Book 1 – Chapter 3
Asrama Mountain Goat
Asrama Mountain Goat berada di pondok yang cukup besar di tepi danau yang berada disamping kastil, mungkin alasan utamanya adalah kepala asramanya itu sendiri, tidak mungkin Lokar harus naik turun tangga kastil dengan kursi rodanya.
“Selamat datang murid-murid baru!” sambut Lokar antusias kepada anak-anak yang baru menyentuh usia tiga belas tahun itu, dan dari wajah-wajah mereka, tidak ada yang meyakinkan, dan jika mereka berbakat, tidak mungkin mereka memilih asrama ini, begitulah setidaknya pikir Lexi, karna semua orang daerah selatan sudah tau tentang Mountain Goat yang berisi anak-anak buangan, saat anak-anak itu berencana masuk Sekolah Sihir Selatan, Mountain Goat tidak akan ada di rencana mereka.
Kepala asrama Mountain Goat sendiri juga tidak begitu meyakinkan, yang pertama-tama dia duduk di kursi roda, sedangkan kepala asrama lainnya tampak gagah, meskipun kepala asrama Red Scorpion seorang perempuan, tetapi ia masih terlihat lebih menakutkan daripada Lokar sendiri.
Selama Lexi mengenal Lokar, ia tidak pernah melihat Lokar menggunakan sihir, mungkin Lokar mengalami kecelakaan pertarungan dan tidak bisa menggunakan sihir lagi, dan itu mungkin juga yang menjadi penyebab Lokar mengajar kelas sihir kuno, kelas yang tidak perlu menggunakan sihir, hanya mendengarkan dan mencatat, setidaknya itulah spekulasi Lexi dan beberapa murid Mountain Goat lainnya.
“Baiklah sekarang waktunya pembagian kamar!” kata seorang laki-laki yang usianya diatas Lexi beberapa tahun, laki-laki berambut hitam ikal bernama Percy, murid tahun keempat, ketua murid asrama Mountain Goat, banyak yang bilang Percy cukup tampan dan cukup berbakat, Lexi sendiri menganggap ia menyia-nyiakan bakatnya dengan masuk ke asrama Mountain Goat.
Dua anak laki-laki kembar berusia tiga belas tahun kini duduk menempati dua tempat tidur yang masih kosong di kamar Lexi, laki-laki berambut coklat ikal dengan wajah dipenuhi bintik-bintik merah, mereka bernama Bill dan Will.
Lexi, Genta, dan Jojo duduk memperhatikan mereka berdua yang hanya mematung di tempat tidur mereka layaknya sedang interogasi, wajah mereka sedikit khwatir apa yang akan terjadi dengan malam pertama mereka di sekolah.
“Apa sihir kalian?” tanya Lexi.
“kami belum tahu..” jawab mereka bersamaan dengan gugup.
“Kalian belum tahu?!” mungkin ini hal paling mengejutkan yang pernah dialami Lexi selama tiga belas tahun dia hidup.
“Kalian belum tahu?” Lexi mengulang.
Mereka mengangguk.
Kini Lexi yang mematung ditempat tidurnya, apa yang dipikirkan Master Lokar bisa menerima mereka berdua? Ini kan sekolah sihir, sekarang dua anak yang tidak tahu sihir sedang duduk dikamarnya dan bahkan akan tidur satu kamar dengannya, apa yang dipikirkan Master Lokar? Apa dia berharap setelah kita tidur satu kamar dia akan kebagian sihir dari kami? Otak Lexi masih berputar dengan kencang mencari jawaban yang tidak akan pernah ia temukan ini.
***
Hari pertama tahun ajaran baru pun dimulai, dan tentu saja Lexi terlalu asik dengan mimpinya.
“Oi bangun!” Jojo menggoyang-goyangkan tubuh Lexi.
“Lexi cepat bangun!” Genta ikut menggoyangkan tubuh Lexi.
Butuh beberapa saat hingga akhirnya Lexi terbangun, “Kenapa kalian engga bangunin dari tadi?!” Lexi melompat turun dari tempat tidur dan mengganti pakaiannya menjadi cardigan krem seragam sekolah mereka, Genta dan Jojo hanya bisa memasang muka datar.
Mereka berlari menembus halaman kastil yang luas hingga akhirnya sampai disebuah rumah kaca dibagian belakang kastil, kelas obat-obatan, kelas pertama mereka.
“Kalian terlambat!” sambut seorang laki-laki paruh baya, rambut hitam panjang diikat kebelakang, brewok tipis, dan juga beberapa bekas luka menyilang diwajahnya, ditambah mata hitam yang persis seperti mata Lexi, ia adalah Master Rupert, guru kelas obat-obatan, sekaligus ayah Lexi.
“Terlambat bangun?” Rupert melihat kearah Lexi.
Lexi mengangguk, kemudian berjalan menuju mejanya bersama Genta dan Jojo.
“Baiklah anak-anak, hari ini kita akan belajar merebus daun obat, tumbuhannya sudah saya petik dan ada disamping meja kalian, obat ini berguna untuk menyembuhkan luka-luka luar setelah pertarungan, buka halaman tiga buku kalian dan disana sudah ditulis langkah-langkah merebus tumbuhan ini, ikuti dan selamat mengerjakan” perintah Rupert kepada murid-muridnya, dalam sekejap semua murid sudah bergerak mengikuti instruksinya dan mulai merebus tumbuhan mereka.
Lexi juga sudah mulai mengerjakan rebusan tumbuhannya, ia selalu saja merasa canggung jika berada di kelas ayahnya, ia merasa diawasi dan tidak bisa berbuat jahil seperti dikelas-kelas lainnya.
Rupert melihat jam sakunya “lima menit lagi, kumpulkan rebusan kalian dan bereskan meja kalian!”.
Rupert berjalan menghampiri meja Lexi “Lexi, setelah ini saya mau bicara sama kamu”.
“Baik Master” jawab Lexi. Rupert memang meminta Lexi untuk memanggilnya sama seperti murid-murid lain memanggilnya, meskipun sebagian anak-anak Mountain Goat sudah tahu jika Master obat-obatan mereka adalah ayah Lexi.
Rumah kaca sudah kosong, murid-murid yang lain sudah menuju kelas mereka selanjutnya, hanya tinggal Rupert dan Lexi dikelas itu.
Rupert memberikan selembar kertas “nilaimu tahun lalu”.
Lexi membaca kertas itu, sebagian nilainya bertuliskan tinta merah yang artinya buruk.
“Latih sihirmu lebih giat tahun ini Lexi” kata Rupert dengan nada yang tidak galak tetapi tegas.
Lexi mengangguk tanpa menjawab.
“Bukannya semenjak sihirmu muncul kau selalu ingin mulai sekolah? Lalu kenapa sekarang malah main-main terus?” lanjut Rupert.
“Aku tidak menyangka akan masuk asrama Mountain Goat” jawab Lexi tanpa memandang ayahnya.
“Lalu?”
“Aku kira aku akan masuk asrama Gold Dragon atau White Tiger”.
Rupert mengeluarkan tawa kecil yang membuat Lexi memandang kearahnya.
“Kenapa ayah tertawa? Ayah pikir aku tidak punya kemampuan untuk masuk asrama mereka?”
“Bukan-bukan.. tetapi siapa yang mau kau masuk asrama Krusius itu? yah.. mungkin kalo Cillion masih oke, tapi Krusius? Jika kau masuk asrama White Tiger, mungkin hari berikutnya aku akan mengirim surat kepada kepala sekolah untuk memindahkan asrama mu” Rupert tersenyum kepada Lexi.
“Masuk asrama Moutain Goat bukan berarti kau payah dan harus selalu seperti itu, kau mengerti maksud ayah kan?”.
Lexi mengangguk.
“Sana susul teman-teman mu sebelum kau terlambat masuk kelas”
Lexi mengangguk lagi dan langsung meninggalkan rumah kaca, berlari kecil memasuki kastil menuju kelas berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
John Singgih
para penghuni baru & permintaan kepada ayah untuk pindah asrama
2021-06-25
0
Kamaratih
dasar-dasar sihir
2020-11-16
1
Pak Monn
Nice awal yng bagus...
2020-10-25
1