan dari Qinan.
"Jangan bermimpi tinggi tinggi pergi ke kampus, paling juga kamu disana jadi OB.
Mana ada mahasiswi sepertimu ada disana, jangan bermimpi deh kamu." Ucap Angga dengan sinis.
"Tidak ada salahnya kita untuk bermimpi." Jawab Qinan datar.
"Tapi juga jangan terlalu tinggi untuk bermimpi, kalau jatuh baru kamu merasakannya." Ucap Angga dengan percaya diri, tanpa melihat keadaan diri sendiri.
Sedangkan Qinan mengambil tas nya lalu mendorong kursi roda yang diduduki Angga untuk mengajaknya sarapan.
"Selamat pagi pa.." sapa Qinan lembut dan senyum.
"Selamat pagi pa," sapa Angga lesu.
"Pagi juga anak anakku.." sapa Ayah Angga lembut dan senyum.
Qinan, Angga maupun Ayahnya menikmati sarapan pagi, namun ada yang aneh dilidah Angga saat menikmati sarapannya seperti tergugah akan selera makannya hingga menambah di piring. Sedangkan Qinan melihat Angga dengan senyum senyum penuh kemenangan.
"Pa, tumben nih Bibi masakannya sangat enak dan membuat Angga menjadi ketagihan." Ucap Angga dengan serius nya. Qinan maupun Papa Mertuanya hanya saling pandang dan senyum tipis.
"Kamu minta lagi kepada Bibi untuk memasaknya nanti. " Jawab Ayah Angga.
"Iya pa, soalnya sangat menggoda lidah Angga. " Ucap Angga.
Setelah semuanya selesai sarapan, Qinan membereskan meja makan lalu berpamitan dengan Ayah Mertuanya dan juga Suaminya yaitu Angga, mau bagaimanapun sikap dingin nya Angga tetaplah Suami, meski selalu diperlakukan buruk ketika hanya berdua.Fikir Qinan.
"Suamiku, Qinan berangkat dulu ya..
"Pa... Qinan berangkat ke Kampus dulu," ucap Qinan berpamitan.
"Hati hati dijalan, jika ada apa apa hubungi aku." Ucap Angga bohong.
"Hati hati ya Nak, jika ada sesuatu telfon lah Angga." Ucap Ayah Angga.
Sesudah itu Qinan langsung mencium punggung tangan Suaminya dan juga Ayah mertuanya untuk pamit.
Setelah Qinan keluar dari rumah, sekarang giliran Angga yang penasaran dengan Qinan yang keluar untuk pergi ke Kampus.
"Pa... " Ucap Angga.
"Iya ada apa Nak?" jawab Ayah Angga.
"Angga ingin bertanya soal Qinan, sebenarnya Qinan berangkat kerja atau Kampus sih pa," ucap Angga penasaran.
"Memangnya Qinan tidak kasih tahu sama kamu kalau Qinan kuliah di Kampus Xxx ?" jawab Ayah Angga.
"Kasih tahu sih pa, tetapi Angga tidak percaya dengan Qinan," Jawab Angga lesu.
"Kamu ini Suaminya Qinan, lalu kenapa kamu tidak mencari informasi tentang dirinya. Dan sekarang kamu baru ingin tahu dan menanyakannya pada papa." Ucap Ayah Angga heran.
Sedangkan Angga hanya senyum senyum dan garuk garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal, dan Ayah nya pun demikian mengacak ngacak rambut Angga dengan senyum meledek.
"Bukannya Qinan itu bekerja ditempatnya Ferdi, lalu bagaimana dia bisa kuliah pa.." tanya Angga penasaran.
"Sebenarnya Qinan itu kuliah hampir selesai, dan kuliahnya saja gratis karena Qinan mendaftar melalui jalur prestasinya. Qinan bekerja ditempatnya Ferdi hanya bekerja separuh waktu.Apakah kamu juga belum mengetahui hal itu Angga?" ucap Ayahnya.
"Belum pa, yang Angga tahu Qinan bekerja di restauran nya Ferdi bekerja sebagai pelayan. Dan waktu itu juga Qinan yang menyiram minumannya ke Jas Angga, dan membuat Angga seperti dipermalukan." Ucap Angga sedikit kesal mengingat kejadian waktu itu.
"Dan ternyata wanita itu sekarang menjadi istrimu bukan? Qinan adalah anak yang baik, pekerja keras, pintar dan seperti nya tulus menjadi istrimu." Ucap Ayah Ferdi meyakinkan.
"pa, mana ada jaman sekarang mencintai dengan tulus, Angga tidak percaya pa," jawab Angga lesu.
"Karena kamu belum menyadarinya Nak, " ucap Ayah Angga mengingatkan.
Masih saja dalam fikiran Angga untuk tidak mudah mempercayai seseorang terlebih belum mengenalnya, dan Angga masih dengan pendiriannya Wanita hanya butuh Harta dan Tahta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Wirda Wati
Angga...Angga...udah lemah sombong lagi.
2023-01-31
0
Asih Ningsih
jgn suka merendahkan org kecil krn derajat kita sama walau kmu banyak harta tpi semua itu hanya titipan semata.
2022-08-10
0
Milhiyah
Pria angkuh doang yg melihat wanita dari mata kaki !
2022-07-12
0