BAB 15 LARAS PLIN PLAN

Aku berusaha tetap tenang menghadapi tatapan tajam dari ibu dan ayah. Aku tahu mereka tidak akan mudah menerima penjelasanku, tapi aku tetap harus mencoba.

“Aku bukannya nggak menghargai pernikahanku dengan Laras,” kataku akhirnya, mencoba memilih kata-kata yang tepat. “Tapi Aisyah masih dalam masa iddah. Itu sebabnya aku nggak mengizinkan dia pergi bersama anak-anak. Selama masa itu, dia masih berhak tinggal di rumah.”

Ibu mendecak kesal, lalu melipat tangannya di dada. “Reza, kamu dengar nggak apa yang kamu bilang? Aisyah itu sudah meminta cerai! Kenapa kamu masih peduli dengan dia?”

Aku menghela napas lagi. “Bu, ini bukan soal masih peduli atau nggak. Ini soal tanggung jawab. Masa iddah itu ada aturannya. Aku nggak bisa asal mengusir Aisyah begitu saja.”

Ayah yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. “Jadi, sampai masa iddahnya selesai, kamu mau tetap membiarkan Laras tersiksa begini?” suaranya dalam dan berat. “Kamu pikir perasaan istri barumu nggak penting?”

Aku melirik Laras yang duduk diam di sudut ruangan. Wajahnya masih tertunduk, tapi aku tahu dia mendengarkan semuanya dengan hati yang terluka.

Aku menatap Laras yang masih diam, tertunduk, tanpa mengatakan apa pun. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatku heran. Kenapa dia mesti murung dan sedih seperti ini?

Padahal sebelum Aisyah meminta cerai kepadaku, dia dengan percaya diri mau menerima posisinya sebagai istri kedua. Dia tahu sejak awal bagaimana situasinya. Tapi kenapa sekarang, saat Aisyah tidak kubiarkan pergi sampai masa iddahnya selesai, dia malah tidak terima?

Aku akhirnya membuka suara. “Laras, kenapa kamu diam saja?” tanyaku, mencoba mencari jawaban.

Laras mengangkat kepalanya perlahan, menatapku dengan mata yang terlihat kecewa. “Aku diam karena aku nggak tahu harus ngomong apa lagi, Reza,” katanya pelan, tapi aku bisa merasakan emosi yang ia tahan.

Aku mengernyit. “Kenapa? Bukankah kamu sudah tahu semuanya sejak awal? Kamu sendiri yang bilang mau jadi istri kedua, kamu sendiri yang memilih menikah denganku meskipun Aisyah masih ada. Jadi kenapa sekarang kamu seolah-olah nggak terima?”

Laras tersenyum kecil, tapi senyum itu lebih mirip senyum pahit. “Aku memang menerima jadi istri kedua, Reza. Aku tahu sejak awal kalau aku nggak akan jadi satu-satunya perempuan di hidupmu. Tapi aku nggak pernah berpikir kalau setelah menikah, aku masih harus merasa seperti orang asing di pernikahan kita sendiri.”

Aku mengerutkan kening. “Maksud kamu?”

Laras menghela napas panjang. “Maksudku, aku pikir setelah Aisyah pergi, kita bisa mulai membangun rumah tangga kita sendiri. Aku pikir kamu akan fokus sama aku. Tapi kenyataannya, kamu masih terus terikat sama Aisyah. Kamu masih lebih peduli sama dia daripada aku.”

Aku mengusap wajahku, merasa frustasi. “Laras, ini bukan soal aku lebih peduli sama dia atau nggak. Ini soal tanggung jawab! Masa iddah itu ada aturannya.”

“Tanggung jawab?” Laras tertawa kecil, tapi matanya masih penuh kesedihan. “Kalau kamu benar-benar tanggung jawab, kenapa kamu nggak bisa bikin aku merasa dihargai sebagai istrimu? Kenapa aku harus terus merasa seperti pilihan kedua yang nggak pernah jadi prioritas?”

Keheningan menyelimuti ruangan setelah kata-kata Laras, dan aku masih mencoba mencerna semuanya.

Tapi sebelum aku sempat merespons, ibu angkat bicara. “Laras benar, Reza.”

Aku menoleh ke arah ibu, dan ayah pun mengangguk setuju.

“Bagaimanapun, Laras sekarang sudah resmi menjadi istrimu,” lanjut ibu. “Awalnya, kamu menikahinya dengan status sebagai istri kedua. Tapi sekarang, Aisyah malah meminta cerai. Itu artinya, Laras-lah satu-satunya istrimu.”

Aku mengusap tengkukku yang terasa tegang. Aku tahu maksud ibu, tapi aku masih sulit menerima semuanya begitu saja.

Ayah menatapku tajam. “Jadi, kalau kamu memang mau bertanggung jawab, bawa Laras pulang. Tinggal bersama istrimu. Jangan lagi ada urusan dengan Aisyah.”

Aku menegang. “Maksud Ayah…?”

“Maksud Ayah, kamu harus pisah rumah dengan Aisyah sekarang juga,” ucapnya tegas. “Jangan beri celah sedikit pun untuk kembali lagi bersama dia. Masa iddah tetap berjalan, tapi itu bukan alasan kamu masih bisa berdekatan dengannya.”

Laras menatapku penuh harap, seakan menunggu keputusanku.

Aku terdiam. Aku tahu, jika aku menuruti Ayah dan Ibu, artinya aku harus membawa Laras pergi dari rumah Aisyah. Itu berarti aku benar-benar harus melepaskan semua yang ada di belakangku dan memulai hidup baru bersama Laras sepenuhnya.

Tapi apakah aku sudah benar-benar siap untuk itu?

Pada akhirnya, aku pun menyerah. Aku tidak bisa membantah ucapan Ayah dan Ibu. Mereka benar—sekarang Laras adalah istriku yang sah, dan aku harus bertanggung jawab penuh padanya.

Namun, sebelum membawa Laras pulang ke rumah, ada satu hal yang harus kuselesaikan lebih dulu.

“Aku mengerti, Ayah, Ibu,” kataku pelan. “Aku akan membawa Laras pulang… tapi sebelum itu, aku harus berbicara dengan Aisyah dulu.”

Ibu langsung mendecak kesal. “Untuk apa lagi, Reza? Bukannya semuanya sudah jelas?”

Aku menatap ibu dengan serius. “Bu, aku nggak bisa pergi begitu saja tanpa bicara dengan Aisyah. Bagaimanapun, dia masih dalam masa iddah, dan aku masih punya tanggung jawab. Aku harus menjelaskan semuanya dengan baik.”

Ayah menghela napas berat. “Jangan sampai kamu terbawa perasaan lagi, Reza. Sudah cukup.”

Aku mengangguk. “Aku tahu, Yah. Aku cuma ingin memastikan semuanya jelas, biar nggak ada masalah di kemudian hari.”

Aku melirik ke arah Laras. Wajahnya masih penuh emosi yang ia tahan, tapi dia tidak mengatakan apa pun.

Akhirnya, aku pun bangkit berdiri. “Aku akan bicara dengan Aisyah dulu. Setelah itu, aku akan kembali dan membawa Laras pulang.”

Tanpa menunggu tanggapan lagi, aku melangkah pergi, hatiku penuh dengan kegelisahan yang tidak bisa kusebutkan namanya.

...****************...

Sesampainya di rumah, aku langsung mencari Aisyah. Aku tahu aku harus segera menyelesaikan pembicaraan ini sebelum semuanya semakin rumit.

Saat aku sampai di ruang makan, aku melihat Aisyah sedang makan bersama anak-anak. Suasana terlihat begitu hangat, mereka tertawa kecil sambil menikmati makanan. Tapi begitu aku melangkah masuk, suasana itu langsung berubah.

Tawa mereka terhenti.

Aisyah yang tadinya tersenyum, kini wajahnya berubah dingin. Tatapannya langsung menusuk ke arahku. Anak-anak pun ikut terdiam, seolah merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara kami.

Aku menelan ludah. “Aisyah, aku mau bicara.”

Aisyah meletakkan sendoknya dengan perlahan, lalu menatapku dengan ekspresi datar. “Bicara apa lagi, Mas? Bukankah semuanya sudah jelas?”

Nada suaranya terdengar begitu tegas, seolah tak ingin mendengar alasan apa pun dariku.

Aku menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Ini penting. Kita harus bicara berdua.”

Aisyah mengalihkan pandangannya ke anak-anak. “Kalian sudah selesai makannya? Kalau sudah, pergi ke kamar dulu, ya.”

Anak-anak tidak langsung bergerak, mereka hanya menatap Aisyah lalu menoleh ke arahku, seolah ingin memastikan apakah mereka benar-benar harus pergi.

“Dengar kata Mama,” kata Aisyah lagi, kali ini lebih lembut.

Akhirnya, mereka beranjak dari kursi dan berjalan keluar ruangan tanpa suara. Begitu mereka pergi, aku dan Aisyah saling menatap dalam keheningan yang menyesakkan.

Aku tahu pembicaraan ini tidak akan mudah. Tapi aku harus mengatakannya.

Episodes
1 BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2 BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3 BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4 BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5 BAB 5 UJIAN RIDHO
6 BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7 BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8 BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9 BAB 9 GUGAT CERAI
10 BAB 10 PERDEBATAN
11 BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12 BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13 BAB 13 PISAH KAMAR
14 BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15 BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16 BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17 BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18 BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19 BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20 BAB 20 HARUS RISEGN
21 BAB 21 MERASA KESEPIAN
22 BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23 BAB 23 DITEKAN MERTUA
24 BAB 24 MULAI RESAH
25 BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26 BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27 BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28 BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29 BAB 29 MULAI LELAH
30 BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31 BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32 BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33 BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34 BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35 BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36 BAB 36 KECEWA LAGI
37 BAB 37 PULANG KE RUMAH
38 BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39 BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40 BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41 BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42 BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43 BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44 BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45 Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46 BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47 BAB 47POV AISYAH
48 BAB 48 HAMIL
49 BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50 BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51 BAB 51 POV AISYAH
52 BAB 52 POV AISYAH
53 BAB 53 POV AISYAH
54 BAB 54 POV AISYAH
55 BAB 55 POV AISYAH
56 BAB 56 POV AISYAH
57 BAB 57 POB AISYAH
58 BAB 51 POV AISYAH 05
59 BAB 52 POV AISYAH 06
60 BAB 53 POV AISYAH 07
61 BAB 54 POV AISYAH 08
62 BAB 55 POV AISYAH 09
63 BAB 56 POV AISYAH 10
64 BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65 BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66 TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67 INGIN MENYERAH
68 ADAM BERUBAH
69 MEMBANGKANG
70 BERTEMU AISYAH
71 MERASA IRI
72 TERLALU DIMANJA
73 MEMILIH MELEPASKAN
74 ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75 BERTEMU SAFIRA
76 PAPAH BARU
77 MULAI DIABAIKAN
78 PENASARAN DENGAN SAFIRA
79 TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80 SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81 INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82 MULAI MENGANGGAP CUCU
83 TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84 TIDAK PEDULI LAGI
85 ADAM KEMBALI
86 PINDAH KOTA
87 PERGI MENJAUH
88 Endang dipoligami
89 TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90 MEMBUAT KEKACAUAN
91 REZA MULAI STERS
92 MENINGGALKAN IBU
93 POV AISYAH
94 RASA TRAUMA SAFIRA
95 WALI NIKAH
96 UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97 SAH MENJADI ISTRI
98 POV REZA
99 MERASA KESEPIAN
100 KARMA ENDANG
101 AKHIR
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2
BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3
BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4
BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5
BAB 5 UJIAN RIDHO
6
BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7
BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8
BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9
BAB 9 GUGAT CERAI
10
BAB 10 PERDEBATAN
11
BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12
BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13
BAB 13 PISAH KAMAR
14
BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15
BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16
BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17
BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18
BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19
BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20
BAB 20 HARUS RISEGN
21
BAB 21 MERASA KESEPIAN
22
BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23
BAB 23 DITEKAN MERTUA
24
BAB 24 MULAI RESAH
25
BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26
BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27
BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28
BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29
BAB 29 MULAI LELAH
30
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31
BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32
BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33
BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34
BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35
BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36
BAB 36 KECEWA LAGI
37
BAB 37 PULANG KE RUMAH
38
BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39
BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40
BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41
BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42
BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43
BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44
BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45
Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46
BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47
BAB 47POV AISYAH
48
BAB 48 HAMIL
49
BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50
BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51
BAB 51 POV AISYAH
52
BAB 52 POV AISYAH
53
BAB 53 POV AISYAH
54
BAB 54 POV AISYAH
55
BAB 55 POV AISYAH
56
BAB 56 POV AISYAH
57
BAB 57 POB AISYAH
58
BAB 51 POV AISYAH 05
59
BAB 52 POV AISYAH 06
60
BAB 53 POV AISYAH 07
61
BAB 54 POV AISYAH 08
62
BAB 55 POV AISYAH 09
63
BAB 56 POV AISYAH 10
64
BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65
BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66
TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67
INGIN MENYERAH
68
ADAM BERUBAH
69
MEMBANGKANG
70
BERTEMU AISYAH
71
MERASA IRI
72
TERLALU DIMANJA
73
MEMILIH MELEPASKAN
74
ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75
BERTEMU SAFIRA
76
PAPAH BARU
77
MULAI DIABAIKAN
78
PENASARAN DENGAN SAFIRA
79
TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80
SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81
INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82
MULAI MENGANGGAP CUCU
83
TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84
TIDAK PEDULI LAGI
85
ADAM KEMBALI
86
PINDAH KOTA
87
PERGI MENJAUH
88
Endang dipoligami
89
TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90
MEMBUAT KEKACAUAN
91
REZA MULAI STERS
92
MENINGGALKAN IBU
93
POV AISYAH
94
RASA TRAUMA SAFIRA
95
WALI NIKAH
96
UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97
SAH MENJADI ISTRI
98
POV REZA
99
MERASA KESEPIAN
100
KARMA ENDANG
101
AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!