"Nyonya Halima seharusnya jadi artis" ucap Firzan begitu mobil keluar dari pekarangan rumah Saleh dan Halima. Hanif tak menggubrisnya.
"Mo, selama disana tadi ada yang perlu kita tahu?" tanya Hanif yang meminta Domo untuk bergabung dengan para sopir tamu lainnya dan makan di area khusus yang disediakan untuk mereka.
"Sepertinya tak ada bos" ucap Domo sambil terlihat mengingat.
"Ah, paling kamu makan terus Mo" ucap Firzan mengejek
"yo jelas to.. Makanan enak banyak kok didiemin. Rugi" ucap Domo dengan nada dramatis.
Hanif hanya menyimak pembicaraan mereka sambil membuka ponselnya dan berkirim kabar dengan Malik, kawannya yang sekarang bermukim di Oman.
Foto bayi cantik yang berusia dua tahun dengan muka cemong cokelat membuatnya tersenyum. Hatinya hangat sekaligus sakit melihatnya. Tapi semua ada saatnya, dia harus bersabar.
Cekiit.......
Tiba-tiba saja Domo berhenti mendadak membuat ban mobil berdecit dan semua penumpang kaget. Hanif meringis kepalanya terantuk, sementara Firzan langsung marah-marah dan memaki Domo.
Tapi Domo seperti tak peduli dengan mereka. Dia menatap tajam pada pengemudi motor yang membuatnya berhenti mendadak karena motor tersebut hampir menabrak seorang gelandangan yang mau menyebrang bersama anaknya. Domo berniat membuka pintu mobil untuk menolong gelandangan tersebut, tapi batal saat melihat si pengendara motor turun dan membuka penutup helm full facenya.
Domi membiarkan Firzan marah-marah sampai pengendara motor kembali berjalan dan si gelandangan tadi sudah disebrang. Setelah itu barulah dia melihat ke arah Firzan dan menengok Hanif di belakang yang memelototinya. Melihat keduanya baik-baik saja Domo nyengir lalu melajukan kembali mobilnya.
"Wuong edan.." umpat Firzan kesal tapi tak dipedulikan Domo
"Bos yang naik motor itu kayak salah satu pelayan di rumah tadi" ujar Domo
Hanif dan Firza awalnya menatap kesal mendengar ucapan Domo, sebelum Domo menambahkan informasi
"Tapi dia sama sekali gak berbaur apa ngobrol dengan yang lain. cuma bawa minuman terus mondar-mandir gak jelas kayak lagi cari apa gitu"
"Kejar Mo, catat Nopolnya Fir" ujar Hanif mengikuti instingnya
"Yo ini lagi bos, tuh berapa puluh meter di depan" sahut Domo
Hanif mencoba melihat ke arah depan sementara Firzan mengeluarkan ponsel bersiap memotretnya.
"Dapat,"ucap Firzan tepat di lampu merah yang membuatnya bisa memotret dengan mudah. Jarak mobil dengan motor hanya terhalang 2 motor lain. Tak salah memilih Domo sebagai driver ."Cari arah lain yang beda" ucap Hanif diiyakan Domo
Setelah pertigaan Domo mengambil alur berbeda dengan motor meskipun seharusnya menuju arah yang sama.
"Kamu curiga sama dia Mo?" tanya Firzan
"Yo gimana , dia cuma mondar-mandir kesenggol orang juga cuma ngelirik terus jalan lagi. Bantuin juga gak. pas aku ke toilet papasan sama dia, aku lihat pegang kunci tapi ada toolkit pisau lipat di gantungannya, Itu yang buat kayak camping gitu, gak cuma satu, dua. Jadi inget. Mana disapa juga gak jawab" ujar Domo
"Wah katamu tadi ga ada yang perlu dicurigai" Firzan mengejek Domo
"Yo kalau gak lihat tadi dia naik motor, gak aneh. Tapi ini kan pesta belum selesai. Masa dia pulang" ucap Domo bisa dimengerti.
"Kamu ingat mukanya Mo?" tanya Hanif
"Yo inget banget bos"
"Cek cctv Fir, sepertinya kita haru waspda" ucap Hanif.
"Siap bos" jawab Girzan dan langsung membuka tablet yang dia bawa.
Saat ini tak ada yang harus diwaspadai. Tapi apa yang diceritakan Domo perlu diperhatikan. Domo paling gampang kasihan dan gak tegaan, tapi paling sumbu pendek dan paling cepat menganalisa situasi. Hadil dari pengalamannya sering berantem.
*****
Nani sedang menunggu pesanan ayam bakarnya datang saat Karin duduk di kursi sebelahnya.
"Duduk sini ya" ujar Karin lebih ke pemberitahuan daripada izin. Nani diam saja.
"udah pesen makan?" tanya Karin melihat Nani hanya diam
"Sudah, kamu gak pesen?" tanya Nani lagi
"Sudah. Ayam bakar" jawab Karin
"Wah sama" jawab Nani dan disambut tawa renyah Karin.
."Banyak amat selera kita yang sama" ujar Karin "Semoga gak suka cowok yang sama" tambahnya diakhiri tawa
Nani sebenarnya tidak ingin tertawa tapi memaksakan tertawa demi kesopanan. Karin dan dirinya masuk kantor ini hampir bersamaan, lebih dulu Karin sebetulnya tapi tak jauh beda. Sama-sama di divisi sales& marketing, bedanya Nani adalah admin support sementara Karin sales.
Beberapa hari ini Karin sering kali tanpa sengaja bertemu dengan Nani. Saat makan siang, di toilet, bahkan saat belanja kebutuhan sehari-hari yang tak jauh dari kos dan kantornya. Tapi entah kenapa Nani merasa Karin sengaja.
"Kamu suka cowok tipe apa?" tanya Karin
Nani benar-benar malas menjawab tapi tetep tersenyum samar dan menjawab singkat " Gak ada tipe, yang penting single, kerja, seagama "
"Wah kamu orangnya simple" ucap Karin mendengar jawaban Nani " kalau aku suka yang tinggi, dress well, wangi, ganteng, pinter dan kaya" ucapnya
"Bagus, semoga kamu cepet dapat pacar yang sesuai kriteria" ucap Nani
"hihi sebetulnya aku sudah punya calon tapi gak tahu deh kayaknya susah dapetin dia" ujar Karin mendadak sendu
Nani berniat memberi semangat tapi pesanan mereka datang, jadi dia menunda ucapannya. Dan sebelum dia berkata, Karin sudah melanjutkan ucapannya
"Pak Hanif kayaknya gak mungkin ya melirikku" ujar Karin lesu.
Nani kaget mendengarnya, tapi mencoba untuk tak bereaksi berlebihan
"Ya..kamu cantik, mungkin karena Pak Hanif tidak begitu kenal kita saja, jadi kamu belum dilihatnya. Tapi siapa tahu, kamu cantik. Semangat" ujar Nani mebesarkan hati Karin
"Ahh thanks, tapi gimana caranya ya biar aku bisa dipanggil ke ruangannya kayak kamu" ucap Karin membuat Nani kaget. Tapi saat Nani melihatnya Karin sama sekali tak melihatnya dan sibuk menyuwiri ayamnya.
Akhirnya Nani memilih diam. Terus terang saja dia tidak suka, kecurigaannya ternyata benar. Karin tiba-tiba akrab dengan dirinya karena ada mau. Karin juga tak bertanya lagi dan sibuk dengan makan siangnya. Yang tak Nani lihat, Karin tersenyum sinis sambil melirik Nani dengan ujung matanya.
****
Nani menghabis waktu kerjanya dengan mengerjakan semua dokumen yang harus diselesaikannya. 5 menit menjelang jam pulang dia sudah rapi dan siap pergi, tinggal matikan komputer. Dilihatnya mbak Endah yang baru pulang dan masuk ke ruangannya dan duduk di meja sebelah Nani.
"Siap-siap pulang ya Nan" tanya mbak Endah ramah meski terlihat lelah
" Iya mbak, kenapa balik kantor lagi mbak, kan sudah jam pulang" tanya Nani karena tahu anak sales dan marketing punya keleluasan soal absen pulang
"Hah mau lembur bikin offering Nan, sekalian aku bisa minta data sales Pt. Amarta? Masih nyala kan komputer?" jawab Mbak Endah
" Masih mbak, aku kirim email saja atau print?" tanya Nani tak mungkin menolak. Kalaupun harus menambah beberapa menit kerja dia tak keberatan. Mbak Endah sangat baik dan salah satu yang mementorinya saat awal masuk.
"email sajalah, print lama dan buang-buang kertas, pasti banyak" jawab mbak Endah
"oke mbak" Nani langsung cekatan membuka komputernya kembali dan melakukan permintaan mbak Endah
" dari tahun berapa mbak?"
"Dua tahun saja Nan" jawab mbak Endah. Yang langsung dikerjakan Nani.
Tengah Nani mengerjakan permintaan mbak Endah tiba-tiba Salim, ob kantor Msuk dan membawa satu plastik makanan.
"makasih Lim, nih buat jajan" ucap mbak Endah memberikan selembar 20ribu kepada Salim.
"Nan jangan pulang dulu, nih risol langganan anak-anak. Enak banget ini" ujar mbak Endah.
Nani melihatnya dan nampak menggiurkan melihat risol gemoy dan saus kacangnya.
"Oke mbak, sudah kukirim email ya. Cek" jawab Nani lalu kali ini bener-benar mematikan komputernya Diambilnya tissue dari meja lalu mendatangi meja mbak Endah mengambil satu risol membagi dua risolnya untuk dicelupkan ke dalam saus kacang dan baru dimakannya.
" Enak mbak" kata Nani setelah gigitan Pertama
"Ya kan" ucap mbak Endah
"Udah masuk Nan" kata mbak Endah yang memang sedang cek email
"Makasih ya, kamu masih sama ternyata, gak susah dimintai tolong mepet begini"
Jawaban mbak Endah membuat Nani merasa aneh.
"Memang kenapa mbak? Apa aku berubah? Menyebalkan? Duh maaf mbak kalau kadang kurang gercep, masih belajar. Masih banyak yang belum bisa cepat kerjain. Atau aku banyak lupa gak kerjain permintan anak-anak ya mbak?"Tanya Nani panik.
Endah melihat Nani lalu menghela nafas. " Sudah kukira kamu gak sadar" ucap Endah geleng-geleng kepala
"Kamu tahu gak Nan, kalau kamu digosipkan masuk kesini karena kamu dibawa Pak Firzan, asisten Pak Hanif. Bahkan ada gosip kamu jadi simpenan pak Hanif sampai di Belikan barang branded. Kamu juga jadi susah dimintain tolong jadinya katanya. Sering nunda"
Nani langsung kaget dan melotot mendengar ucapan Endah. Darimana isu ini berasal. Dibelikan barang branded.? Semua barang bagus dan brandednya dikasih Bu Hana dulu. Orang gila.
"Dah gak usah dipikir Nan, tar hilang sendiri gosipnya m yang penting kamu yang bener kerjanya" ucap Endah menenangkan Nani
Nani yang kesal mendengus, lalu menghabiskan risolnya. Membersihkan tangannya dengan tissue lalu pake hand sanitizer karena malas ke toilet
" Mbak tahu gak, aku itu masuk ikutan seleksi. Aku juga tidak kenal Pak Hanif. Tapi mamang dan bibiku memang pernah kerja dengan bu Hana jadi mereka kenal. Aku juga kenal bu Hana karena cukup sering dikasih kerjaan buat tambahan uang saku, tapi gak kenal dan belum pernah ketemu Pak Hanif sampai aku masuk sini. Beberapa waktu lalu aku memang minta tolong Pak Firzan untuk mengembalikan barang bu Hana yang masih di aku, tapi Pak Firzan minta aku kasih langsung pak Hanif. Makanya aku masuk ruangannya. Setelah itu boro-boro ketemu, dianya saja sibuk gak pernah ke lantai kita. Gak masalah sih aku digosipin. Tapi bagaimana kalau pak Hanif denger dan dia cari tahu. Gak takut apa itu orang. Heran" ucap Nani panjang lebar menjelaskan dengan kesal. Entah kenapa dia sepertinya bisa menebak siapa penyebar gosip. Pertanyaannya darimana dia tahu. Beda lantai dan di lantai Hanif cuma direksi dan sekretaris serta asisten mereka. Mencurigakan.
Sementara Endah manggut-manggut saja mendengar ucapan Nani. Sebenernya dia juga gak terlalu peduli, toh Nani kerja nya bagus.Tak ada masalah juga.
"Ya sudah Nan, namanya gosip. Cuekin aja" ujar Endah akhirnya
Tapi Nani tak bisa diam. Ada lebih dari sekedar gosip yang singgah di kepalanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments