Menyingkap Tabir

Mela menggedor rumah petakan di hadapannya dengan keras sambil melihat sekeliling. Lokasinya berada di pemukiman yang tidak terlalu padat dan di pinggir jalan raya. Tiap rumah petak ini dihalangi tembok pembatas yang cukup tinggi dan pagar depannya langsung ke pinggir jalan. Jadi privasinya sangat terjaga. Dilihat pun bangunanannya sangat bagus dan sepertinya belum lama.

"Sabar" ucap suara dari dalam dan Mela mendengar suara langkah lalu bunyi kunci yang dibuka.

"lama banget" ucap Mela sambil masuk begitu pintu terbuka. Hardian mengambil alih kantong belanjaan yang tergelatak di depan pintu. Membawanya ke dalam dan membongkarnya di lantai.

Mela masih berdiri meneliti isi kontrakan adiknya tersebut. Lumayan bersih. Dilihatnya tangga menuju mezanin yang dijadikan kamar. Di bawah hanya ada ruang terbuka yang dijadikan ruang tamu merangkap ruang makan dan dapur kecil, kamar mandi yang berada tepat di sebelah pintu masuk, dan masih menyisakan area terbuka di belakang sepanjang kamar tersebut meski lebarnya mungkin hanya satu meter. Mela melihat ada jemuran di area tersbut.

"Kenapa pindah?" tanya Mela melihat meja yang dijadikan kitchenset tempat kompor listrik dan wastafel berada, sementara adiknya menata belanjaan ke dalam tempat penyimpanan dan kulkas.

"Bosan di Bandung dan biar lebih deket, gue juga pengen sering ketemu Ibu" jawab Hardian.

Mela duduk di kursi kayu dan menaruh tas dan laptopnya di meja makan. Satu-satunya furnitur yang ada di ruangan tersebut selain dua buah kursi dan alat masak.

"lo gak mau ketemu Ayah" Tanya Mela lagi

"Najis.. Gue hampir mati gara-gara dia. Biarkan saja dia membusuk di penjara" Ujar Hardian Berapi-api.

"Sebulan lagi dia bebas bersyarat. Katanya mau balik kampung. Mau berkebun. Gue bilang bagus, tapi Ibu tetap sama gue karena masih harus berobat. Semoga saja dia betah " ujar Mela dan langsung meminum jus botolan yang disodorkan adiknya .

Hardian tak merespon ucapan Mela. Alih-alih dia membuka laptopnya lalu mengambil kursi lalu duduk di hadapan Mela. Meja yang tidak terlalu panjang memang tidak memungkinkan mereka duduk bersisian.

"Lo harus lihat apa yang gue temukan. Gue sudah compile semuanya tinggal kirim ke email lo seperti biasa. Jangan lupa jatah bulan ini transfer " ucap Hardian sambil mengarahkan laptopnya untuk dilihat kakaknya.

"Gila dapat darimana lo? Ujar Mela takjub sambil meneliti satu persatu apa yang tersaji dalam folder di laptop adiknya.

"Kebetulan temen gue abangnya yang pegang proyek itu, dan gue bantu kerjain. Sebenernya gue iseng saja. Tapi siapa tahu pas gue gue cari malah ketemu cluenya. Langsung gue babat dan gue kembangin "

" Good, bisa gak ini jangan lo taruh gini aja di laptop. Kalau amit-amit hilang takutnya ada yang bisa akses" ujar Mela antisipatif.

" Gampang gue taruh cloude berpassword dan simpen di sini" ucap Hardian menunjukan sebuh flash disk berwarna merah.

"Sebisa mungkin email yang kita pakai kiriman-kiriman ini jangan disetting di ponsel. selama lo inget passwordnya kan bisa dibuka dan akses dimana saja" saran Hardian dan diiyakan Mela.

Mereka berdua lalu sibuk melakukan apa yang barusan mereka bicarakan. Mela tak mau lengah dan membuang waktu. Tak ada jaminan Lina bardi tidak akan menghubungi dan mengejarnya. Lalu Mela juga tahu jam tangan yang diberikan Hanif ini jekas ditanami gps yang membuat mereka bisa melacak kemana dia pergi. Beberapa kali Mela terpaksa meninggalkan jam dan bahkan ponsel lamanya karena harus pergi ke beberapa tempat tanpa ingin diketahui. Dan bisanya akan dia lakukan di waktu malam selepas jam 7, dimana biasanya itu adalah jam dia pasti ada di rumah. Selebihnya dia tak merasa perlu melepasnya. Biar saja mereka memantaunya, dirinya masih bisa mengakalinya.

**

" Bos, dia sejak dua jam lalu berada di wilayah Depok. Perlu kita cari tahu? Ujar Firzan pada Hanif begitu selesai makan malam yang kemalaman karena Hanif sibuk.

"Apa mencurigakan?" tanya Hanif memastikan. Dia tidak terlalu memusingkan gadis itu sebenernya. Hanya saja dia harus tetap waspada karena pernah terlibat. Mengingat sepertinya dia cukup berani dan kadang sukar diprediksi Hanif akhirnya membiarkan Firzan terus memantaunya.

" Dia kalau malam lebih sering di rumah, jarang keluar selain makan, supermarket atau di lapangan, mungkin olahraga. Tapi ini sudah cukup lama di lokasi yang sepertinya rumah tinggal. Dan mengingat pernah kecolongan pergi ke tempat mas Gareng tanpa ketahuan, bisa jadi ini bukan yang pertama kali. Sepertinya setiap ke tempat mas Gareng dia selalu melepas jam tangannya di rumah, bahkan mungkin di tinggal ponselnya. Curiga dia memiliki ponsel lain setelah waktu itu bos." ucap Firzan panjang lebar menerangkan.

"Oke, tapi tak perlu buru-buru. Dia tak ada urusan langsung dengan kita. Dan ini hanya preventif, jangan terlalu agresif" " perintah Hanif lalu beranjak pergi ke atas.

Sementara Firzan meskipun Hanif mengatakan tak perlu buru-buru tetap segera meminta salah satu anak buahnya yang juga alumni pondok untuk mencari tahu segera. Dia tak percaya orang yang bisa bermain di dua kaki begitu saja. Meskipun bilang ketakutan dengan menghubungi Hanif tetap saja dia ambil itu uang dari Lina. Ya memang siapa tak mau uang, apalagi dalam jumlah besar dan butuh. Sikapnya yang menemui Hanif itu justru yang membuat Firzan mode waspada. Bisa saja besok dia berkhianat. Meskipun sampai detik ini belum terbukti dan tahu dia sama sekali tak menggubris tawaran Lina setelahnya. Malah orang yang mereka kira tak mungkinlah yang tanpa bujukan bersedia jadi kaki tangan Lina.

****

Sementara itu jauh di kota Muscat, Oman sepasang suami istri bermain dan menanggapi ocehan bayi mereka yang sudah berusia setahun lebih. Belum ada kata yang jelas keluar selain pah. Ibunya sampai iri. Tapi si bayi sudah bisa berjalan beberapa langkah tanpa pegangan. Dan seperti saat ini dia asyik berjalan lalu terjatuh, kemudian mencoba berdiri dan berjalan berpegangan pada benda sekitarnya lalu mencoba berjalan lagi tanpa bantuan diiringi tepuk tangan dan teriakan penyemangat dari kedua orang tuanya.

Setelah letih belajar berjalan akhirnya dia kecapean dan mendekati ibunya minta asi. Dengan sigap digendongnya bayi cantik terebut dan di bawa duduk di kursi santai untuk diberi asi. Suaminya dengan telaten membersihkan box tempat anak mereka tidur. Dikeluarkannya beberapa boneka hewan yang berserakan di atas kasurnya dan hanya disisakan boneka landak yang saat ini jadi favorit anaknya. Hanya butuh kurang dari sepuluh menit si anak lepas asi dan mulai mengantuk. Dipukpuknya punggungnya sampai sendawa lalu dibawa ke boxnya untuk ditaruh dengan pelan. Selimut mini warna kuning bergambar Landak favoritnya hanya dipegangnya. Karena si bayi sudah menggunakan sleep sack.

Kedua suami istri tersebut berjalan ke luar kamar setelah bayinya nyenyak. Merka berjalan keluar ruangan menuju ruang keluarga. Saat si istri duduk di sofa si suami menyuruhnya untuk menonton televisi dan menunggunya kembali. 5 menit kemudia suaminya kembaki membawa secangkir cokelat panas kesukaan istrinya.

Sambil menunggu cokelatnya tidak terlalu panas untuk diminum mereka mengobrol banyak hal. Tentang burung yang selalu bertengger di jendela apartemen mereka tiap hari dan membuat anaknya terhibur. Atau tentang pertemuannya dengan seorang nenek yang mengatakan bayi mereka sangat cantik dan tentang makanan Indonesia yang ingin mereka makan supaya si istri bisa mencoba membuatnya jika susah didapat di resto Asia atau Indonesia. Sungguh gambaran keluarga kecil yang bahagia. Tak satupun yang tahu bahwa anak mereka merupakan bayi yang saat ini keberadaannya dicari beberapa pihak.

Episodes
1 Kebakaran
2 keluarga Bardi
3 pemakaman
4 Pertemuan
5 Buka waris
6 perselisihan
7 Pertarungan underground
8 Pertarungan Underground II
9 Informan
10 Pewaris Rahasia?
11 Mencari Ayumi
12 Masih mencari Ayumi
13 Menyingkap Tabir
14 Kebocoran informasi
15 penyekapan
16 Persilangan
17 Kotak perhiasan
18 Kado untuk Halima
19 Gosip
20 Mata-mata
21 Pengintaian
22 Pertemuan
23 Rencana perjodohan
24 Penyelidikan
25 Tabir Mela
26 Misi dimulai
27 Permainan Karin
28 Pesona Karin
29 Siapa Nani
30 Mencari sekutu
31 Berbagi rahasia
32 Pemegang rahasia
33 Rencana keluarga Bardi
34 Siapa Ayumi
35 Bertemu Ayumi
36 Menemukan Ayumi
37 Membuka Tabir Ayumi
38 Laporan Bi Inah
39 Pernikahan Adnan dan Julia
40 Double Job
41 Mencari Julia Hanami
42 Julia Hanami Sasmita
43 Pertalian
44 Hadi
45 Membawa Mela
46 Relasi yang terkuak
47 Dibalik pernikahan Hana-Daud
48 Rencana Pengambil Alihan Aset
49 Rencana Karim
50 Dibalik perceraian Hana II
51 Rahasia Daud
52 Dibalik kehamilan Hana
53 Daud kalah langkah
54 Kekalahan Daud
55 Targeting Hanif
56 Rahasia Karin
57 Misi yang terbongkar
58 Pesan rahasia untuk Karin
59 Reaksi cctv bocor
60 Pertemuan dan Peringatan Hadi untuk Nani
61 Fling
62 Pertemuan Hadi dan Hanif
63 Peringatan Hadi
64 Kepindahan Siska dan Ibunya
65 Pembatalan
66 Rahasia Daud terbongkar
67 Rahasia yang tersebar
68 Taktik
69 penjualan saham
70 Pengambil alihan saham
71 Kejutan dari Rania
72 Lobi meja makan
73 Daud korupsi
74 Perebutan Saham
75 Bardi Kehilangan kesemoatan
76 Gebrakan Arsyad dan Lina
77 Pembersihan
78 Perang media dimulai
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Kebakaran
2
keluarga Bardi
3
pemakaman
4
Pertemuan
5
Buka waris
6
perselisihan
7
Pertarungan underground
8
Pertarungan Underground II
9
Informan
10
Pewaris Rahasia?
11
Mencari Ayumi
12
Masih mencari Ayumi
13
Menyingkap Tabir
14
Kebocoran informasi
15
penyekapan
16
Persilangan
17
Kotak perhiasan
18
Kado untuk Halima
19
Gosip
20
Mata-mata
21
Pengintaian
22
Pertemuan
23
Rencana perjodohan
24
Penyelidikan
25
Tabir Mela
26
Misi dimulai
27
Permainan Karin
28
Pesona Karin
29
Siapa Nani
30
Mencari sekutu
31
Berbagi rahasia
32
Pemegang rahasia
33
Rencana keluarga Bardi
34
Siapa Ayumi
35
Bertemu Ayumi
36
Menemukan Ayumi
37
Membuka Tabir Ayumi
38
Laporan Bi Inah
39
Pernikahan Adnan dan Julia
40
Double Job
41
Mencari Julia Hanami
42
Julia Hanami Sasmita
43
Pertalian
44
Hadi
45
Membawa Mela
46
Relasi yang terkuak
47
Dibalik pernikahan Hana-Daud
48
Rencana Pengambil Alihan Aset
49
Rencana Karim
50
Dibalik perceraian Hana II
51
Rahasia Daud
52
Dibalik kehamilan Hana
53
Daud kalah langkah
54
Kekalahan Daud
55
Targeting Hanif
56
Rahasia Karin
57
Misi yang terbongkar
58
Pesan rahasia untuk Karin
59
Reaksi cctv bocor
60
Pertemuan dan Peringatan Hadi untuk Nani
61
Fling
62
Pertemuan Hadi dan Hanif
63
Peringatan Hadi
64
Kepindahan Siska dan Ibunya
65
Pembatalan
66
Rahasia Daud terbongkar
67
Rahasia yang tersebar
68
Taktik
69
penjualan saham
70
Pengambil alihan saham
71
Kejutan dari Rania
72
Lobi meja makan
73
Daud korupsi
74
Perebutan Saham
75
Bardi Kehilangan kesemoatan
76
Gebrakan Arsyad dan Lina
77
Pembersihan
78
Perang media dimulai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!