Book 1 – Chapter 16
Ajakan Berkunjung
“Syukurlah!” teriak Genta saat melihat Lexi dan Aubrey berlari belok ke jalan tempat mereka berada, menunggu di ujung jalan bersama Jojo, Bill dan Will, mereka baru saja melaporkan kejadiannya kepada dua orang ksatria sihir yang berjaga di jalan itu.
“Bagaimana keadaan kalian?” tanya salah seorang ksatria sihir.
“Kau antarkan mereka kembali ke kastil, aku akan memanggil yang lain dan mencari banditnya” kata seorang ksatria sihir lainnya yang langsung beranjak pergi, dan tidak beberapa lama sudah kembali sembari membawa Luca dan teman-temannya.
“Apa kau tidak apa-apa Aubrey?” tanya Luca yang masih sedikit gemetar. Aubrey hanya diam tidak menjawabnya.
“Sepertinya bandit itu sudah pergi” lapor ksatria sihir itu.
“Baiklah kalau begitu, kita antar dulu anak-anak ini” jawab ksatria sihir lainnya.
***
Murid-murid dibawa ke ruang perawatan, di cek apakah ada yang terluka, diminta istirahat sejenak di tempat tidur yang kosong dan diberikan teh hangat agar tubuh mereka tidak lagi gemetar. Beberapa master langsung datang kesana, Lokar, Ginerva, Krusius, Liana, dan tentu saja Rupert.
“Bandit di Edinburgh? Ini sudah keterlaluan!” gerutu Krusius setelah Genta menceritakan kejadiannya.
“Aku hampir terbunuh paman..” celetuk Luca.
“Jangan manja! jika bukan karna Lexi kita semua sudah mati tahu!” timpal Jojo.
“Aku dibantu oleh Aubrey” celetuk Lexi “nama bandit itu adalah Anton” lanjut Lexi yang membuat para master terdiam.
“Apa kau yakin? Kau tahu darimana?” tanya Ginerva berusaha menutupi pucat diwajahnya.
“Bandit itu sendiri yang mengatakannya” jawab Aubrey.
“Krusius, Ginerva, boleh minta tolong untuk mengantarkan murid-murid lainnya kembali ke asrama? Sepertinya mereka butuh istirahat”.
Krusius dan Ginerva membawa murid-murid keluar dari ruang perawatan, menyisahkan Lexi disana bersama tiga orang master lainnya. Setelah pintu tertutup, Liana langsung memeluk Lexi.
“Syukurlah..”.
“Terima kasih, itu berkat sihir yang Master ajarkan” jawab Lexi, Liana tersenyum kecil sembari melepas pelukannya.
“Apa kau terluka?” tanya Lokar, Lexi menggeleng.
Rupert tidak mengatakan apa-apa.
“Lexi, aku tahu kau butuh istirahat, tapi apa kau bisa menceritakan kejadian saat kau berhadapan dengan Anton?” tanya Lokar.
Lexi pun mulai menceritakan kejadiannya, bermula dari tiga orang bandit, berganti menjadi Anton, percakapannya dengan Anton untuk mengulur waktu, dan juga wajah pucat Anton saat Lexi bertanya tentang tuannya.
Lexi memandang Rupert, tetapi lagi-lagi ayahnya tidak mengatakan apa-apa.
“Baiklah Lexi, sepertinya kau butuh istirahat, aku akan mengantarmu kembali ke asrama” Lokar mendorong kursi rodanya diikut Lexi keluar dari ruang perawatan.
***
Semenjak hari itu berita perkelahian dengan para bandit menyebar luas di seluruh kastil, tetapi tentu saja beritanya tidak sampai masuk surat kabar karena tidak ada bukti kehadiran para bandit, yang masuk surat kabar justru berita lain tentang hilangnya seorang petani dari sebuah desa yang tak jauh dari Edinburgh.
Tetapi berita yang tersebar di dalam kastil juga simpang siur, ada versi cerita yang mengatakan jika Lexi pingsan dan diselamatkan oleh Luca, lalu ada juga versi yang mengatakan jika Lexi sebenarnya bekerja sama dengan para bandit untuk melukai Luca, dan tentu saja kita semua tahu darimana versi cerita itu berasal.
Hari\-hari berlalu dan kastil tampak normal, salju di jalanan sudah menipis, setiap hari pula pelajaran terasa semakin membosankan, yang ditunggu-tunggu Lexi hanyalah menghabiskan setiap sore untuk berlatih bersama Liana..
Sihir api menyambar dibalas sihir api lainnya, ruang kelas terasa panas, keringat mengucur dengan deras seakan Lexi baru saja berenang di danau.
“Bagus Lexi, sepertinya cukup untuk hari ini” kata Liana.
Lexi duduk begitu saja ditempat barusan ia berdiri, ia begitu kelelahan. Liana memberikan sebotol minuman, Lexi menghabiskannya dalam sekali tegukan.
Liana duduk disamping Lexi, ikut mengatur nafasnya “ku dengar ada murid-murid yang mengatakan jika kau ngompol saat melawan bandit di Edinburgh”.
Lexi tertawa, begitupula Liana.
“Jadi apa bandit-bandit itu sudah tertangkap?” tanya Lexi.
Liana menggeleng “mereka seperti tikus, sulit untuk menemukan tempat persembunyian mereka”.
Semenjak menghabiskan waktu di Charlie’s Bar ditemani segelas coklat, Lexi sudah tidak begitu canggung untuk berbincang dengan Liana, bahkan kini Lexi sering bercerita banyak kepada Liana, dari waktu dia masih kecil sampai Luca musuh bebuyutannya, tetapi yang paling sering diceritakan Lexi adalah keempat teman sekamarnya, dan sesekali Lexi menceritakan Aubrey yang berpapasan dengannya di koridor kastil, hanya bertukar pandang tetapi tidak menyapa seperti orang asing, seakan kejadian di Edinburgh tidak pernah menimpa mereka.
Liana selalu tersenyum antusias mendengarkan cerita Lexi, tidak pernah memotongnya sampai Lexi selesai bercerita, sampai kadang-kadang saking semangatnya bercerita, Lexi sampai berpikir apa dia pernah bercerita sesemangat ini bahkan dengan ayahnya sewaktu kecil?
“Oh iya Lexi, apa yang kau lakukan musim panas nanti?” tanya Liana.
“Biasanya si ayah akan pergi mencari tumbuhan dan aku akan dititipkan pada Master Lokar” jawab Lexi sedikit tidak antusias.
“Bagaimana jika musim panas ini kau berlatih bersamaku? Kau bisa menginap dirumahku, di Arsenal” ajak Liana.
Lexi tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, raut di wajahya tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya, Arsenal adalah ibukota dunia sihir, tentu saja semua orang ingin mengunjunginya, satu-satunya kota yang pernah dikunjungi Lexi hanyalah Edinburgh.
Lexi mengangguk dengan antusias dibalas senyum lebar Liana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
John Singgih
hoax bertebaran di sekolah sihir selatan
2021-06-25
0
Nabila
itu liana kayak nya ibunya lexi deh
2021-01-07
3
yolooo
dah mentok thor lanjut
2020-09-15
1