BAB 14 TERLALU MENUNTUT

Aku menghela napas, mencoba mencari cara untuk memulai pembicaraan. Tapi sebelum aku mengatakan apa pun, aku tahu ada sesuatu yang harus kulakukan lebih dulu.

“Laras,” panggilku pelan.

Dia menoleh, tapi tatapannya tetap datar. Tidak ada kemarahan, tapi juga tidak ada kehangatan.

Aku menelan ludah, lalu berkata, “Aku mau minta maaf.”

Alisnya sedikit terangkat, mungkin terkejut mendengar permintaan maafku.

“Aku tahu aku sudah mengecewakan kamu,” lanjutku. “Tadi saat pesta kita usai… aku mengabaikan kamu. Aku lebih memilih pergi untuk menemui Aisyah. Aku nggak seharusnya melakukan itu, apalagi setelah kita baru saja menikah.”

Laras terdiam, jemarinya meremas ujung selimut. Aku bisa melihat dia menahan sesuatu dalam dirinya—entah amarah, kesedihan, atau mungkin keduanya.

“Aku nggak akan bohong, Laras,” suaraku melemah. “Perasaanku masih kacau. Aku masih belum bisa menerima semuanya. Tapi aku sadar… aku sudah menikah sama kamu. Dan aku nggak ingin terus bersikap seperti ini.”

Laras akhirnya menatapku, kali ini lebih lama. Ada sesuatu di matanya yang sulit kuartikan—rasa sakit, mungkin, atau harapan yang hampir padam. Aku menunggu reaksinya, meskipun aku tidak tahu apakah aku siap untuk mendengarnya.

Laras masih diam, menatapku dengan ekspresi yang sulit kuartikan. Aku tahu, apa yang akan aku katakan mungkin akan membuatnya semakin kecewa, tapi aku tidak ingin menyembunyikan apa pun darinya.

“Aku pergi menemui Aisyah bukan karena aku ingin kembali padanya,” ucapku pelan. “Aku hanya ingin mencegah dia pergi dari rumah.”

Laras mengerutkan kening, jelas tak mengerti maksudku.

“Aisyah memang sudah memutuskan untuk bercerai, tapi aku nggak mengizinkan dia pergi sebelum masa iddahnya selesai,” lanjutku. “Aku ingin dia tetap tinggal di rumah, setidaknya sampai semuanya jelas.”

Laras menatapku dengan mata membesar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. “Kamu… kamu serius, Reza?” suaranya sedikit bergetar, antara marah dan terkejut.

Aku mengangguk. “Aku nggak bisa membiarkan dia pergi begitu saja, Laras. Itu haknya untuk tetap tinggal selama masa iddah. Lagipula, aku butuh waktu untuk memastikan semuanya selesai dengan benar.”

Laras menghela napas panjang, lalu menunduk. Aku bisa melihat tangannya mengepal di atas pangkuannya, seolah menahan sesuatu. Aku tidak tahu apakah dia kecewa, marah, atau justru semakin terluka dengan keputusanku.

“Jadi… kamu tetap memilih mempertahankan Aisyah di rumah, meskipun kalian sudah nggak ada ikatan lagi?” tanyanya lirih.

Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab seperti apa. Aku tahu ini bukan jawaban yang Laras inginkan. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabku terhadap Aisyah, meskipun hatiku sendiri masih berantakan.

Laras menatapku dengan ekspresi yang sulit kuartikan—antara kecewa, marah, atau mungkin keduanya. Aku bisa melihat napasnya yang sedikit bergetar, seolah menahan sesuatu yang ingin dia luapkan.

"Jadi, kamu lebih memilih mempertahankan Aisyah di rumah, meskipun kalian sudah nggak ada ikatan lagi?" ulangnya, kali ini suaranya lebih tajam.

Aku menghela napas, berusaha tetap tenang. "Laras, aku nggak bilang aku mau mempertahankannya sebagai istri. Aku cuma nggak bisa membiarkan dia pergi begitu saja sebelum masa iddahnya selesai. Itu hak dia."

Laras tertawa kecil, tapi aku tahu itu bukan tawa bahagia. "Hak dia?" Matanya mulai berkaca-kaca. "Lalu hak aku sebagai istrimu sekarang gimana, Reza? Apa aku cuma sekadar pelengkap dalam hidupmu?"

Dadaku terasa sesak. Aku tahu aku telah menyakitinya.

"Aku nggak pernah anggap kamu cuma pelengkap, Laras," kataku pelan. "Aku cuma butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya. Aku nggak mau ada yang tertinggal, aku nggak mau ada yang belum selesai."

Laras mengusap wajahnya, lalu berdiri dari tempat tidur. "Jadi, sampai kapan aku harus nunggu kamu benar-benar 'selesai' sama masa lalu?" suaranya penuh emosi. "Aku ini istrimu, Reza. Aku menikah sama kamu bukan untuk hidup dalam bayangan Aisyah!"

Laras menatapku sekali lagi sebelum akhirnya melangkah keluar kamar. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu.

Aku sebenarnya sedikit heran dengan sikap Laras sekarang.

Sebelum Aisyah meminta cerai, dia sendiri yang menerima untuk menjadi istri kedua. Dia tahu kondisinya, dia paham risikonya. Tapi kenapa sekarang dia seolah-olah tidak terima? Apa dia lupa?

Aku menatap pintu kamar yang baru saja Laras tutup dengan kesal. Apa dia benar-benar tidak mengingat keputusan yang dia buat sendiri? Dia tahu sejak awal kalau aku masih bersama Aisyah saat itu, dan dia tetap memilih masuk dalam kehidupanku.

Tapi sekarang, setelah semua yang terjadi, dia bersikap seolah-olah akulah yang bersalah karena tidak bisa langsung menghapus Aisyah dari hidupku begitu saja.

Aku mengusap wajah, mencoba memahami perasaannya. Mungkin dia hanya lelah, mungkin dia mulai merasa posisinya tidak sekuat yang dia kira. Tapi bagaimanapun juga, dia sudah menjadi istriku sekarang. Aku hanya butuh dia sedikit bersabar, sedikit mengerti.

Tapi apakah aku sendiri benar-benar sudah yakin dengan semua ini? Atau justru aku yang masih terjebak dalam bayang-bayang Aisyah tanpa kusadari?

Saat aku melangkah keluar dari kamar, tiba-tiba aku melihat ibu sudah berdiri di depan pintu. Tatapannya tajam, penuh tekanan yang langsung membuatku diam di tempat.

“Ke ruang keluarga sekarang,” katanya tegas, tanpa memberikan kesempatan bagiku untuk bertanya.

Aku bisa merasakan firasat buruk seketika menyelimuti dadaku. Aku yakin sekali, Laras pasti sudah menceritakan semuanya kepada ibu—mungkin juga kepada ayah. Aku menghela napas berat, mencoba menyiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Dengan langkah hati-hati, aku berjalan menuju ruang keluarga. Begitu sampai, aku melihat ayah sudah duduk di sofa dengan ekspresi yang tak kalah dingin. Laras duduk di sisi lain ruangan, menundukkan kepala, tapi aku tahu dia pasti merasa terluka.

Aku berdiri di depan mereka, menunggu siapa yang akan berbicara lebih dulu.

Ibu menyilangkan tangan di dadanya. “Reza, apa yang sebenarnya kamu pikirkan?” suaranya terdengar tajam. “Kamu baru saja menikah dengan Laras, tapi kamu masih ngurusin Aisyah? Dan kamu bahkan melarang dia pergi dari rumah?”

Aku menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Bu, aku cuma—”

“Cuma apa?” potong ibu cepat. “Kamu sadar nggak, Laras ini istrimu sekarang? Kamu mau terus hidup dalam bayang-bayang Aisyah sampai kapan?”

Aku terdiam. Aku sudah tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja rasanya berat. Aku melirik ke arah Laras, berharap dia akan mengatakan sesuatu, tapi dia tetap diam.

Ayah yang sejak tadi hanya mengamati akhirnya ikut bersuara. “Reza, laki-laki harus tegas dalam mengambil keputusan. Kalau kamu sudah memilih Laras, ya, jalani pernikahan ini dengan baik. Jangan menggantung perasaan istrimu seperti ini.”

Aku menghela napas panjang. Aku tahu mereka tidak akan memahami keputusanku. Tapi aku juga tidak bisa begitu saja mengabaikan perasaan dan tanggung jawabku terhadap Aisyah.

Sekarang aku hanya punya dua pilihan—menjelaskan semuanya dan berharap mereka mengerti, atau tetap berpegang pada keputusanku dan menghadapi kemarahan mereka.

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

dasar banci kamu reza mengatasnamankan patuh pd orangtua kamu pdhl kamu ini banci tapi punya burung udahlah jadi perempuan aja atuh reza klo gampang disetir sm ortu kamu bentar lagi kamu juga akan disetir sm sijalang laras ini tunggu aja

2025-02-24

2

martina melati

martina melati

katany siap... siap menikah, ada lho dbab 2 novel ini... laras siap menikah kapan aja, tergantung reza aja lagi.

2025-03-21

0

dyah wiryastini

dyah wiryastini

Lelaki lemahhh ga punya pendirian

2025-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2 BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3 BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4 BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5 BAB 5 UJIAN RIDHO
6 BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7 BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8 BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9 BAB 9 GUGAT CERAI
10 BAB 10 PERDEBATAN
11 BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12 BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13 BAB 13 PISAH KAMAR
14 BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15 BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16 BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17 BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18 BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19 BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20 BAB 20 HARUS RISEGN
21 BAB 21 MERASA KESEPIAN
22 BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23 BAB 23 DITEKAN MERTUA
24 BAB 24 MULAI RESAH
25 BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26 BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27 BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28 BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29 BAB 29 MULAI LELAH
30 BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31 BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32 BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33 BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34 BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35 BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36 BAB 36 KECEWA LAGI
37 BAB 37 PULANG KE RUMAH
38 BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39 BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40 BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41 BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42 BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43 BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44 BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45 Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46 BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47 BAB 47POV AISYAH
48 BAB 48 HAMIL
49 BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50 BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51 BAB 51 POV AISYAH
52 BAB 52 POV AISYAH
53 BAB 53 POV AISYAH
54 BAB 54 POV AISYAH
55 BAB 55 POV AISYAH
56 BAB 56 POV AISYAH
57 BAB 57 POB AISYAH
58 BAB 51 POV AISYAH 05
59 BAB 52 POV AISYAH 06
60 BAB 53 POV AISYAH 07
61 BAB 54 POV AISYAH 08
62 BAB 55 POV AISYAH 09
63 BAB 56 POV AISYAH 10
64 BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65 BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66 TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67 INGIN MENYERAH
68 ADAM BERUBAH
69 MEMBANGKANG
70 BERTEMU AISYAH
71 MERASA IRI
72 TERLALU DIMANJA
73 MEMILIH MELEPASKAN
74 ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75 BERTEMU SAFIRA
76 PAPAH BARU
77 MULAI DIABAIKAN
78 PENASARAN DENGAN SAFIRA
79 TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80 SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81 INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82 MULAI MENGANGGAP CUCU
83 TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84 TIDAK PEDULI LAGI
85 ADAM KEMBALI
86 PINDAH KOTA
87 PERGI MENJAUH
88 Endang dipoligami
89 TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90 MEMBUAT KEKACAUAN
91 REZA MULAI STERS
92 MENINGGALKAN IBU
93 POV AISYAH
94 RASA TRAUMA SAFIRA
95 WALI NIKAH
96 UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97 SAH MENJADI ISTRI
98 POV REZA
99 MERASA KESEPIAN
100 KARMA ENDANG
101 AKHIR
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2
BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3
BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4
BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5
BAB 5 UJIAN RIDHO
6
BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7
BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8
BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9
BAB 9 GUGAT CERAI
10
BAB 10 PERDEBATAN
11
BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12
BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13
BAB 13 PISAH KAMAR
14
BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15
BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16
BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17
BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18
BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19
BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20
BAB 20 HARUS RISEGN
21
BAB 21 MERASA KESEPIAN
22
BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23
BAB 23 DITEKAN MERTUA
24
BAB 24 MULAI RESAH
25
BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26
BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27
BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28
BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29
BAB 29 MULAI LELAH
30
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31
BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32
BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33
BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34
BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35
BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36
BAB 36 KECEWA LAGI
37
BAB 37 PULANG KE RUMAH
38
BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39
BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40
BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41
BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42
BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43
BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44
BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45
Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46
BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47
BAB 47POV AISYAH
48
BAB 48 HAMIL
49
BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50
BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51
BAB 51 POV AISYAH
52
BAB 52 POV AISYAH
53
BAB 53 POV AISYAH
54
BAB 54 POV AISYAH
55
BAB 55 POV AISYAH
56
BAB 56 POV AISYAH
57
BAB 57 POB AISYAH
58
BAB 51 POV AISYAH 05
59
BAB 52 POV AISYAH 06
60
BAB 53 POV AISYAH 07
61
BAB 54 POV AISYAH 08
62
BAB 55 POV AISYAH 09
63
BAB 56 POV AISYAH 10
64
BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65
BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66
TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67
INGIN MENYERAH
68
ADAM BERUBAH
69
MEMBANGKANG
70
BERTEMU AISYAH
71
MERASA IRI
72
TERLALU DIMANJA
73
MEMILIH MELEPASKAN
74
ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75
BERTEMU SAFIRA
76
PAPAH BARU
77
MULAI DIABAIKAN
78
PENASARAN DENGAN SAFIRA
79
TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80
SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81
INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82
MULAI MENGANGGAP CUCU
83
TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84
TIDAK PEDULI LAGI
85
ADAM KEMBALI
86
PINDAH KOTA
87
PERGI MENJAUH
88
Endang dipoligami
89
TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90
MEMBUAT KEKACAUAN
91
REZA MULAI STERS
92
MENINGGALKAN IBU
93
POV AISYAH
94
RASA TRAUMA SAFIRA
95
WALI NIKAH
96
UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97
SAH MENJADI ISTRI
98
POV REZA
99
MERASA KESEPIAN
100
KARMA ENDANG
101
AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!