Book 2 – Chapter 1
Warisan Liana
Hujan mengguyur kota Arsenal, seorang anak laki-laki sedang duduk di pinggir jendela sembari memegangi tongkat sihir usang yang didapatnya tahun lalu secara ilegal. Tak lain adalah tokoh utama kita, laki-laki berusia empat belas tahun, bertubuh kurus, bermata hitam, berhidung sedikit bengkok akibat perkelahiannya tahun lalu, rambut coklat kemerahan yang semakin panjang dan memutuskan untuk mengikatnya kebelakang, namanya adalah Lexi.
Beberapa orang lalu lalang menggunakan payung mereka, melewati jalanan depan rumah yang sudah dihuni Lexi selama musim semi, rumah lama ayahnya yang kembali mereka tinggali. Ayah Lexi sendiri dulunya adalah seorang Master di Sekolah Sihir Selatan, tempat Lexi bersekolah, tetapi kini ayahnya yang bernama Rupert itu kembali mengambil pekerjaan lamanya sebagai ksatria sihir. Rupert adalah laki-laki paruh baya, rambut hitam panjang diikat kebelakang, brewok tipis, dan juga beberapa bekas luka menyilang diwajahnya, ditambah mata hitam yang persis seperti mata Lexi.
Pintu rumah itu diketuk, Rupert membukakan pintu, mempersilahkan orang itu masuk kedalam, menutup payung yang dipakainya. Laki-laki lanjut usia, tetapi tubuhnya masih tampak gagah, berambut coklat kemerahan yang sudah mulai memutih, membawa tongkat di tangan kanannya, tongkat dengan bentuk naga bewarna emas sebagai pegangannya.
“Silahkan..” Rupert mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk di ruang tamu, Rupert menuangkan segelas teh, kemudian duduk dihadapan laki-laki itu.
“Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu Rupert” kata laki-laki itu dengan raut wajah masam.
“Saya juga tidak menyangka anda akan datang kemari.. ada perlu apa?” tanya Rupert.
“Aku ingin bertemu dengan anaknya” jawab laki-laki itu.
Rupert bangkit berdiri dan memanggil Lexi yang berada dikamarnya di lantai dua.
Tidak beberapa lama Rupert kembali turun diikuti Lexi dibelakangnya, Lexi tampak bingung melihat laki-laki lanjut usia yang duduk di ruang tamu itu.
Rupert kembali duduk ditempat semulanya, sementara Lexi duduk disampingnya. Mata laki-laki itu menelusuri Lexi.
“Jadi kau anak Liana?” tanya laki-laki itu.
Lexi sedikit terkejut mendengar pertanyaan yang begitu langsung pada intinya.
“Mungkin..” jawab Lexi.
Laki-laki itu tersenyum kecil “Perkenalkan namaku Arthur, ayah Liana”.
Lexi diam mematung tidak tahu harus bereaksi apa.
Arthur mengeluarkan sebuah kalung emas, dengan liontin lingkaran berukuran kecil, menaruhnya diatas meja.
“Tidak ada surat tentang kelahiranmu, jadi secara hukum sihir Liana tidak memiliki anak untuk diwariskan, tetapi aku yakin untuk benda yang satu ini.. Liana ingin anaknya sendiri yang menyimpannya”.
Dengan ragu Lexi mengambil kalung itu, membuka liontinnya, sebuah kompas didalamnya, tetapi kompas itu tampak rusak, jarum penunjuknya berputar-putar ke segala arah.
“Eh..” Lexi bermaksud menanyakannya.
“Sepertinya kunjunganku sudah cukup sampai disini” Arthur bangkit berdiri, kemudian diikuti Rupert mengantarkannya keluar rumah.
“Kau suka?” tanya Rupert setelah kembali ke ruang tamu.
“Mungkin..” Lexi menutup liontin itu, kemudian mengalungkan dilehernya.
Tanpa berkata apa-apa lagi Lexi naik kembali kekamarnya, musim semi kali ini Lexi lebih sering mengurung diri didalam kamar.
***
Musim semi berganti menjadi musim panas, Lexi beberapa kali mendapat surat dari teman-teman sekolahnya.
“Aku sudah kembali ke rumah kakek ku, sampai bertemu tahun ajaran baru” tulis Genta, laki-laki kurus berkulit coklat, berambut hitam keriting, memakai kacamata kotak yang cukup besar diwajahnya.
“Aku sudah kembali ke Arsenal, mungkin kita bisa berkeliling kota bersama, akan ku bawa kau ke toko-toko makanan enak” tulis Jojo, laki-laki bertubuh sedikit gemuk, berambut hitam disisir rapi dengan gigi depan yang cukup besar.
“Apa kau akan kembali ke sekolah? Kami bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih, kami harap kau tidak kena masalah yang lebih besar lagi” tulis Bill-Will, laki-laki kembar berambut coklat ikal dengan wajah dipenuhi bintik-bintik merah.
Lexi banyak menghabiskan waktu musim panasnya untuk berkeliling Arsenal, ibu kota dunia sihir dengan menara tinggi menjulang langit di pusat kota, kantor pusat Knight’s Of Magic. Dan sesuai dengan surat-menyuratnya, Lexi ditemani Jojo untuk berkeliling Arsenal, Jojo sudah tinggal disana sejak lahir, sudah hafal setiap belokan jalan, terutama yang ada toko makanan enaknya.
Lexi beberapa kali mampir ke toko senjata-senjata sihir yang tidak jauh dari toko makanan favorit Jojo. Toko itu menjual banyak sekali senjata-senjata keren seperti pedang, tameng, tetapi yang paling mencuri perhatian Lexi adalah tongkat-tongkat sihirnya, ingin rasanya Lexi membeli salah satu tongkat sihir itu dan menganyun-ngayunkannya mengeluarkan sihir, tetapi entah mengapa ada perasaan enggan untuk mengganti tongkat sihir usang yang selalu dibawa-dibawanya.
Tongkat sihir usang itu pun mempunyai kisah tersendiri, belum lama ini Lexi sendiri baru mengetahui siapa pemilik tongkat sihir itu sebelumnya, dan Lexi enggan untuk membahasnya, jadi ia selalu menepis pikiran itu, tetapi tetap saja, ia tidak mengganti tongkat sihirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
John Singgih
godaan untuk mengganti tongkat sihir
2021-06-26
0
Rich One
boom like untukmu..mampir lg ke karyaku ya
2020-10-29
1
yolooo
lanjut thor
2020-10-07
2