BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH

"Lo pikir menikah lagi bakal nyelesain masalah?" lanjutnya. "Lo pikir anak laki-laki bisa menjamin kebahagiaan lo? Gimana kalau setelah lo menikah lagi, ternyata istri kedua lo nggak bisa kasih anak laki-laki juga? Apa lo bakal nikah lagi dan lagi?"

Aku menelan ludah. Aku bahkan tidak pernah berpikir sejauh itu.

"Lo tahu, kan, hal paling menyakitkan buat seorang istri?" tanya Raka lagi. "Bukan cuma diselingkuhin atau ditinggal, tapi disuruh berbagi suami. Itu lebih nyakitin, karena dia harus lihat lo setiap hari, tahu kalau lo milik orang lain juga."

Dadaku terasa semakin sesak.

Raka menepuk bahuku pelan. "Reza, jangan sampai lo nyesel. Kadang, seorang laki-laki terlalu terlambat sadar, dan pas dia nyadar, semuanya udah hancur."

Aku memejamkan mata, mencoba mencerna kata-kata itu. Tapi yang ada, rasa bersalahku semakin dalam.

Sebelum Raka kembali fokus pada pekerjaannya, dia menatapku sekali lagi dengan ekspresi serius.

"Reza, sebelum lo mutusin sesuatu, gue mau lo pikirin satu hal," katanya pelan.

Aku menoleh, menunggu kelanjutannya.

"Lo punya dua anak perempuan," lanjutnya. "Suatu saat nanti, mereka juga akan menikah. Kalau suami mereka minta izin buat poligami, kaya yang lo lakuin ke Aisyah, lo sebagai ayah mereka... lo bakal terima?"

Pertanyaan itu menghantamku keras.

Aku terdiam, tenggorokanku terasa kering. Aku membayangkan anak perempuanku di posisi Aisyah—menjadi istri yang telah setia bertahun-tahun, melahirkan anak, merawat suami, lalu tiba-tiba diminta berbagi karena suaminya menginginkan sesuatu yang lebih.

Apakah aku akan bisa menerima jika anakku yang harus menanggung luka itu?

Dadaku terasa sesak.

Raka menepuk bahuku, lalu kembali bekerja, meninggalkanku dalam keheningan.

Dan di saat itu, untuk pertama kalinya, aku benar-benar mulai mempertanyakan keputusanku.

Kata-kata Raka terus terngiang di kepalaku. Aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tapi pikiran itu tidak mau pergi.

Suatu saat nanti, kedua anak perempuanku akan menikah. Mereka akan memiliki suami, membangun rumah tangga, dan menghadapi kehidupan pernikahan mereka sendiri.

Aku bergidik ngeri membayangkan jika suatu hari mereka diperlakukan seperti Aisyah—diduakan, diabaikan, dan hatinya hancur oleh orang yang mereka cintai.

Aku mengepalkan tangan, berdoa dalam hati. Ya Tuhan, jangan biarkan anak-anakku mengalami hal seperti ini. Lindungi mereka dari luka yang sama.

Namun, saat aku membuka mata, sebuah pertanyaan lain menghantamku keras.

Jika aku sendiri tidak ingin anak perempuanku mengalami hal ini…

Lalu kenapa aku tega membiarkan Aisyah merasakannya?

Hari ini hari libur, dan biasanya ini adalah waktu yang kutunggu-tunggu. Biasanya, Aisyah dan anak-anak akan mengajakku pergi makan di luar atau sekadar jalan-jalan ke mall bersama. Itu sudah menjadi rutinitas kami sebagai keluarga.

Tapi kali ini berbeda.

Aku baru saja selesai mandi ketika melihat Aisyah dan anak-anak sudah rapi, siap untuk pergi. Aku tersenyum, berpikir bahwa kami akan pergi bersama seperti biasanya.

"Kalian mau ke mana?" tanyaku sambil mengenakan jam tanganku.

Aisyah hanya menatapku sekilas sebelum menjawab dengan suara datar. "Aku dan anak-anak mau makan di luar."

Aku mengangguk. "Oke, aku ganti baju dulu, terus kita berangkat bareng."

Namun, jawaban Aisyah berikutnya membuat langkahku terhenti.

"Kali ini, kami pergi sendiri."

Aku terdiam, menatapnya dengan perasaan tidak nyaman. "Kenapa?"

Aisyah tidak langsung menjawab. Dia hanya membantu anak-anak mengenakan sepatu mereka sebelum akhirnya menatapku dengan ekspresi yang sulit kuartikan.

"Aku ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak tanpa ada rasa sesak di dadaku," katanya pelan, tapi tajam.

Jantungku mencelos.

Anak-anak hanya diam, tidak mengatakan apa-apa, tapi dari tatapan mereka, aku tahu mereka juga merasa canggung. Mereka hanya mengikuti ke mana ibunya pergi.

Aku ingin mengatakan sesuatu, ingin meminta Aisyah untuk tidak bersikap seperti ini, tapi entah kenapa lidahku kelu.

Aku hanya bisa berdiri di ambang pintu, melihat mereka pergi tanpa aku.

Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan.

Aku masih berdiri di tempatku, berharap Aisyah akan menoleh sekali saja.

Tapi tidak.

Dia sibuk merapikan tasnya, memastikan anak-anak siap, lalu berjalan menuju pintu tanpa sedikit pun menatapku.

Biasanya, sebelum pergi, dia akan berpamitan, setidaknya memberi tahu ke mana mereka akan pergi atau sekadar mengingatkanku untuk makan tepat waktu. Tapi kali ini, tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya untukku.

Aku hanya bisa melihat punggungnya yang semakin menjauh.

Sebelum menutup pintu, Aisyah sempat tersenyum lembut kepada anak-anak, seolah ingin meyakinkan mereka bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi senyum itu bukan untukku.

Lalu pintu tertutup.

Aku menghela napas panjang, menatap ruangan yang tiba-tiba terasa begitu sepi.

Dulu, aku yang selalu pergi tanpa berpamitan, merasa itu hal sepele. Tapi sekarang, aku yang ditinggalkan tanpa satu pun kata perpisahan.

Dan rasanya… menyakitkan.

Aku semakin tertekan dengan desakan Ayah dan Ibu. Mereka terus memaksaku untuk segera menikahi Laras, bahkan sudah merencanakan pernikahan sederhana sebelum pesta besar yang akan disusun nanti.

Namun, ada satu hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu—Aisyah harus menandatangani surat persetujuan sebagai istri pertama.

Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tapi Ayah berkata tegas, "Kalau Aisyah memang benar-benar ridho, dia pasti mau tanda tangan. Jangan buang waktu lagi, Reza."

Aku menghela napas berat. Aku tahu betapa dinginnya Aisyah sekarang, tapi aku tetap harus mencobanya.

Malam itu, setelah anak-anak tidur, aku memberanikan diri menghampiri Aisyah di kamar. Dia sedang membaca buku, seolah tidak menyadari keberadaanku.

"Aisyah…" panggilku pelan.

Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia mendengar.

Aku menelan ludah, lalu mengeluarkan selembar kertas yang sudah ditandatangani oleh penghulu. "Ini… surat persetujuan untuk pernikahanku dengan Laras. Aku butuh tanda tanganmu."

Aisyah akhirnya menutup bukunya, lalu menatapku lama. Tatapannya begitu dalam, begitu menusuk, hingga aku merasa seperti orang asing di hadapan istriku sendiri.

Lalu, dia tertawa kecil—bukan tawa bahagia, melainkan tawa yang penuh luka.

"Kamu butuh tanda tanganku?" tanyanya datar.

Aku mengangguk, meski rasanya berat.

Aisyah mengambil surat itu, membacanya perlahan, lalu menghembuskan napas panjang.

"Kamu tahu, Reza?" katanya pelan, "Dulu, aku menandatangani surat pernikahan kita dengan hati penuh cinta dan harapan. Tapi sekarang, kamu meminta aku untuk menandatangani ini… yang artinya mengizinkan hatiku hancur lebih dalam lagi."

Aku terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.

Lalu, tanpa ragu, Aisyah meraih pulpen, menorehkan tanda tangannya di atas kertas itu.

Begitu selesai, dia menyerahkan surat itu kembali padaku dengan ekspresi datar.

"Kamu sudah mendapatkan yang kamu inginkan," katanya, lalu bangkit dari tempat tidur dan pergi meninggalkanku sendiri dengan perasaan yang entah kenapa semakin kosong.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

ya Aisy benar kau sdh mendapatkan apa yg kau inginkan Reza jangan salahkan kalo suatu saat Aisy juga berjuang mendapatkan keinginannya

2025-03-31

0

martina melati

martina melati

wah, raka dalam bingit pola pikiranmu... yg spt ini dbab2 sblmny koment saya🙏

2025-03-21

0

martina melati

martina melati

ayo cepat bertindak tegas... katakan, aku batal menikah lagi...

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2 BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3 BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4 BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5 BAB 5 UJIAN RIDHO
6 BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7 BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8 BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9 BAB 9 GUGAT CERAI
10 BAB 10 PERDEBATAN
11 BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12 BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13 BAB 13 PISAH KAMAR
14 BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15 BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16 BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17 BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18 BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19 BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20 BAB 20 HARUS RISEGN
21 BAB 21 MERASA KESEPIAN
22 BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23 BAB 23 DITEKAN MERTUA
24 BAB 24 MULAI RESAH
25 BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26 BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27 BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28 BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29 BAB 29 MULAI LELAH
30 BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31 BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32 BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33 BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34 BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35 BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36 BAB 36 KECEWA LAGI
37 BAB 37 PULANG KE RUMAH
38 BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39 BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40 BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41 BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42 BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43 BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44 BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45 Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46 BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47 BAB 47POV AISYAH
48 BAB 48 HAMIL
49 BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50 BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51 BAB 51 POV AISYAH
52 BAB 52 POV AISYAH
53 BAB 53 POV AISYAH
54 BAB 54 POV AISYAH
55 BAB 55 POV AISYAH
56 BAB 56 POV AISYAH
57 BAB 57 POB AISYAH
58 BAB 51 POV AISYAH 05
59 BAB 52 POV AISYAH 06
60 BAB 53 POV AISYAH 07
61 BAB 54 POV AISYAH 08
62 BAB 55 POV AISYAH 09
63 BAB 56 POV AISYAH 10
64 BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65 BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66 TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67 INGIN MENYERAH
68 ADAM BERUBAH
69 MEMBANGKANG
70 BERTEMU AISYAH
71 MERASA IRI
72 TERLALU DIMANJA
73 MEMILIH MELEPASKAN
74 ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75 BERTEMU SAFIRA
76 PAPAH BARU
77 MULAI DIABAIKAN
78 PENASARAN DENGAN SAFIRA
79 TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80 SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81 INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82 MULAI MENGANGGAP CUCU
83 TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84 TIDAK PEDULI LAGI
85 ADAM KEMBALI
86 PINDAH KOTA
87 PERGI MENJAUH
88 Endang dipoligami
89 TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90 MEMBUAT KEKACAUAN
91 REZA MULAI STERS
92 MENINGGALKAN IBU
93 POV AISYAH
94 RASA TRAUMA SAFIRA
95 WALI NIKAH
96 UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97 SAH MENJADI ISTRI
98 POV REZA
99 MERASA KESEPIAN
100 KARMA ENDANG
101 AKHIR
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2
BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3
BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4
BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5
BAB 5 UJIAN RIDHO
6
BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7
BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8
BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9
BAB 9 GUGAT CERAI
10
BAB 10 PERDEBATAN
11
BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12
BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13
BAB 13 PISAH KAMAR
14
BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15
BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16
BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17
BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18
BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19
BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20
BAB 20 HARUS RISEGN
21
BAB 21 MERASA KESEPIAN
22
BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23
BAB 23 DITEKAN MERTUA
24
BAB 24 MULAI RESAH
25
BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26
BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27
BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28
BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29
BAB 29 MULAI LELAH
30
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31
BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32
BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33
BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34
BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35
BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36
BAB 36 KECEWA LAGI
37
BAB 37 PULANG KE RUMAH
38
BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39
BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40
BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41
BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42
BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43
BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44
BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45
Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46
BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47
BAB 47POV AISYAH
48
BAB 48 HAMIL
49
BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50
BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51
BAB 51 POV AISYAH
52
BAB 52 POV AISYAH
53
BAB 53 POV AISYAH
54
BAB 54 POV AISYAH
55
BAB 55 POV AISYAH
56
BAB 56 POV AISYAH
57
BAB 57 POB AISYAH
58
BAB 51 POV AISYAH 05
59
BAB 52 POV AISYAH 06
60
BAB 53 POV AISYAH 07
61
BAB 54 POV AISYAH 08
62
BAB 55 POV AISYAH 09
63
BAB 56 POV AISYAH 10
64
BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65
BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66
TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67
INGIN MENYERAH
68
ADAM BERUBAH
69
MEMBANGKANG
70
BERTEMU AISYAH
71
MERASA IRI
72
TERLALU DIMANJA
73
MEMILIH MELEPASKAN
74
ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75
BERTEMU SAFIRA
76
PAPAH BARU
77
MULAI DIABAIKAN
78
PENASARAN DENGAN SAFIRA
79
TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80
SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81
INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82
MULAI MENGANGGAP CUCU
83
TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84
TIDAK PEDULI LAGI
85
ADAM KEMBALI
86
PINDAH KOTA
87
PERGI MENJAUH
88
Endang dipoligami
89
TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90
MEMBUAT KEKACAUAN
91
REZA MULAI STERS
92
MENINGGALKAN IBU
93
POV AISYAH
94
RASA TRAUMA SAFIRA
95
WALI NIKAH
96
UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97
SAH MENJADI ISTRI
98
POV REZA
99
MERASA KESEPIAN
100
KARMA ENDANG
101
AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!