Pertarungan underground

Empat bulan berlalu sejak wasiat Hana dibacakan. Perlahan kehidupan kembali ke ritme semula. Proses pengalihan aset secara legal bagi masing-masing ahli waris terlaksana dengan lancar. Tanah yang bernilai ratusan Milyar terjual dan langsung dikelola yayasan untuk keberlangsungan operasional jangka panjang mereka. Belum dilakukan pengelolaan untuk diinvestasikan ke dalam instrumen apapun selain memperbesar sektor usaha real mereka. Minimarket. Sekarang mungkin layak disejajarkan sebagai supermarket melihat pembangun tambahan yang sekarang dilakukan di bagian belakang kedua minimarket. Keluarga Hana berharap semakin besar dan lengkap usaha mereka maka semakin banyak tenaga kerja yang bisa diserap yang berasal dari lingkungan sekitar. Dengan begitu sesuai cita-cita almarhum Julia bahwa minimarket itu bukan sekedar untuk membiayai yayasan supaya tidak bergantung pada donatur, tapi juga memberi manfaat bagi sekitar.

Di sisi lain, Hanif sudah memastikan semua uang cash, perhiasan dan surat-surat berharga lainnya termasuk saham beralih kepemilikan secara sah menjadi miliknya. Meskipun tidak ada aset yang diberikan untuknya, nilai semua yang diwarisinya dari Hana bernilai ratusan milyar juga. Hal ini betul-betul membuat semua keluarga besar Bardi kesal, terutama Daud. Dia merasa lebih berhak atas seluruh warisan dari almarhum Hana.

Lain halnya Halima yang pernah menemui Hanif dengan angkuh setelah berkali-kali gagal mencoba membuat Hanif tak berdaya dan celaka.

Tujuannya adalah membeli saham yang menjadi bagian Hanif dengan harga yang sangat murah. Tentu saja dengan alasan saat itu harga perusahaan memang sedang jatuh akibat banyaknya masalah yang menggerogoti perusahaan. Tapi Hanif menolaknya. Dia bahkan mengatakan tidak perduli jika saham tersebut sampai tidak ada harganya. Karena nilai tertingginya adalah tetap menjadikan saham itu miliknya pribadi sebagai bentuk tanggung jawab dia atas kepercayaan Hana. Tentu saja Halima kesal bahkan murka. Entah berapa banyak ancaman secara halus yang dilontarkan bahkan dilakukannya. Tapi Hanif tak bergeming, tak ada rasa takut sedikitpun melihat kelicikan nyonya tua Bardi. Satu-satunya hal yang mengejutkan adalah ternyata dari semua anggota keluarga Bardi justru nyonya mereka yang paling tamak dan bernafsu. Ketika anak dan keponakannya hanya berani mencoba menggertak dan menakutinya dan berakhir menyerah ketika tidak ada hasil. Halima makin menjadi. Hanif bahkan tahu ada orang yang selalu mengawasi dan menguntit dirinya selama 24 jam tanpa henti. Ada 3 orang yang selalu bergiliran mengikutinya. Bahkan Hanif tahu sejak dia menghuni apartemen barunya di daerah Senayan, unit sebelahnya diisi oleh mereka. Hanif memilih pura-pura tidak tahu dan menjalani aktifitas hariannya seperti biasa.

Namun tiga hari ke depan akan diadakan RUPS sekaligus pemilihan dewan direksi dan komisaris Sebagai salah satu pemilik saham mayoritas saat ini tentu saja Hanif akan hadir. Agenda pribadinya adalah berencana menjadikan dirinya direktur atau komisaris. Yang jelas dia harus terjun langsung dalam pengelolaan perusahaan bukan hanya menjadi pemegang saham pasif. Kendala utamanya tentu saja akan susah mendapat dukungan, karena dia orang baru yang tidak mengenal satupun pemegang saham lain di luar keluarga Bardi dan otomatis tidak memiliki pendukung. Dan untuk itulah peran Darwin sahabatnya diperlukan.

Saat ini mereka berada di sebuah ruko yang menjadi kantor perusahaan design milik Hanif dan Darwin. Di bagian atas ruko disulap menjadi tempat tinggal yang cukup nyaman untuk Darwin. Masih ada 1 kamar yang bisa digunakan Hanif jika terpaksa menginap disana. Dan di lantai 3 ada rooftop serta 2 kamar tidur besar dan kamar mandi serta dapur yang bisa digunakan untuk karyawan. Pekerjaan mereka yang sering mengharuskan lembur membuat karyawan lebih banyak di kantor. Itu sebabnya 2 kamar di lantai tiga bisa digunakan untuk mereka istrirahat. Masing-masing kamar digunakan untuk karyawan pria dan wanita. Setiap kamar mampu menampung 4 orang, bahkan lebih jika mereka menggelar karpet atau kasur tipis khas anak kos. bahkan ada dua orang yang memilih tinggal di lantai tiga selama hari kerja karena rumah mereka yang berada di Bekasi timur sangat jauh. Hanif dan Darwin mengizinkan selama mereka bisa menjaga kebersihan.

Ruko ini merupakan salah satu tempat paling aman bagi Hanif untuk membahas masalah yang cukup rahasia. hampir seluruh karyawannya adalah teman dan adik kelas mereka sejak di pondok, hanya beberapa saja yang merupakan orang yang baru mereka kenal. Itupun sebetulnya beberapa keluarga mereka ada yang alumni pondok yang sama. Saat merintis Hanif dan Darwin menggunakan modal minim, sehingga perekrutan karyawan dilakukan bertahap per proyek yang mereka terima dengan sistem komisi. Untuk memudahkan mereka menggunakan jasa teman-teman mereka sendiri. Loyalitas mereka selama hampir tiga tahun berkerja sama tidak perlu diragukan. Bukan sekedar karyawan mereka adalah kawan dan keluarga. Satu berkhianat maka yang lain yang dipastikan bertindak. Kehidupan keras di asrama pondok telah melahirkan solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi. Hanif dan Darwin merasa aman, meskipun tentu saja harus selalu waspada.

" Kurasa sebaiknya kita mulai bergerak sore nanti" ucap Darwin sementara Hanif melihat berbagai file berisi foto dan video serta beberapa catatan yang tersimpan rapi dalam folder laptop milik Darwin. File tersebut berisi data dan kegiatan bahkan aib serta catatan hitam para pemegang saham dan pemegang kursi di Bardi holding yang menaungi tiga lini usaha utama perusahaan yaitu property, supply tembakau serta jasa transportasi khusus migas dan tambang. Beberapa usaha lain berdiri sendiri dan murni kepemilikannya milik anggota keluarga Bardi.

"Sudah pegang jadwal mereka?" tanya Hanif masih tetap melihat file di hadapannya.

"kalau tidak ada perubahan mendadak sampai tiga hari ke depan kita pegang jadwal mereka termasuk siapa saja yang akan mereka temui" jawab Darwin.

" Lalu bagaimana dengan kedua orang ini? Hanif menggeser laptop supaya Darwin melihat siapa yang dimaksud

" Aku sudah menyelidiki keduanya sampai ke hal terdalam. Keduanya memang bersih. Tidak serakah dan mereka berdua ternyata sahabat almarhum Pak Gazali ketika SMP. Apa kamu sama sekali tidak mengenalnya atau sekedar bertemu?"

Pertanyaan Darwin membuat dahinya berkerut. Tapi sekeras apapun usahanya tidak ada ingatan di kepala Darwin pertemuan atau perkenalan dengan kedua orang tersebut di masa lalu. Hanif hanya cukup familiar karena kedua orang tersbut tentu cukup dikenal publik. Meskipun masing-masing hanya memiliki 5% sahan perusahaan tetap saja mereka dianggap pengusaha sukses dan dikenal.

" Kau yakin" Hanif mengeaskan

"hundred percent bro. Cuma anak laki pertama Yahya saja pernah menghamili gadis di luar nikah. Tidak bisa kita gunakan karena kasusnya cukup rusuh dan diketahui orang banyak. Keluarga perempuan menjadikannya konsumsi media sebelum terjadi pernikahan. Tak ada nilainya sekarang.

"oke, kalau begitu kita bergerak nanti sore. Untuk dua orang ini biar aku sendiri yang temui. Kasih tahu Firzan untuk bersiap sore nanti. Aku mau istirahat dulu, semalam hampir tidak tidur" ucap Hanif yang langsung menuju kamar tempatnya biasa istirahat. Sementara Darwin merapikan kertas yang berserakan dan menyimpannya dalam map mika lalu dimasukkan ke dalam tas bersama laptopnya. Setelah itu barulah dia menghubungi Firzan, salah satu teman dekat mereka untuk bergabung sore nanti. selesai melakukan itu semua Darwin turun untuk kembali memantau kinerja karyawannya

***

Hanif, Darwin beserta Firzan sedang duduk di salah satu meja di restoran. Mereka memilih meja yang sedikit tersembunyi. Berusaha tidak mencolok mereka menunggu kedatangan Salah satu komisari Bardi holding menuju salah satu private room di restaurant tersebut. Saat ini dia akan mengadakan pertemuan dengan salah satu rekan bisnisnya. Tak lama yang ditunggu pun datang dengan jeda waktu sekitar 5 menit. Masing-masing ditemani asisten mereka yang ternyata menunggu tepat di meja depan private room.

"kita tidak tahu berapa lama pertemuan ini akan berlangsung. 15 menit dari sekarang jalankan rencana" ucap Hanif yang dijawab anggukan kedua temannya.

10 menit kemudian Firzan berjalan menuju area parkiran, dan tak sampai tiga menit kemudian masuk kembali ke restaurant namun tidak kembali ke mejanya melainkan lurus terus ke arah samping restauran menuju mushola.

15 menit sejak pertemuan berlangsung, Hanif dan Darwin melihat salah asisten berdiri lalu mengetuk pintu private room sebelum masuk ke dalam. Tak lama dia kembali keluar kali ini bersama bosnya. Darwin langsung berdiri mengenakan jaket menuju ke area private room dan menyapa si sekretaris seraya menunjukan sebuah amplop cokelat dengan tulisan RAHASIA tercetak besar.

"saya diminta langsung menghadap Pak Basuki untuk menyerahkan paket ini sekarang juga, isinya dokumen rahasia yang hanya boleh diterima dan dibuka beliau. Bisa tolong sampaikan saya harus bertemu sekarang?" Darwin langsung berucap tanpa memberikan kesempatan si asisten untuk menolak. Ketika terlihat ragu, kembali Darwin menambahkan. "Bos saya bilang ini urgent, harus segera keterima.itu sebabnya saya susul kemari karena tafi ke kantor katanya bisa ditemui disini"

Akhirnya asistennya masuk dan tak lama keluar mempersilahkan Darwin masuk. ketika di dalam ruangan sekretaris Basuki tetap berdiri tanpa terlihat mau pergi, Darwin langsung menatap Basuki "Saya tidak akan menyerahkan paket ini sebelum dia keluar"

Lama Basuki menatapnya dan setelah yakin dirinya aman, langsung memberi isyarat supaya ditinggal keluar untuk asistennya.

Darwin langsung duduk di depan Basuki dan menyerahkan amplop cokelat yang dibawanya. "Silahkan terima lalu buka pelan-pelan, saya akan menunggu "

Ada sesuatu yang membuat Basuki merasa dia harus mengikuti ucapan anak muda tersebut. Entah apa isi amplop yang dibawanya namun Basuki merasakan ada hal buruk yang akan menimpanya jika dirinya tidak hati-hati.

Pelan dibukanya amplop tersebut lalu beberapa lembar kertas menampilkan beberapa foto dan transaksi rekening yang menunjukkan transferan ke salah satu nama. Wajahnya menengang dan jantungnya terasa mau berhenti. Bagaimana bisa orang ini memiliki semua ini.

" saya kirimkan file ke nomor anda, dan silahkan lihat apa yang saya punya" ucap Darwin datar.

Gemetar Basuki membuka handphone lalu menonton video yang dikirim Hanif melalui salah satu aplikasi pesan instan. Boom.. Basuki merasa dadanya sakit, segera dia mengatur nafas supaya tidak mengalami serangan jantung mendadak.

"Siapa kamu dan Apa yang kamu inginkan" ucapnya murka namun gemetar.

Darwin tersenyum sinis lalu mengetukkan tangannya ke meja saat mencondongkan badannya lebih dekat ke arah Basuki " Easy. Buat para pemegang saham lainnya bersedia menjadikan Hanif Azhar sebagai komisaris atau direktur, dan rahasiamu tetap aman"

Basuki tahu siapa Hanif, sepupu Hana yang mewarisi saham perusahaan. Keluarga Bardi sudah berapa kali membahasnya dalam rapat dan mengatakan bahwa meskipun dia salah satu pemilik saham mayoritas namun, tidak punya kontribusi apalagi wewenang. Jadi kehadirannya di RUPS nanti tidak diperlukan dan tidak ada gunanya sama sekali. Kesannya Hanif adalah benalu tiada guna. Tapi nyatanya dia sanggup menggali rahasia paling kelam miliknya. Basuki tahu saat ini dia tidak punya pilihan

"Baiklah, tapi pastikan kamu menghancurkan semua yang kamu miliki" ujarnya pasrah namun menahan amarah.

"Deal" jawab Darwin santai

"Apa jaminan kalian untuk memusnahkannya" tanya Basuki memastikan

"tidak ada jaminan Pak tua, pastikan saja anda mengerjakannya, maka semuanya aman" Darwin langsung berdiri dan keluar meninggalkan ruangan tanpa menunggu jawaban Basuki. Sementara Basuki langsung mengambil korek api miliknya dan membakar semua dokumen diatas piring yang masih belum digunakan.

Herman asistennya masuk begitu Darwin keluar, dan merasa heran melihat bosnya tampak marah membakar kertas yang entah apa isinya, namun dia yakin bahwa itu dokumen yang dibawa kurir tadi.

"Keluar, dan tunggu aku di mobil" ucap Basuki memerintahkan sang asisten. Dia tak ingin asistennya curiga dan mengetahui rahasianya tanpa sengaja.

"Baik Pak" jawab Herman hormat lalu menuju arah parkir, tapi sebelumnya dia mendatangi meja kasir lalu membayar bill dengan kartu perusahaan.

Saat menuju mobil, Herman merasa heran melihat mobil klien bosnya baru keluar dari area parkir. Bukankah mereka sudah keluar sejak tadi, kenapa baru pergi pikirnya. Tapi kemudian dia mengira mungkin itu milik tamu lain, kebetulan saja mobilnya sama.

Sementara Hanif, Darwin dan Firzan berada dalam mobil yang tak jauh dari tempat sopir Basuki parkir. Kaca mobil yang gelap membuat mereka aman tidak terlihat. Mereka sengaja belum beranjak menunggu Basuki keluar dan meninggalkan restoran. Hampir 10 menit kemudian Basuki keluar dengan muka lelah dan kesal sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan melenggang keluar restaurant. Saat itu barulah Hanif dan jawannya melajukan mobilnya keluar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!