Part sebelumnya :
Dengan cepat, pria muda ini pun memeluk Hanes dengan erat. "Syukurlah Nak!!! Kau sudah tumbuh besar sekarang. Maafkan aku!" terlihat orang ini memeluk Hanes sembari menangis dengan tersedu-sedu. Hanes yang sedang dilanda kebinggungan pun bertanya-tanya di dalam hatinya. Siapa orang ini sebenarnya?
***
Sosok ini masih memeluk erat Hanes dengan kedua tangannya. Karena merasa sesak, Hanes pun melepaskan pelukan tersebut. "Maaf sebenarnya ... Bapak ini siapa? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya Hanes penasaran. "Oh maaf ... aku terlalu mendramatisir keadaan," ujarnya pelan. "Namaku Bobi ... aku adalah adik kandung dari Jonathan, Ayah kandungmu, Hanes," tutur Bobi kepada Hanes. "Jonathan? Ayah? Bapak sedang membual ya?" balas Hanes sengit. "Tidak aku benar-benar tidak sedang berbohong kepadamu!" terlihat Bobi benar-benar mencoba meyakinkan Hanes.
"Bapak ini mengada-ada saja! Maaf kalau begitu saya ada urusan di luar. Silahkan Bapak tinggalkan rumah ini. Saya tidak kenal dengan Jonathan, Kakak Bapak tersebut. Orang tua saya namanya Purnadi bukan Jonathan." terdengar aksi penolakan dari Hanes kepada Bobi. Di susul dengan suara pintu yang ditutup dengan keras oleh Hanes.
"Brak!!!"
Bobi hanya terpaku di depan pintu tersebut. Ia menyadari jika itu wajar kalau anak ini menolak keberadaanya. Sudah 15 tahun lamanya setelah Jonathan menitipkan Hanes kepada Pak Purnadi. Ia kehilangan figur seorang Ayah, pikir Bobi. Dengan langkah gontai, Bobi pun pergi ke seberang rumah Hanes, di mana terdapat sebuah warteg. Karena merasa lapar dan haus, Bobi pun memutuskan untuk makan di tempat ini. Sekaligus bertanya tentang kehidupan keponakan yang lama tidak ia lihat ini.
"Assallamu"alaikum!" sapa Bobi kepada pemilik warteg tersebut. "Waalaikum salam ... Mau makan apa, Mas?" tanya wanita muda yang merupakan pemilik warteg tersebut. "Hmm ... saya pesan ikan goreng ditambah sayur kangkung dan juga sambal ya, Mbak," ujar Bobi sembari tersenyum. "Siap mas ... lah kok makan sendirian? Apa ga dimasakin istrinya?" timpal wanita pemilik warteg. "Ah, Mbak ini bisa saja. Saya belum berkeluarga kok!" balas Bobi sembari mengaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal tersebut. "Mas ini masih keluarganya Pak Purnadi ya? Tadi saya lihat, Mas barusan keluar dari rumah Pak Purnadi," ujar pemilik warteg ini.
"Iya Mbak ... barusan saya menemui keponakan saya, Hanes," ujar Bobi. "Loh Mas ini Pamannya Hanes? Kasian Hanes sekarang Mas. Setelah kematian Pak Purnadi, dia terpaksa tinggal sendiri di rumah itu!" ujar wanita ini yang kemudian segera menaruh makanan yang dipesan oleh Bobi. "Yang benar Mbak? Pak Purnadi sudah meninggal?" terlihat Bobi tidak percaya dengan kenyataan yang ada. "Buat apa saya berbohong sama Mas? Toh ga ada untungnya juga buatku kan? Oh ya, namaku Ningsih, Mas!" sembari mengulurkan tangan ke arah Bobi. "Namaku Bobi, Mbak. Sudah berapa lama Pak Purnadi meninggal, Mbak?" tanya Bobi penasaran. "Hmm ... sudah hampir satu bulan yang lalu, Mas. Kenapa tidak Mas ajak Hanes ke rumah Mas Bobi saja? Kasian Hanes di umurnya yang baru seumur jagung sudah harus tinggal sebatang kara seperti itu," ucap Ningsih.
"Saya memang ada niat seperti itu, Mbak. Kebetulan Ayah Hanes menitipkan wasiat kepada saya agar ia tinggal bersama saya dan dirawat dengan baik," balas Bobi. "Jadi Ayah Hanes masih hidup, Mas?" tanya Ningsih. "Tidak Mbak ... Kakakku sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Aku juga baru mengetahui rahasia yang ia simpan selama ini tentang Hanes dan juga Istri pertamanya. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mengasuh Hanes seperti anakku sendiri. Sudah 15 tahun lamanya, Kak Jo menitipkan Hanes pada Pak Purnadi!" terlihat Bobi menyesal baru mengetahui kenyataan tersebut.
Sepasang mata memandang ke arah Bobi dari balik sebuah pohon. Sosok ini masih memperhatikan Bobi yang kini sedang makan di warteg seberang rumah Hanes. Ia hanya tersenyum ngeri, sembari memperlihatkan deretan gigi-gigi runcing yang ia miliki. Tidak lama kemudian, sosok ini pun menghilang tanpa bekas.
Tidak lama kemudian, terlihat seorang pemuda dengan pakaian SMP keluar dari rumah Pak Purnadi. Dia adalah Hanes yang akan segera bersiap menuju sekolah. Melihat hal ini, dengan cepat Bobi pun segera membayar makanan tersebut dan segera masuk ke dalam mobil. Tepat sebelum Hanes sampai di rumah Theo, Om Bobi pun mengklakson Hanes sebanyak tiga kali.
"Tin!!! Tin!!! Tin!!!" tidak lama kemudian kaca mobil mercy berwarna putih itu pun terbuka.
"Ayo masuk ke dalam! Biar aku yang mengantar kau pergi ke sekolah," ujar Bobi kepada Hanes. Mendengar hal tersebut, Hanes pun berkata. "Tidak usah Pak, saya sudah biasa berjalan kaki ke sekolah!" Kemudian Hanes pun berlalu pergi. Bobi Hanya tertawa melihat kelakuan Hanes tersebut. Ia teringat dengan sang Kakak Jonathan yang juga memiliki tingkah laku seperti Hanes ini. Hal ini makin meyakinkan seorang Bobi, bahwa Hanes adalah benar keponakan yang ia cari selama ini. Bobi pun kini mengikuti Hanes. Hingga Hanes akhirnya tiba di rumah Theo dan akan segera berangkat ke sekolah. Bobi pun kembali menawarkan untuk mengantar kedua anak tersebut. "Ayolah Hanes!!! Om akan mengantarmu ke sekolah bersama temanmu itu! Kau ingin mengetahui tentang masa lalu mu bukan? Ayo ikut aku dan akan aku ceritakan semuanya!" ajak Bobi kepada Hanes. Terlihat Hanes mematung beberapa saat dan memikirkan apa yang sebenarnya harus ia lakukan. Dengan berat hati dan rasa penasaran, akhirnya Hanes pun memutuskan untuk ikut bersama Bobi dengan ditemani oleh Theo.
Kedua bocah SMP ini pun masuk ke dalam mobil tersebut. "Halo aku Bobi!!!" sapa Bobi kepada Theo. "Saya Theo, Om! Salam kenal!" sapa Theo ramah. "Bisa hentikan basa-basinya? Sebenarnya Bapak ini siapa?" balas Hanes ketus. "Aku adalah Bobi dan aku ini adalah Adik dari Ayah kandungmu yang bernama Jonathan," terang Bobi. "Lalu kalau memang seperti itu? Kenapa setelah 15 tahun lamanya, baru kau mencari keberadaanku?" balas Hanes dengan emosi. "Aku juga baru mengetahui tentangmu dari sebuah surat wasiat yang Kak Jo simpan. Kau adalah anak kandung dari Istri Kak Jo yang pertama. Hubungan mereka ditentang keluarga besar dan lalu terjadilah kawin lari. Kakak ku diasingkan ke Belanda selama 12 tahun dan kemudian menikah dengan WNA di sana. Ia baru pulang 2 tahun lalu dan mencari keberadaan anak yang ia titipkan dengan Pak Purnadi. Tapi sayang, sebelum ia menemukan keberadaan Pak Purnadi dan anaknya, ia harus meninggal karena kecelakaan. Jika bukan karena petunjuk wasiat itu aku juga tidak mengetahui kalau Kak Jo memiliki anak dari Istri pertamanya," tutur Bobi dengan raut muka bersalah.
Hanes masih terdiam di balik kursi penumpang sedangkan Theo juga ikut diam seribu bahasa. Jarak rumah dan sekolah yang tidak jauh kini terasa begitu jauh bagi mereka bertiga. Hanes masih berkutat dalam diamnya tanpa terasa air matanya pun jatuh. Melihat hal ini, Bobi pun berkata. "Maafkan kesalahan mereka, Kak Jo memang salah. Orang tuaku juga salah dan aku juga salah tidak bisa menemukanmu secepat itu. Tapi buat apa menyalahkan mereka yang sudah tiada. Sekarang, aku berniat mengajakmu kembali ke rumah. Kak Jo memiliki sebuah rumah yang sudah menjadi hakmu Hanes. Aku akan menjadi walimu selama kau belum dewasa. Tapi tenang, semua kekayaan Kak Jo memang sudah menjadi milikmu. Lagi pula, aku tidak akan mengkhianati kakakku sendiri dan keponakanku cuma karena uang," balas Bobi.
"Aku tidak tertarik dengan semua harta itu, Om! Bisakah lain kali kau mengantarkan aku ke makam Ayah? Aku ingin tahu di mana makam Ayah dan bagaimana rupanya?" balas Hanes pelan. "Baiklah ... aku akan memenuhi itu semua saat kau sudah pulang ke rumah. Sekarang kita sudah sampai di sekolah kalian. Silahkan belajar terlebih dulu. Nanti sore, aku akan menjemput kalian lagi," ujar Bobi sembari tersenyum. Hanes pun menghapus air matanya dan kemudian melambaikan tangan ke arah Bobi. Ia dan juga Theo pun segera memasuki kelas untuk belajar.
Bobi pun memarkirkan mobilnya di dalam lingkungan sekolah. Dengan cepat, ia segera pergi menemui kepala sekolah untuk mengurus perwalian Hanes. Tidak lupa, ia sudah membawa kartu keluarga dan juga akte kelahiran milik Hanes yang asli. Ternyata di dalam surat wasiat yang dititipkan Kakaknya kepada Lawyer keluarga mereka. Terdapat kartu keluarga dan juga akte kelahiran milik Hanes.
Sekitar satu jam kemudian, urusan tersebut pun selesai. Bobi diterima dengan baik dan segera melunasi keperluan-keperluan Hanes yang tertunda seperti biaya sekolah dan juga buku-buku pelajaran yang belum dilunasi Hanes. Proses pemindahan Wali murid dari Pak Purnadi ke Bobi Sasongko berjalan lancar. Setelah proses selesai, Bobi pun segera mengangkat telponnya dan menelepon seseorang.
"Tut!!! Tut!!! Tut!!!" "Halo, Mas Bobi?" terdengar suara dari balik telepon tersebut.
"Iya ... Mbak Rani. Aku sudah menemukan Keponakanku sekarang, bisa tolong bersihkan kamar milik Kak Jo sekarang? Mungkin nanti malam, ia sudah ada di rumah." perintah Bobi kepada Mbak Rani yang merupakan Assisten Rumah Tangga di rumahnya tersebut.
"Baik akan segera saya bersihkan seperti yang Mas Bobi suruh," balas Mbak Rani. "Baguslah kalau seperti itu terima kasih sebelumnya, Mbak Rani." tidak lama kemudian telepon pun ditutup oleh Bobi. Dengan senyum sumringah, ia pun berlalu dan pergi menuju kantor. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus Bobi selesaikan di kantor yang ia kelola.
Keluarga Hanes sebenarnya adalah keluarga yang kaya raya. Mereka memiliki usaha di bidang travel agency dan distributor makanan ke mall-mall besar di kota tersebut. Alasan mengapa Jonathan tidak direstui oleh keluarga besarnya adalah karena ia menikahi seorang pribumi dari keluarga biasa. Oleh karena itulah, hubungan itu ditentang habis-habisan hingga berujung dengan dipisahkannya antara Jonathan dan juga Rini Ibu Hanes. Selama 12 tahun lamanya, Jonathan diasingkan ke luar negeri. Tapi walau begitu, ia tetap mencari keberadaan Hanes. Karena memang Rini sudah meninggal ketika melahirkan Hanes. Beruntung sebelum kepergiannya ke Belanda, Jonathan sempat menitipkan Hanes kepada Pak Purnadi. Berbekal hal itu, ia menuliskan sebuah surat wasiat karena memang sebenarnya, Jonathan mengidap penyakit jantung di usianya yang baru memasuki umur 40 tahunan saat itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 456 Episodes
Comments
Rola
biar mudah di ingget dan tidak pusing cari nama, ngarang cerita aja sudah pusing
2020-05-11
3
Efa Aprilia Handayani
nenek tua namanya rani.. di part selanjutnya jadi nek rini..
ini ibunya hanes namanya rini terus pembantunya rani.. apa ngga ada nama tokoh lain thor
2020-03-13
8