BOOK 1 - CHAPTER 6

Book 1 – Chapter 6

Club Duel

Malamnya Lexi tidak bisa tidur, ia masih bersemangat mengingat-ngingat lagi kejadian di kelas dasar-dasar sihir, dan saat itu juga sebuah ide terbesit dalam kepala Lexi.

Keesokan paginya saat kelas sihir kuno, Lexi menceritakan idenya kepada Genta yang langsung menolak ide itu mentah-mentah.

“Itu tidak mungkin, hanya anak kelas tiga keatas yang bisa meminjam senjata sihir sekolah, lagi pula harus ada tanda tangan kepala asrama”.

“Tapi kau lihat sendiri kan bagaimana sihirku kemarin? Aku belum pernah melakukan itu, bagaimana jika aku mengambilnya saja saat malam hari?” Lexi kembali melontarkan ide-ide dikepalanya.

“Kau jangan gila, jika ketahuan kau bisa dihukum, atau mungkin dikeluarkan” potong Genta.

“Tapi aku lahir di kastil ini, aku tidak mungkin dikeluarkan”

“Ya mungkin itu benar” timpal Jojo.

“Kau jangan mendukungnya dong! Entar dia benar-benar melakukannya” potong Genta.

***

Hari demi hari berlalu, dan tidak satu haripun Lexi bisa memalingkan pikirannya dari tongkat sihir, berlatih di kelas dasar-dasar sihir hanya membuat semangatnya menurun, beberapa hari yang lalu ia bisa bisa mengeluarkan sihir api yang dasyat, dan sekarang ia sudah tidak bisa melakukannya lagi.

“Lexi ada apa?” Ginerva menghampirinya “kau tampak lemas, biasanya kau paling semangat”

“eh..” Lexi berpikir sejenak merangkai kata-kata “Master.. apakah mungkin saya diperbolehkan berlatih menggunakan tongkat sihir?”

“oh.. ya tentu saja” jawab Ginerva yang membuat Lexi bersemangat.

“Saat kau kelas tiga nanti” lanjut Ginerva yang langsung membuat semangat Lexi merosot dalam sekejap.

Tapi akhirnya pada suatu malam pikiran Lexi yang dipenuhi rencana-rencana bagaimana mendapatkan tongkat sihir teralihkan saat Master Lokar memberi informasi tentang club duel asrama Mountain Goat.

“Seperti yang kalian tahu, setiap asrama akan diwakilkan oleh tiga orang murid yang nantinya akan berduel dengan asrama lain” Lokar memberikan informasi saat makan malam di ruang utama asrama.

“Percy yang dipilih sebagai kapten asrama kita akan menyeleksi murid-murid yang tertarik mengikuti club duel, dan sebelumnya harus saya tekankan.. murid dibawah kelas tiga dilarang!” Lokar menutup ceramahnya kemudian digantikan oleh Percy.

“Yang ingin bergabung bisa mengisi namanya di formulir yang sudah ditempel di papan pengumuman, terima kasih” kata Percy singkat yang langsung disambut antusias anak-anak asrama Mountain Goat, tentu saja semua anak ingin bergabung dengan club duel.

“Apa menurut kalian asrama kita punya kesempatan tahun ini?” tanya Genta kepada dua teman sekamarnya itu.

“Gold Dragon sudah juara dalam tiga tahun berturut-turut, kurasa tahun ini mereka akan juara lagi” timpal Jojo.

“Selama aku tinggal disini aku sudah banyak nonton club duel, percayalah Mountain Goat tidak pernah menang satu duel pun” celetuk Lexi dengan tidak semangat “andai saja aku sudah bisa ikut..”

“Memangnya kau bisa melakukan apa?” tanya Genta.

“Club duel itu boleh pake senjata sihir, aku bisa pake tongkat sihir!” jawab Lexi ketus.

“Semenjak mencoba tongkat sihir sepertinya kau jadi terobsesi”.

“Tentu saja! Siapa yang tidak?”.

***

Beberapa hari selanjutnya berlalu begitu saja, tugas, tugas, dan tugas memenuhi malam mereka. Akhirnya akhir minggu yang ditunggu pun tiba, bukan hanya karena bisa beristirahat, tetapi hari itu pertandingan pertama club duel, dan asrama Mountain Goat akan bertanding.

Ruang utama ramai sambutan kepada Percy dan dua murid lainnya yang mewakili asrama mereka, memakai seragam club duel dengan lambang kambing bertanduk bewarna hijau yang cukup besar di tengah dada mereka.

“Semangat ya!”

“Kami mengharapkan kalian!”

***

Club duel berlangsung di danau samping kastil, sebuah arena besar didirikan ditengah-tengah danau, cara bermain club duel sangatlah sederhana, dua asrama akan bertanding, tiga orang mewakili setiap asrama, gunakan kekuatan sihir untuk menjatuhkan lawan dari atas arena, yang terakhir berdiri diatas arena, asramanya lah yang menang.

Dan sesuai kata Lexi, asrama Mountain Goat tidak pernah menang satu duel pun, begitu pula hari itu, tidak sampai lima menit Percy sudah dipentalkan kedalam danau beserta dua murid lainnya. Sorakan meriah menyambut asrama White Tiger yang ketiga muridnya masih berdiri dengan angkuh diatas arena, salah satu dari mereka adalah laki-laki berambut kuning keponakan Krusius.

Anak-anak asrama Mountain Goat meninggalkan danau dengan tertunduk, Percy dan kedua murid lainnya masih basah kuyup.

“Hanya segitu saja kemampuan Mountain Goat?” ejek laki-laki berambut kuning yang wajahnya sangat dibenci oleh Lexi.

Lexi langsung tidak bisa menahan diri, bukan karena ejekannya, tetapi karena siapa yang melontarkan ejekan itu, tanpa pikir panjang Lexi mengambil tongkat sihir Percy yang berdiri tidak jauh darinya, Percy pun terkejut dan berusaha menghentikan, tetapi Lexi sudah terlanjur mengayunkan tongkat sihirnya dan api menyambar keluar membakar jubah laki-laki berambut kuning itu. Laki-laki berambut kuning itu pun berteriak ketakutan dan langsung melompat kedalam danau, sontak tawa pun pecah diantara kerumunan anak-anak yang menonton.

“Keonaran macam apa ini!” Krusius berjalan mendekati kerumunan, kemudian langsung menarik pakaian Lexi.

“Kau ikut denganku!” Krusius melotot.

Krusius membawa Lexi ke sebuah ruang kelas yang kosong, tidak beberapa lama Lokar juga masuk kedalam ruangan itu.

“Ada apa ini Krusius? Kau tidak bisa membawa muridku begitu saja, aku kepala asramanya!”

“Muridmu sudah mecelakai muridku!”

“Yang benar saja! Itu cuma perkelahian anak-anak, dan muridmu juga tidak terluka, ku rasa serangan begitu seharusnya tidak masalah untuk anggota club duel”

“Jangan omonganmu Lokar!” bentak Krusius, tetapi kemudian terdiam saat Cillion memasuki ruangan.

“Aku sudah mendengarnya” potong Cillion sebelum Krusius sempat kembali bicara.

“Hanya pertarungan anak-anak, tidak perlu dibesar-besarkan, Lokar, tolong bawa muridmu kembali ke asrama” kata Cillion.

“Lalu bagaimana dengan muridku?!” potong Krusius.

“Tidak ada luka, lalu apa yang harus kita bicarakan? Apa itu malu karena murid asrama White Tiger berlarian ketakutan oleh anak kelas dua?” jawab Cillion halus.

“Cih! Krusius kesal dan bermaksud pergi meninggalkan kelas.

“Tunggu, kurasa kau membawa sesuatu yang milik anak ini” potong Cillion.

Krusius melemparkan tongkat sihir Percy ke lantai “Ku rasa anak itu bisa mengambilnya sendiri” kemudian berjalan pergi.

Cillion mengambil tongkat sihir itu dari lantai, membersihkannya, baru kemudian memberikannya kepada Lexi “punya siapa ini? setahuku anak kelas dua belum boleh mempunyai senjata sihir”.

Lexi terdiam sejenak “aku mengambilnya begitu saja dari murid yang lebih tua” jawab Lexi sedikit ragu.

“Hmm.. langkah yang bagus” Cillion memberikan kembali tongkat sihir Percy kepada Lexi.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***