Setelah kepergian Tiara kini hari hari Qinan tidak secerah dulu lagi sekarang Qinan lebih banyak diam, karena Qinan sudah menganggap Tiara seperti saudara kandung sendiri. Tapi apa hendak dikata, Qinan harus siap menerima keputusan dari pihak panti asuhan, cepat atau lambat semua anak anak akan meninggalkan panti asuhan. Perasaan Qinan masih saja dihantui akan kepergian Zio, tapi Qinan tidak bisa menahannya karena sahabatnya juga ingin mengubah nasib nya menjadi lebih baik.
"Qinan, sedang apa kamu sendiri ditaman ini, mengapa kamu melamun." Sapa Zio.
"Aku sedang ingin sendiri, aku penasaran dengan asal usul ku kenapa aku terlahir tanpa didampingi orang tua. Menyedihkan bukan? " jawab Qinan lesu.
"Kamu egois Qinan, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, dan seakan hidup mu yang paling sedih dan menderita. Kamu seharusnya melihat diantara anak anak lainnya, bukankah sama seperti kamu bahkan lebih menyedihkan tanpa kamu ketahui." Ucap Zio mengingatkan.
"Maksud aku bukan begitu Zio, aku tidak bermaksud untuk menyudutkanmu, kita sama sama seperjuangan dan bernasib yang sama. Tapi setelah ini kita tidak pernah tahu nasib buruk atau baik yang akan membawa kita selanjutnya." Pungkas Qinan.
"Sudahlah Qinan, kamu tidak usah terlalu memikirkan hal buruk yang kiranya belum benar kenyataannya, lebih baik kamu menyemangati dirimu sendiri agar menjadi lebih baik kedepannya. Dan hari hari kita akan melewati persidangan lagi seperti dulu, akankah kita akan keluar bersama atau kamu bahkan aku yang akan meninggalkan panti ini. Aku harap kamu tetap setia dengan perjanjian kita untuk tetap bersahabat, apakah kamu siap menerima kenyataan ini, Qinan?" ucap Zio.
"Aku siap Zio,aku akan belajar tegar dan sabar,dan aku harus banyak belajar agar bisa sukses." Ucap Qinan.
"Pintar, ya sudah kalau begitu, nanti siapkan hatimu untuk membukakan hati seorang ibu atau ayah yang menginginkanmu untuk hadir didalam keluarganya." Pungkas Zio.
Qinan pun mengangguk dan tersenyum, Zio membalasnya.
Waktu sudah sore, semua sudah duduk rapih dikursi masing masing, semua terdiam dan hening tidak ada satu katapun yang terucap. Semua mengatur pernafasan dan detak jantung masing masing agar rasa takut pun hilang seketika.
Dan tiba saatnya para orang tua asuh masuk dalam ruangan dan menyapa dengan ramah sambil menyapa dan tak lupa menggandeng seseorang anak yang akan dipilih menjadi keluarganya. Perasaan Zio maupun Qinan mulai was was, karena takut jika akan terpisah diwaktu yang cepat. Qinan tak henti hentinya berdoa agar bisa satu keluarga dengan Zio, namun apa hendak dikata, nasib berkata lain. Kini Zio yang digandeng oleh seorang pria paruh baya yang gagah dan berwibawa datang seorang diri untuk menjemput Zio.
"Apakah kamu bersedia untuk menjadi bagian dari keluarga Wilyam dan menjadi saudara putra semata wayang ku?" tanya tuan Wilyam lembut.
"Saya bersedia, tetapi apakah saya bisa membawa sahabat saya untuk tinggal bersama?" jawab Zio.
"Maafkan saya Nak, saya tidak bisa membawa sahabat kamu, karena putra saya tidak menyukai kehadiran saudara perempuan. Apakah kamu masih bersedia?" ucap tuan Wilyam.
Zio hanya mengangguk menandakan bahwa Zio menyetujui permintaan tuan Wilyam. Zio meminta izin untuk mengemasi barang barangnya.
"Qinan, tunggu.. kamu mau kemana jangan pergi dulu." Ucap Zio sembari berlari dan mengejar Qinan.
"Pergilah Zio, aku terima keputusan kamu, mungkin aku masih harus banyak belajar tentang hidup ini. Percayalah kita akan bertemu lagi, dan aku minta jangan keluarkan sepatah katapun untukku. Karena aku tidak sanggup untuk menatapmu, pergilah aku tidak marah aku hanya sedang mengontrol emosiku." Ucap Qinan dengan perasaan sedih.
Zio mengerti dengan ucapan Qinan, Zio pun mengalah dan menerima permintaan Qinan. Perasaan Zio sebenarnya sakit jika harus meninggalkan sahabatnya, tapi Zio juga ingin merubah nasibnya agar menjadi lebih baik.
Tunggu aku kembali Qinan, percayalah aku akan menemui mu disetiap akhir tahun, setelah aku sukses nanti aku tidak akan jauh darimu lagi. Sekarang dengan berat hati kita harus berpisah, aku berharap kamu tidak akan pernah berubah. Gumam Zio.
Kini hari hari Qinan hanyalah seorang diri tanpa sahabat sahabatnya untuk bersenda gurau, Qinan terlihat murung setelah kepergian Zio.
"Nak Qinan, ada masalah apa hingga kamu menjadi anak yang pendiam, dimana kecerianmu waktu dulu yang sering kamu perlihatkan didepan Ibu. Apa karena kamu sedang merindukan sahabat sahabat kamu Tiara dan Zio. Percayalah nanti giliran kamu seperti sahabat kamu yang akan memiliki orang tua.
Sebenarnya ada sesuatu yang akan Ibu ceritakan kepadamu, tapi kamu jangan bersedih. Justru ini kabar baik untukmu, karena sekarang kamu sudah besar. Ibu akan mengatakannya kepada kamu sekarang sebelum kamu pergi meninggalkan panti ini." Ucap Ibu panti.
"Memang ada rahasia apa bu, hingga ibu merasa khawatir." Jawab Qinan penasaran.
"Begini ceritanya nak, Ibu berharap kamu tidak larut dalam kesedihanmu. Ibu akan menceritakan asal usul kamu, sekarang sudah waktunya kamu mengetahui semuanya. Dulu ibu menemukan bayi mungil di pos ronda, kebetulan pos ronda sangatlah sepi, Ibu mendengar suara bayi yang menangis sangat kencang. Ibu penasaran dan ibu mencari sumber suara bayi yang menangis, dan betapa kagetnya ibu melihat bayi mungil sendirian dan menangis terus terusan. Ibu tidak tega untuk melihatnya dan ibu membawa bayi tersebut ke panti dan merawatnya, hingga kini sudah tumbuh besar yang bernama Qinan Mauza. Namamu sangat cantik seperti orangnya, ibu mendapatkan kertas bertuliskan pesan, bahwa kamu bernama Qinan Danuarta. Tetapi ibu takut jika orang jahat mendapatkan mu dan menculik mu,dan ibu takut kehilangan kamu. Maka dengan mengganti nama belakangmu mungkin lebih baik nak, maafkan ibu ya nak. Kamu harus hati hati jika menyebutkan namamu dengan sebutan Qinan Danuarta. Ibu ada bukti kuat lagi ibu mendapati sebuah gelang cantik yang bernama Qinan Danuarta. Ini gelangnya dan simpanlah dengan baik, jika suatu saat kamu membutuhkan bukti maka tunjukkanlah bukti ini. Memang mustahil mendapatkan kejutan, tapi apa salahnya jika berusaha." Ucap Ibu panti.
"Terimakasih ya bu,, selama ini ibu sudah merawatku sejak bayi dan masih menyimpan sebuah pesan dari orang yang yang telah membuangku." Jawab Qinan bersedih.
"Jangan menangis nak,percaya sama ibu perjuanganmu tidak mudah untuk menggapainya. kamu harus tegar dan sabar untuk mendapatkan sesuatu yang manis." Ucap ibu panti.
Qinan pun merebahkan tubuhnya menatap langit langit kamar dan memikirkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sebenarnya aku ini siapa, dari keluarga siapa,dan apakah aku masih punya keluarga.Aaaah mengapa baru sekarang aku kepikiran tentang siapa aku, tapi jika aku tidak keluar dari panti ini mana mungkin aku akan mendapatkan info tentang diriku. Benar kata Zio dan Tiara harus keluar dari panti ini jika ingin sukses. Baik lah jika nanti ada seseorang yang menginginkan aku untuk menjadi bagian dari keluarganya maka akan aku terima, entah kaya atau sederhana bahkan miskin akan aku terima. Gumam Qinan.
Waktu pun berlalu kini Qinan sudah terbiasa sendiri tanpa adanya Tiara maupun Zio, dan tiba saatnya orang tua asuh menjemput dan membawanya untuk tinggal bersama. Perasaan Qinan kini sudah tidak merasakan was was jika ada seseorang yang datang menjemputnya. Qinan pun terasa merasakan sesuatu ketika tangannya disentuh oleh seorang ibu yang menggandeng tangannya, mungkin terbawa suasana nyaman Qinan tidak menyadarinya.
"Gadis cantik, apakah kamu bersedia tinggal bersama ibu dan anak ibu?" ucap wanita paruh baya yang berpenampilan sederhana. Qinan hanya mengangguk dengan polos.
"Sekarang kemasi barang barang kamu dan pulanglah bersamaku." Ucap wanita paruh baya.
Didalam kamar Qinan menatap setiap sudut kamar, terasa mimpi jika Qinan harus pergi meninggalkan panti yang penuh kenangan. Qinan terasa berat untuk meninggalkan suasana panti, tidak terasa air mata berjatuhan dan ibu Reni pemilik panti asuhan menghampiri Qinan dan memeluknya dengan lembut dan memberi nasehat untuk Qinan.
"Jika kamu ragu maka katakanlah, jika kamu yakin ini yang terbaik untukmu maka terimalah dengan hati yang lapang. Ibu tahu orang tua yang akan mengasuhmu bukan lah orang yang terpandang akan hartanya dan tahtanya tetapi Ibu yang akan mendampingimu hanyalah orang sederhana. Apakah kamu siap untuk berlabuh didalam keluarganya, Ibu Ranum memiliki satu putri yang usuinya diatas kamu. Ibu berharap kamu betah dan bisa bersahabat dengan putrinya." Ucap Ibu Reni selaku pemilik panti asuhan.
"Qinan siap berlabuh bu, dengan cara ini Qinan berharap bisa menemukan orang tua Qinan." jawab Qinan yakin.
"Ibu berharap kamu kuat menjalaninya dan semoga kamu dapat berkumpul bersama keluarga tercinta." Ucap bu Reni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Wirda Wati
masih meraba
2023-01-31
0
Asih Ningsih
iya klu ada saudara perempuan Qinan pasti di jadikan pembantu atau di manfaatin tenaganya aja.
2022-08-09
0
Ani Niken
semoga aja cepat2 keremu dengan keluargay Qinan
2022-06-26
0