BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA

Sudah lebih dari seminggu sejak Aisyah dan anak-anak meninggalkan rumah ini. Dan hari ini, akhirnya mereka kembali.

Aku mendengar suara pintu terbuka, diikuti langkah-langkah kecil anak-anak yang berlarian masuk. Aku yang sedang duduk di ruang tamu segera berdiri, perasaan lega menyelimutiku saat melihat mereka.

“Aisyah…” aku memanggilnya dengan nada pelan, berharap ada sedikit kehangatan yang tersisa.

Tapi Aisyah hanya melirik sekilas, tanpa ekspresi, lalu berjalan melewatiku seperti aku tidak ada di sana.

Aku mencoba menenangkan diri. Mungkin dia masih butuh waktu. Yang penting, dia sudah pulang.

“Ayah!” teriak anak-anak sambil berlari ke arahku. Aku tersenyum, meraih mereka ke dalam pelukan.

“Ayah kangen sekali sama kalian,” ucapku sambil mencium puncak kepala mereka satu per satu.

Anak-anak tertawa kecil, tapi aku bisa melihat bahwa mereka juga merasa ada sesuatu yang berbeda.

Aku melirik ke arah Aisyah yang kini tengah membereskan barang-barang mereka. Dia terlihat begitu tenang, tapi… bukan ketenangan yang biasa. Ada jarak di matanya.

Aku mendekatinya. “Aisyah, kita bisa bicara sebentar?” tanyaku hati-hati.

Dia berhenti sejenak, lalu menatapku sekilas. “Bicara apa?” tanyanya datar.

“Aku ingin menjelaskan semuanya. Aku ingin—”

“Apa yang perlu dijelaskan?” potongnya tanpa emosi. “Kamu ingin menikah lagi, aku sudah mengizinkan. Sekarang, jalani saja keputusanmu. Tidak ada yang perlu dibahas.”

Nada suaranya begitu dingin, begitu asing.

Aku terdiam, merasakan sesuatu menghantam dadaku dengan keras.

Dulu, Aisyah adalah orang yang selalu mendengarkanku. Yang selalu berbicara dengan lembut, yang selalu memperhatikanku. Tapi wanita di depanku sekarang bukanlah Aisyah yang sama.

Dia tidak marah, tidak menangis, tidak membantah. Tapi justru sikapnya yang seperti ini yang membuatku merasa lebih terluka.

Aku ingin mengatakan sesuatu, ingin mencoba memperbaiki keadaan, tapi rasanya sia-sia.

Aisyah sudah tidak peduli lagi.

Dan entah kenapa, itu jauh lebih menyakitkan daripada jika dia marah sekalipun.

...****************...

Tiga hari setelah kepulangan Aisyah, kedua orang tuaku kembali datang. Biasanya, setiap kali mereka berkunjung, Aisyah akan sigap menyambut mereka. Ia akan menyiapkan minuman, menyuguhkan cemilan, dan berbincang dengan sopan seperti seorang menantu yang penuh hormat.

Tapi kali ini berbeda.

Aisyah bahkan tidak keluar dari kamar.

Aku sendiri yang membuka pintu dan mempersilakan mereka masuk. Ibu langsung duduk di sofa, sementara Ayah menatap sekeliling dengan dahi mengernyit.

“Kemana Aisyah?” tanya Ayah dengan nada tak suka.

Aku menoleh ke arah kamar. “Mungkin sedang di dalam.”

Biasanya, bahkan sebelum Ayah bertanya, Aisyah sudah lebih dulu muncul dengan senyum ramahnya. Tapi kali ini… tidak ada tanda-tanda kehadirannya sama sekali.

Aku melangkah ke dapur, membuka lemari, dan mengambil beberapa gelas. Dengan sedikit canggung, aku menyiapkan minuman untuk mereka.

Ibu menatapku dengan tatapan aneh. “Kamu yang buatkan minuman? Biasanya Aisyah yang menyiapkan.”

Aku tidak langsung menjawab, hanya meletakkan gelas-gelas di meja tamu.

“Dia sibuk di dalam,” jawabku pendek.

Ayah mengangkat alis. “Sibuk? Apa yang lebih penting daripada menyambut kedatangan mertuanya?”

Aku menelan ludah, mulai merasa gelisah. Aku tahu sikap Aisyah yang seperti ini akan membuat Ayah dan Ibu tidak senang, tapi aku juga tidak bisa menyalahkannya.

Saat suasana semakin tegang, tiba-tiba Aisyah keluar dari kamar, mengenakan gamis sederhana dan kerudung yang tampak sedikit berantakan. Tidak seperti biasanya, wajahnya tidak dipoles senyum ramah. Dia hanya berjalan melewati kami menuju dapur tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ayah memperhatikan dengan ekspresi yang semakin masam. “Aisyah,” panggilnya.

Aisyah berhenti, lalu menoleh dengan ekspresi datar. “Iya, Yah?”

“Kamu tidak menyambut kami?” tanya Ayah, nada suaranya terdengar jelas menyimpan kekecewaan.

Aisyah menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis—senyum yang terasa begitu dingin. “Oh, maaf. Selamat datang, Yah, Bu.”

Itu saja. Lalu dia berbalik dan masuk ke dapur, meninggalkan kami dalam keheningan.

Ibu mendengus pelan. “Astaghfirullah, Reza. Itu istrimu? Seperti tidak punya sopan santun!”

Aku menghela napas panjang. Aku tahu ini akan terjadi.

Ayah meletakkan gelasnya dengan sedikit kasar. “Dulu dia menantu yang baik. Sekarang apa-apaan sikapnya? Hanya karena kamu mau menikah lagi, dia jadi tidak menghormati kami?”

Aku tidak tahu harus menjawab apa.

Aku ingin membela Aisyah, mengatakan bahwa dia terluka, bahwa dia hanya mencoba bertahan, bahwa dia sudah cukup kuat dengan tidak pergi meninggalkanku.

Tapi aku juga tahu, mengatakan itu hanya akan membuat semuanya semakin rumit.

Jadi, aku hanya diam.

Dan dalam diam itu, aku menyadari satu hal.

Aisyah mungkin masih ada di rumah ini, tapi hatinya sudah tidak lagi bersamaku.

Karena ayahku kurang puas dengan sikap Aisyah yang seperti kurang sopan santun, Ayah menyuruhku untuk memanggil Aisyah dan membicarakan masalah pernikahanku. Aku pun memanggil Aisyah dan ia pun mau menurutku tapi dengan tatapan datar.

Aku menghela napas panjang sebelum mengetuk pintu kamar.

“Aisyah,” panggilku pelan.

Tak ada jawaban. Namun, aku tahu dia pasti mendengar. Aku mengetuk sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras.

“Ayah ingin bicara,” lanjutku, mencoba tetap tenang.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Aisyah berdiri di ambang pintu, wajahnya datar tanpa ekspresi. Matanya menatapku tanpa emosi, seolah aku adalah seseorang yang tidak lagi berarti baginya.

“Baik,” jawabnya singkat.

Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan melewatiku menuju ruang tamu. Aku mengikutinya dari belakang, perasaan gelisah semakin menguat dalam dada.

Setibanya di ruang tamu, Ayah sudah menunggu dengan ekspresi tegas. Ibu duduk di sebelahnya, wajahnya terlihat tidak senang.

Aisyah duduk di sofa seberang mereka, tubuhnya tegap, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut atau gugup.

Ayah menatapnya tajam. “Aisyah, ada yang ingin kami bicarakan denganmu.”

Aisyah hanya mengangguk kecil. “Silakan, Yah.”

Aku bisa melihat bagaimana Ayah sedikit tidak nyaman dengan sikapnya yang begitu dingin. Biasanya, Aisyah akan menunduk sopan atau setidaknya tersenyum. Tapi kali ini… dia berbeda.

“Kami ingin memastikan bahwa kamu benar-benar mengizinkan Reza menikah lagi,” kata Ayah langsung ke inti pembicaraan.

Aisyah menatap Ayah dengan tenang. “Bukankah saya sudah mengizinkan?”

“Tapi sikapmu seakan tidak menerima.”

Aisyah tersenyum tipis—senyum yang tidak sampai ke matanya. “Maaf jika sikap saya terlihat kurang sopan. Tapi saya hanya menyesuaikan diri dengan keadaan.”

Ayah mengernyit. “Apa maksudmu?”

Aisyah menautkan jemarinya di pangkuannya. “Dulu, saya adalah istri yang selalu berusaha melayani suami dan menghormati mertua. Tapi sekarang, suami saya akan memiliki istri lain. Itu berarti, posisi saya sudah berbeda. Saya tidak ingin bersikap berlebihan dalam hal yang sudah tidak sepenuhnya menjadi hak saya.”

Aku terdiam. Kata-katanya terasa seperti tamparan keras.

Ibu mendengus. “Jadi, kamu ingin bilang bahwa setelah Reza menikah lagi, kamu tidak akan peduli lagi dengan keluarga ini?”

Aisyah menoleh ke arah Ibu, masih dengan ekspresi tenangnya. “Saya akan tetap menjalankan tanggung jawab saya sebagai ibu dari anak-anak saya dan sebagai istri selama masih menjadi istri. Tapi untuk hal-hal lainnya, saya tidak ingin ikut campur.”

Ayah bersedekap, ekspresinya semakin tidak senang. “Kamu terdengar seperti ingin menceraikan Reza.”

Aisyah menatap Ayah dengan mata yang tajam. “Tidak, Yah. Saya tidak akan menceraikannya. Saya hanya menyesuaikan diri dengan keadaan.”

Suasana menjadi begitu hening. Kata-kata Aisyah menggantung di udara, memberikan tekanan yang lebih berat daripada amarah atau tangisan.

Aku menunduk, merasa dadaku semakin sesak.

Aisyah masih ada di sini, masih menjadi istriku. Tapi aku sadar… dia sudah bukan Aisyah yang dulu lagi.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

kamu salah orang... adakn laguny, tiktok lho...

2025-03-21

0

Kamiem sag

Kamiem sag

ayah ibu kalian tdk berperasaan

2025-03-31

0

♡Ñùř♡

♡Ñùř♡

aisyah yg kuat ya😭😭😭😭

2025-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2 BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3 BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4 BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5 BAB 5 UJIAN RIDHO
6 BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7 BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8 BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9 BAB 9 GUGAT CERAI
10 BAB 10 PERDEBATAN
11 BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12 BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13 BAB 13 PISAH KAMAR
14 BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15 BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16 BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17 BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18 BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19 BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20 BAB 20 HARUS RISEGN
21 BAB 21 MERASA KESEPIAN
22 BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23 BAB 23 DITEKAN MERTUA
24 BAB 24 MULAI RESAH
25 BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26 BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27 BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28 BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29 BAB 29 MULAI LELAH
30 BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31 BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32 BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33 BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34 BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35 BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36 BAB 36 KECEWA LAGI
37 BAB 37 PULANG KE RUMAH
38 BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39 BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40 BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41 BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42 BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43 BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44 BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45 Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46 BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47 BAB 47POV AISYAH
48 BAB 48 HAMIL
49 BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50 BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51 BAB 51 POV AISYAH
52 BAB 52 POV AISYAH
53 BAB 53 POV AISYAH
54 BAB 54 POV AISYAH
55 BAB 55 POV AISYAH
56 BAB 56 POV AISYAH
57 BAB 57 POB AISYAH
58 BAB 51 POV AISYAH 05
59 BAB 52 POV AISYAH 06
60 BAB 53 POV AISYAH 07
61 BAB 54 POV AISYAH 08
62 BAB 55 POV AISYAH 09
63 BAB 56 POV AISYAH 10
64 BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65 BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66 TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67 INGIN MENYERAH
68 ADAM BERUBAH
69 MEMBANGKANG
70 BERTEMU AISYAH
71 MERASA IRI
72 TERLALU DIMANJA
73 MEMILIH MELEPASKAN
74 ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75 BERTEMU SAFIRA
76 PAPAH BARU
77 MULAI DIABAIKAN
78 PENASARAN DENGAN SAFIRA
79 TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80 SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81 INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82 MULAI MENGANGGAP CUCU
83 TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84 TIDAK PEDULI LAGI
85 ADAM KEMBALI
86 PINDAH KOTA
87 PERGI MENJAUH
88 Endang dipoligami
89 TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90 MEMBUAT KEKACAUAN
91 REZA MULAI STERS
92 MENINGGALKAN IBU
93 POV AISYAH
94 RASA TRAUMA SAFIRA
95 WALI NIKAH
96 UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97 SAH MENJADI ISTRI
98 POV REZA
99 MERASA KESEPIAN
100 KARMA ENDANG
101 AKHIR
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2
BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3
BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4
BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5
BAB 5 UJIAN RIDHO
6
BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7
BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8
BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9
BAB 9 GUGAT CERAI
10
BAB 10 PERDEBATAN
11
BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12
BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13
BAB 13 PISAH KAMAR
14
BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15
BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16
BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17
BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18
BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19
BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20
BAB 20 HARUS RISEGN
21
BAB 21 MERASA KESEPIAN
22
BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23
BAB 23 DITEKAN MERTUA
24
BAB 24 MULAI RESAH
25
BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26
BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27
BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28
BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29
BAB 29 MULAI LELAH
30
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31
BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32
BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33
BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34
BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35
BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36
BAB 36 KECEWA LAGI
37
BAB 37 PULANG KE RUMAH
38
BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39
BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40
BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41
BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42
BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43
BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44
BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45
Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46
BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47
BAB 47POV AISYAH
48
BAB 48 HAMIL
49
BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50
BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51
BAB 51 POV AISYAH
52
BAB 52 POV AISYAH
53
BAB 53 POV AISYAH
54
BAB 54 POV AISYAH
55
BAB 55 POV AISYAH
56
BAB 56 POV AISYAH
57
BAB 57 POB AISYAH
58
BAB 51 POV AISYAH 05
59
BAB 52 POV AISYAH 06
60
BAB 53 POV AISYAH 07
61
BAB 54 POV AISYAH 08
62
BAB 55 POV AISYAH 09
63
BAB 56 POV AISYAH 10
64
BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65
BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66
TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67
INGIN MENYERAH
68
ADAM BERUBAH
69
MEMBANGKANG
70
BERTEMU AISYAH
71
MERASA IRI
72
TERLALU DIMANJA
73
MEMILIH MELEPASKAN
74
ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75
BERTEMU SAFIRA
76
PAPAH BARU
77
MULAI DIABAIKAN
78
PENASARAN DENGAN SAFIRA
79
TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80
SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81
INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82
MULAI MENGANGGAP CUCU
83
TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84
TIDAK PEDULI LAGI
85
ADAM KEMBALI
86
PINDAH KOTA
87
PERGI MENJAUH
88
Endang dipoligami
89
TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90
MEMBUAT KEKACAUAN
91
REZA MULAI STERS
92
MENINGGALKAN IBU
93
POV AISYAH
94
RASA TRAUMA SAFIRA
95
WALI NIKAH
96
UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97
SAH MENJADI ISTRI
98
POV REZA
99
MERASA KESEPIAN
100
KARMA ENDANG
101
AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!