BAB 5 UJIAN RIDHO

Ibu menghela napas panjang, lalu menatap Aisyah dengan tatapan penuh makna.

"Aisyah," ucapnya lembut, tapi tegas. "Kamu tahu kan, jika seorang istri ridho saat suaminya berpoligami, maka Allah menjanjikan surga untuknya?"

Aku melihat Aisyah diam, wajahnya tetap tanpa ekspresi.

Ibu melanjutkan, suaranya semakin dalam seolah ingin menyadarkan Aisyah. "Perempuan yang ikhlas menerima takdir suaminya, yang tidak membantah dan tetap berbakti, akan mendapat pahala yang besar. Dunia ini hanya sementara, Nak. Yang kita kejar adalah kehidupan akhirat."

Aku menatap Aisyah, berharap kata-kata Ibu bisa sedikit meluluhkan hatinya.

Namun, yang kulihat hanyalah senyum tipis yang begitu asing di wajahnya.

“Ridho?” Aisyah mengulang kata itu dengan nada pelan, hampir seperti membatin.

Ibu mengangguk mantap. "Ya, ridho. Kalau kamu menerima ini dengan hati lapang, insya Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Kebahagiaan yang lebih besar di akhirat."

Aisyah menunduk sejenak, seakan berpikir. Kemudian, dia mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke arah Ibu.

“Saya mengerti, Bu,” katanya akhirnya. “Tapi, apakah ridho itu bisa dipaksakan?”

Ibu terdiam sejenak. “Tentu saja tidak, tapi—”

“Saya ingin ridho, Bu,” potong Aisyah dengan suara yang tetap lembut. “Saya ingin menjadi istri yang baik, menantu yang baik, dan seorang wanita yang bisa masuk surga seperti yang Ibu katakan. Tapi…”

Dia menghela napas, lalu tersenyum. Kali ini, senyum yang benar-benar mengandung kesedihan.

“Hati saya tidak bisa dibohongi, Bu. Saya bukan wanita suci yang bisa menerima semuanya dengan mudah. Saya hanya manusia biasa yang merasa sakit saat dikhianati.”

Aku merasa dadaku mencelos mendengar kata 'dikhianati'.

"Aisyah..." panggilku pelan.

Dia menoleh ke arahku, menatapku dengan mata yang begitu kosong.

"Maaf, aku tidak bisa memberikan ridho yang Ibu harapkan," lanjutnya. "Aku mungkin bisa tetap tinggal di rumah ini, tetap menjalankan tugasku sebagai istri dan ibu. Tapi jangan pernah berharap aku akan tersenyum dan berpura-pura bahagia atas pernikahan ini."

Ibu tampak terkejut dengan jawaban itu. Ayah menggelengkan kepala, jelas-jelas kecewa.

Sementara aku…

Aku mulai sadar bahwa keputusan yang kupikir hanya akan membawa kebahagiaan untukku, ternyata justru perlahan menghancurkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku.

Aisyah berdiri dari duduknya dengan tenang, merapikan ujung bajunya sebelum menatap Ibu.

Senyum tipis terukir di wajahnya, bukan senyum bahagia, tapi senyum yang penuh arti. Ada ketegasan di matanya, sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya.

“Ibu,” katanya lembut, tapi ada ketajaman dalam nada suaranya. “Ibu bilang kalau seorang istri ridho suaminya berpoligami, maka ganjarannya adalah surga, benar?”

Ibu mengangguk, meskipun ekspresinya tampak sedikit ragu dengan arah pembicaraan ini.

Aisyah tersenyum lebih lebar. “Kalau begitu, kenapa Ibu tidak memulai duluan?”

Aku bisa melihat bagaimana wajah Ibu menegang seketika. Ayah yang sejak tadi diam juga langsung menoleh, menatap Aisyah dengan kening berkerut.

“Apa maksudmu?” tanya Ibu, suaranya lebih rendah dari sebelumnya.

Aisyah tetap tersenyum, tapi aku tahu itu bukan senyum yang menyenangkan. “Ibu juga seorang istri, bukan? Kenapa Ibu tidak menyarankan Ayah untuk menikah lagi? Bukankah itu kesempatan bagi Ibu untuk mendapatkan surga lebih dulu?”

Ruangan mendadak sunyi.

Aku bisa melihat rahang Ayah sedikit mengencang, sementara Ibu tampak terkejut dan tidak langsung bisa menjawab.

Aisyah melanjutkan, “Atau… jangan-jangan, menerima poligami itu memang bukan perkara yang mudah? Jangan-jangan, meskipun seseorang sudah berbicara soal ridho dan surga, tetap saja hati tidak bisa dibohongi?”

Aku menelan ludah. Kata-kata Aisyah begitu tajam, menusuk ke tempat yang seharusnya tidak disentuh.

Ibu akhirnya bersuara, meskipun terdengar tidak sekuat tadi. “Itu… berbeda, Aisyah.”

“Berbeda bagaimana?” Aisyah menatapnya lurus. “Karena ini tidak terjadi pada Ibu, jadi lebih mudah bagi Ibu untuk menyuruh orang lain menerimanya?”

Ibu tampak kehilangan kata-kata.

Aisyah menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Terima kasih atas nasihatnya, Bu.”

Setelah itu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia membalikkan badan dan berjalan meninggalkan ruang tamu.

Aku hanya bisa duduk terpaku, sementara di hadapanku, Ibu tampak terdiam dengan wajah sulit dibaca.

Untuk pertama kalinya, aku merasa keputusan yang kupikir benar… ternyata mulai terasa seperti kesalahan besar.

Ibu menghela napas panjang, tapi aku bisa melihat bagaimana matanya menyala dengan ketidaksenangan. Wajahnya mulai memerah, dan tangannya yang bertumpu di pangkuan mengepal erat.

“Aku tidak menyangka kau bisa berkata seperti itu, Aisyah.” Suara Ibu terdengar sedikit bergetar, bukan karena sedih, tapi karena marah yang ditahan.

Aisyah, yang sudah hampir mencapai pintu, berhenti. Dia menoleh perlahan, masih dengan ekspresi yang tenang.

“Kau bukan istri yang baik,” lanjut Ibu. “Seharusnya kau mendukung suamimu, bukan malah bersikap seperti ini. Aku kira selama ini kau menantu yang baik, tapi ternyata aku salah menilaimu.”

Aku menegang di tempat dudukku.

Aisyah tetap diam, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara. Aku melihat bagaimana matanya berkedip pelan, seolah sedang menyerap setiap kata yang baru saja diucapkan Ibu.

Lalu, dia tersenyum. Senyum yang entah kenapa membuat dadaku semakin sesak.

“Selama lima belas tahun, saya sudah menjadi istri yang baik,” katanya lembut. “Menjadi menantu yang patuh. Menghormati Ibu dan Ayah. Saya selalu berusaha mengikuti apa yang keluarga ini inginkan.”

Ibu hanya menatapnya tajam, seakan menantikan kelanjutan kata-katanya.

“Tapi ternyata, itu semua tidak cukup.” Aisyah tersenyum pahit. “Karena bagi Ibu, menantu yang baik bukan hanya harus patuh. Dia juga harus rela berbagi suami. Harus bisa menekan perasaannya, harus menerima sakit tanpa boleh mengeluh.”

Aisyah menghela napas pelan, lalu mengangguk kecil. “Kalau begitu, maafkan saya, Bu. Mungkin saya memang bukan istri yang baik.”

Setelah itu, dia benar-benar pergi meninggalkan ruangan.

Hening.

Aku menatap Ibu, yang masih terdiam dengan ekspresi sulit ditebak. Ayah hanya menghela napas berat dan bersedekap, seolah enggan ikut campur dalam pertengkaran ini.

Sementara aku…

Aku semakin sadar bahwa aku telah kehilangan sesuatu yang berharga, dan yang lebih buruknya lagi—aku mungkin tidak akan bisa mendapatkannya kembali.

...****************...

Pagi itu, saat aku turun ke ruang makan, pemandangan yang biasa menyambutku terasa berbeda.

Aisyah dan anak-anak sudah duduk di meja makan, menikmati sarapan mereka seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang aneh—tidak ada aroma nasi goreng yang biasa tercium setiap pagi. Mataku langsung tertuju ke meja makan, memastikan apakah aku hanya tidak melihatnya.

Ternyata tidak ada.

Aku duduk di kursiku, mencoba berpikir positif. Mungkin Aisyah lupa, atau mungkin dia memasaknya sedikit terlambat hari ini. Aku menoleh ke arahnya yang sedang menyuapi anak bungsu kami.

“Aisyah,” panggilku pelan. “Nasi gorengnya mana?”

Aisyah tidak langsung menjawab. Dia hanya melanjutkan kegiatannya dengan tenang, seolah tidak mendengar pertanyaanku.

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

mampus please ya ibu mertua ngak usah ngajarin arti ridho sm aisyah coba dl sm ibu ridho ngak klo suami berkhianat dan mau poligami ngomong emang mudah tapi melakukan tindakan nyata itu yg sulit kecuali klo ibu sdh lbh dulu mengalami dan menjalani ridho ini😆😆😆😆🤪🤪🤪🤪

2025-02-21

0

Kamiem sag

Kamiem sag

kalo mau poligamu itu jangan didahului dgn selingkuh

2025-03-31

0

martina melati

martina melati

ini sama seperti bermain air basah, bermain api terbakar

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2 BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3 BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4 BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5 BAB 5 UJIAN RIDHO
6 BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7 BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8 BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9 BAB 9 GUGAT CERAI
10 BAB 10 PERDEBATAN
11 BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12 BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13 BAB 13 PISAH KAMAR
14 BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15 BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16 BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17 BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18 BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19 BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20 BAB 20 HARUS RISEGN
21 BAB 21 MERASA KESEPIAN
22 BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23 BAB 23 DITEKAN MERTUA
24 BAB 24 MULAI RESAH
25 BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26 BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27 BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28 BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29 BAB 29 MULAI LELAH
30 BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31 BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32 BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33 BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34 BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35 BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36 BAB 36 KECEWA LAGI
37 BAB 37 PULANG KE RUMAH
38 BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39 BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40 BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41 BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42 BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43 BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44 BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45 Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46 BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47 BAB 47POV AISYAH
48 BAB 48 HAMIL
49 BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50 BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51 BAB 51 POV AISYAH
52 BAB 52 POV AISYAH
53 BAB 53 POV AISYAH
54 BAB 54 POV AISYAH
55 BAB 55 POV AISYAH
56 BAB 56 POV AISYAH
57 BAB 57 POB AISYAH
58 BAB 51 POV AISYAH 05
59 BAB 52 POV AISYAH 06
60 BAB 53 POV AISYAH 07
61 BAB 54 POV AISYAH 08
62 BAB 55 POV AISYAH 09
63 BAB 56 POV AISYAH 10
64 BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65 BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66 TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67 INGIN MENYERAH
68 ADAM BERUBAH
69 MEMBANGKANG
70 BERTEMU AISYAH
71 MERASA IRI
72 TERLALU DIMANJA
73 MEMILIH MELEPASKAN
74 ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75 BERTEMU SAFIRA
76 PAPAH BARU
77 MULAI DIABAIKAN
78 PENASARAN DENGAN SAFIRA
79 TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80 SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81 INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82 MULAI MENGANGGAP CUCU
83 TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84 TIDAK PEDULI LAGI
85 ADAM KEMBALI
86 PINDAH KOTA
87 PERGI MENJAUH
88 Endang dipoligami
89 TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90 MEMBUAT KEKACAUAN
91 REZA MULAI STERS
92 MENINGGALKAN IBU
93 POV AISYAH
94 RASA TRAUMA SAFIRA
95 WALI NIKAH
96 UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97 SAH MENJADI ISTRI
98 POV REZA
99 MERASA KESEPIAN
100 KARMA ENDANG
101 AKHIR
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 MEMINTA IZIN MENIKAH LAGI
2
BAB 2 DOSA YANG DISEMBUNYIKAN
3
BAB 3 DESAKAN SEMAKIN KUAT
4
BAB 4 KEMBALINYA AISYAH, TAPI BUKAN YANG SAMA
5
BAB 5 UJIAN RIDHO
6
BAB 6 TIDAK ADA CINTA
7
BAB 7 TANDA TANGAN IZIN MENIKAH
8
BAB 8 SEMAKIN DINGIN
9
BAB 9 GUGAT CERAI
10
BAB 10 PERDEBATAN
11
BAB 11 MENCOBA MENAHAN
12
BAB 12 TUNGGU MASA IDDAH SELESAI
13
BAB 13 PISAH KAMAR
14
BAB 14 TERLALU MENUNTUT
15
BAB 15 LARAS PLIN PLAN
16
BAB 16 KEKECEWAAN SEORANG ANAK PEREMPUAN
17
BAB 17 LARAS TINGGAL BERSAMA
18
BAB 18 TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI AISYAH
19
BAB 19 HARUS MENJADI ISTRI YANG PATUH
20
BAB 20 HARUS RISEGN
21
BAB 21 MERASA KESEPIAN
22
BAB 22 HARUS MENJADI SEORANG ISTRI
23
BAB 23 DITEKAN MERTUA
24
BAB 24 MULAI RESAH
25
BAB 25 AISYAH SERING KELUAR
26
BAB 26 MASA IDDAH SELESAI
27
BAB 27 TERLALU BANYAK ATURAN
28
BAB 28 LARAS MENJASI STERS
29
BAB 29 MULAI LELAH
30
BAB 30 SINDROM 1000 WAJAH
31
BAB 31 MENERIMA KENYATAAN
32
BAB 32 TIDAK MAU MENERIMA TAKDIR
33
BAB 33 APAKAH ITU ANAK REZA?
34
BAB 34 TIDAK MAU MENERIMA CUCU
35
BAB 35 TITIP KE PANTI ASUHAN
36
BAB 36 KECEWA LAGI
37
BAB 37 PULANG KE RUMAH
38
BAB 38 PERGI MENEMUI AISYAH
39
BAB 39 TAK MENDAPAT IZIN BERTEMU
40
BAB 40 PEKERJAAN SEMAKIN BERANTAKAN
41
BAB 41 MASALAH TERUS DATANG
42
BAB 42 MEMBUAT KERICUHAN
43
BAB 43 MENGINCAR HARTA WARISAN
44
BAB 44 BISNIS MULAI HANCUR
45
Bab 45 GENG SOSALITA ENDANG
46
BAB 46 PERSETERUAN MANTU DAN MERTUA
47
BAB 47POV AISYAH
48
BAB 48 HAMIL
49
BAB 49 PULANG KE RUMAH ORANGTUA
50
BAB 50 MENGALAMI TEKANAN EMOSIONAL
51
BAB 51 POV AISYAH
52
BAB 52 POV AISYAH
53
BAB 53 POV AISYAH
54
BAB 54 POV AISYAH
55
BAB 55 POV AISYAH
56
BAB 56 POV AISYAH
57
BAB 57 POB AISYAH
58
BAB 51 POV AISYAH 05
59
BAB 52 POV AISYAH 06
60
BAB 53 POV AISYAH 07
61
BAB 54 POV AISYAH 08
62
BAB 55 POV AISYAH 09
63
BAB 56 POV AISYAH 10
64
BAB 57 IKUT CAMPUR URUS ANAK 05
65
BAB 58 PENYESALAN MEMPUNYAI ANAK LAKI-LAKI 06
66
TERLALU DALAM URUSAN ANAK
67
INGIN MENYERAH
68
ADAM BERUBAH
69
MEMBANGKANG
70
BERTEMU AISYAH
71
MERASA IRI
72
TERLALU DIMANJA
73
MEMILIH MELEPASKAN
74
ADAM MASUK RUMAH SAKIT
75
BERTEMU SAFIRA
76
PAPAH BARU
77
MULAI DIABAIKAN
78
PENASARAN DENGAN SAFIRA
79
TIDAK ADA REZA DI HATI SAFIRA
80
SAFIRA ENGGAN BERTEMU AYAHNYA
81
INGIN MENGEMBALIKAN ADAM
82
MULAI MENGANGGAP CUCU
83
TIDAK MAU MENGAKUI SEBAGAI NENEK
84
TIDAK PEDULI LAGI
85
ADAM KEMBALI
86
PINDAH KOTA
87
PERGI MENJAUH
88
Endang dipoligami
89
TIDAK ADA YANG BERPIHAK
90
MEMBUAT KEKACAUAN
91
REZA MULAI STERS
92
MENINGGALKAN IBU
93
POV AISYAH
94
RASA TRAUMA SAFIRA
95
WALI NIKAH
96
UNGKAPAN RASA KECEWA SAFIRA
97
SAH MENJADI ISTRI
98
POV REZA
99
MERASA KESEPIAN
100
KARMA ENDANG
101
AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!