Part sebelumnya :
Sesosok bayangan dengan bola mata merah kemudian meloncat dari semak-semak itu. Hal ini membuat Ali dan juga Budi yang melihat bayangan hitam itu terkejut bukan kepalang. Dengan cepat Ali dan juga Budi segera ambil langkah seribu guna menyelamatkan diri. Melihat teman-temannya lari tanpa alasan, Topan pun berkata. "Sudah pagi tapi masih suka bercanda! Kalian pikir aku takut ronda sendiri? Awas saja nanti aku laporkan ke Pak Kades baru tahu rasa!" umpat Topan. Bayangan hitam yang Ali dan Budi tadi lihat kini sudah berada di belakang Topan. Bayangan ini maju dan kemudian mencoba menarik-narik baju yang dipakai oleh Topan.
***
Topan pun merasa ada seseorang yang mencoba menarik-narik bajunya. Karena terkejut, kontan Topan segera menoleh ke arah kiri. Alangkah terkejutnya Topan pada saat itu sosok yang menarik-narik baju topan adalah seorang anak kecil berumur 10 tahunan dengan kepala botak dan memakai popok berwarna putih. Makhluk ini memiliki bola mata yang sangat merah memancar dan sepasang gigi taring yang mengarah ke bawah. Melihat hal ini, Topan pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dan akhirnya pingsan.
Keesokan paginya Topan ditemukan oleh para warga dengan kondisi mengenaskan, dengan leher topan yang berlubang seperti digigit hewan buas, tubuh Topan juga sangat pucat karena kehabisan darah. Topan akhirnya tewas di tangan sesosok makhluk aneh dengan mata merah pada saat itu. Seorang kakek tua dengan blangkon kemudian masuk ke dalam kerumunan warga yang melihat mayat Topan. Kakek tua ini bertanya kepada salah seorang warga, "Lelaki ini kenapa, Nak?" Lelaki yang ditanyai oleh Kakek ini kemudian menoleh dan menjawab, "Tidak tahu, Pak. Lelaki ini tampaknya digigit binatang buas," ucapnya pelan.
Kakek tua ini lalu mundur ke arah belakang dan tersenyum, entah apa arti dari senyuman sang Kakek. Tiba-tiba kakek tua ini sudah menghilang dengan sangat cepat. Lelaki yang baru saja berbincang dengan sang kakek ini terkejut bukan kepalang, karena Kakek tua yang baru saja berbicara denganya tiba-tiba raib tanpa bekas.
***
Berita tentang seorang pemuda yang tewas akibat gigitan makhluk aneh mulai menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru kota. Ali dan Budi dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian. Ali dan Budi menerangkan bahwa adalah makhluk kecil bermata merah yang tiba-tiba muncul di belakang Topan. Karena merasa takut, Ali dan Budi segera melarikan diri setelah melihat makhluk tersebut. Hanya tinggal Topan sendiri yang masih berada di sana. Ali dan Budi sangat menyesal telah meninggalkan Topan pada saat itu. Mereka berdua berpikir tidak akan menjadi seperti itu akhirnya. Karena ketakutan yang luar biasa, Ali dan Budi pun meninggalkan Topan di tempat kejadian.
Hanes dan Theo kini sedang berada di sekolah. Raka terlihat mulai menjauh dari Hanes setelah kejadian teror **** ngepet satu minggu yang lalu. Theo tidak berani membahas masalah ini dengan Hanes. Hanes juga sama, ia tidak membahas masalah Raka dengan Theo. Hari ini Bu Silvy kedatangan seorang tamu di ruang kerjanya, tamu itu adalah seorang ibu muda dan seorang anak wanitanya. Ibu muda ini berniat menemui Bu Silvy yang merupakan bagian kesiswaan di sekolah tersebut.
"Assallamu"alaikum, Bu Silvy," sapa Ibu muda ini ramah. "Waalaikumsalam, Bu ini pasti Ibu Ratna yang anaknya mau pindah ke sekolah ini ya?" tanya Bu Silvy ramah. "Iya benar, Bu Silvy ini anak saya namanya Andini." terlihat Bu Ratna mulai memperkenalkan sang anak. "Saya Andini, Bu Silvy mohon bimbingannya," ujar anak ini sembari tersenyum. Proses pemindahan Andini dari sekolah yang lama ke sekolah ini pun akhirnya berhasil. Andini adalah anak seorang Polisi di kota Bandung, karena sang Ayah pindah wilayah tugas. Hal ini membuat Andini dan keluarganya terpaksa pindah ke kota ini, Sekolah Citra Bangsa dipilih oleh Ibu Andini karena termasuk dekat dari rumah mereka saat itu. Hari di mana Andini bersekolah di tempat ini pun di mulai.
Bu Ratna segera pulang ke rumahnya. Kini Bu Silvy dan juga Andini berjalan keluar dari ruang guru. Bu Silvy akan mengantarkan Andini ke kelas barunya yang berada di kelas 9-1, kelas 9-1 adalah kelas di mana Hanes dan Raka berada. Pak Fanso masih berada di dalam kelas pada saat itu, dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Bu Silvy dan Andini pun memasuki ruangan kelas. "Permisi, Pak Fanso ini ada murid baru yang akan bersekolah di sini," ujar Bu Silvy. Pak Fanso dengan senang hati menerima murid baru tersebut sembari tersenyum ke arah Bu Silvy. Pak Fanso memang menyukai Bu Silvy sudah sejak lama. Tapi karena statusnya sebagai guru ia merasa malu untuk mengungkapkan perasaannya kepada Bu Silvy. Tapi walau bagaimana pun, perasaan cinta Pak Fanso sukar untuk ditutup-tutupi.
Bu Silvy kini mulai memperkenalkan murid baru ini kepada anak-anak yang lain. "Perhatian anak-anak hari ini kalian akan mendapatkan teman baru lagi. Namanya adalah Andini. Andini silahkan perkenalkan diri kamu di hadapan teman-teman yang lain!" perintah Bu Silvy. Andini segera menganguk dan kemudian maju ke depan kelas. "Selamat siang! Nama saya Andini, saya adalah murid baru pindahan dari kota Bandung. Mohon bimbinganya teman-teman sekalian," ujar Andini dengan ramah. Andini adalah wanita yang cantik dengan dua buah lesung pipi di wajahnya, rambutnya panjang, dan tingginya sekitar 156 cm pada saat itu. Hanes terlihat acuh tak acuh dengan wanita yang kini ada di hadapannya.
Setelah selesai memperkenalkan dirinya, Andini pun mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari anak-anak yang lain. Mungkin hanya, Hanes dan Raka saja yang tidak terlalu menanggapi apa yang dilakukan oleh anak-anak lain. Melihat tingkah Hanes yang sedang melamun. Pak Fanso segera melemparkan sebuah kapur tulis ke arah Hanes. Kontan saja kapur putih itu segera melesat menuju wajah Hanes dan membuyarkan semua lamunan Hanes siang itu. "Apa yang kau lamunkan, Hanes?" bentak Pak Fanso. Hanes yang terkejut terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi. "Maaf ... Maaf Pak! Saya sedang tidak fokus," ujar Hanes sembari menundukan kepalanya.
Andini hanya tertawa melihat kelakuan Hanes, ia pikir anak ini lucu juga. Terlihat senyumnya mengembang ke arah Hanes. Andini mendapatkan tempat duduk tepat di depan Hanes, di mana tempat duduk di baris ke 2 ini memang kosong untuk satu orang. Hal ini dikarenakan, Nadia yang dulu duduk di tempat ini pindah ke belakang. Sari kini menjadi teman sebangku Andini. Terlihat Andini dan Sari mulai berkenalan di bangku depan. Bu Silvy dan Pak Fanso juga terlihat sedang berbincang di luar, tinggal suasana di dalam kelas yang sedikit ricuh karena adanya murid baru.
Setelah kelas usai, Hanes dan Theo segera menuju ke parkiran sekolah. Di mana seharusnya Pak Leman sudah berada di sana untuk menjemput Hanes dan juga Theo. Tetapi sesampainya di parkiran sekolah, Hanes dan Theo tidak melihat mobil mercy hitam yang selalu dibawa oleh Pak Leman. Hanes segera mengeluarkan handphone yang ada di saku celananya. Jika dulu, Hanes memakai handphone Nokia jadul. Maka sekarang, Hanes sudah memakai handphone android seri tebaru. Dengan lincah jari jemari Hanes pun segera menekan layar handphonenya dan menelepon Pak Leman.
"Tut ... Tut ... Tut ... Ceklek,"
"Assallamu"alaikum, Pak. Pak Leman ada di mana sekarang?" terdengar suara seorang pria di seberang sana.
"Waalaikum salam, Tuan muda! Saya sedang ada di bengkel, Tuan. Ini mobilnya mendadak mogok," ujar Pak Leman.
"Hmm ... kira-kira mobilnya selesai berapa lama lagi, Pak?" tanya Hanes.
"Wah kurang tahu saya, Tuan muda. Saya sudah dari tadi menunggu di sini. Tapi mobilnya belum selesai juga, Tuan!" seloroh Pak Leman.
"Baiklah kalau begitu, Pak. Aku pulang naik Taksi saja," balas Hanes.
"Iya ... Maaf ya, Tuan!" timpal Pak Leman.
Tidak beberapa lama kemudian, telepon pun ditutup oleh Hanes. Hanes dan Theo kemudian memutuskan untuk pulang dengan mengunakan Taksi, kebetulan di depan sekolah Hanes terdapat pangkalan Taksi. Ketika Hanes dan Theo akan melangkah ke arah pangkalan Taksi, tiba-tiba sesosok kucing hitam muncul di hadapan Hanes. Kucing ini berlari dengan sangat cepat ke arah jalan raya. Tiba-tiba sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju dari arah kanan dan terjadilah tabrakan antara mobil dengan kucing hitam tersebut. Hanes yang berada di dekat tempat kejadian itu terkena percikan darah kucing hitam yang berlari tadi, darah itu terciprat cukup banyak ke baju sekolah milik Hanes. Supir mobil itu segera turun dan mengecek keadaan. "Kamu tidak apa-apa, Dik?" tanya supir mobil itu kepada Hanes. Supir ini mengira Hanes terserempet oleh mobilnya, tapi ternyata tidak. Hanes hanya terkena cipratan darah dari kucing yang mati itu.
"Aku tidak apa-apa, Pak. Tapi kucing itu yang bernasib naas," ujar Hanes. Hanes segra maju ke arah depan dan mengambil mayat kucing tersebut. Hanes membawa mayat kucing ini ke pinggir jalan dan meminjam sebuah cangkul kepada satpam sekolah. "Pak Ded, boleh aku pinjam cangkulnya?" tanya Hanes. "Oh silahkan saja, Dek!" balasnya. Theo terlihat masih mengobrol dengan supir mobil tadi. Hanes hanya melihat hal tersebut tanpa tahu apa yang sedang mereka bicarakan, untunglah pada saat itu lalu lintas sedang sepi. Hanes segera menggunakan cangkul itu untuk mengali tanah sedalam 50 cm. Terlihat Hanes pun membuka bajunya yang terkena cipratan darah tadi dan menaruhnya di tanah. Hanes kemudian mengangkat mayat kucing tadi dan meletakanya di atas baju sekolah miliknya tadi. Setelah hal itu selesai, Hanes mulai membungkus tubuh kucing yang masih berlumuran darah tadi dan memasukanya ke dalam lubang yang sudah ia gali barusan. Selanjutnya Hanes segera menimbun kembali mayat kucing tadi dengan tanah. Ternyata Hanes berniat untuk menguburkan kucing tersebut.
"Terima kasih banyak, Cing! Mungkin jika bukan kau yang ditabrak oleh supir mobil itu tadi. Aku lah yang akan berakhir sepertimu. Istirahat yang tenang di alam sana ya," ucap Hanes tidak terasa air mata Hanes pun jatuh ketika mengucapkan hal tersebut. Hampir saja Hanes kehilangan nyawanya saat itu, tapi tampaknya, Tuhan masih sayang kepada Hanes.
Kake tua dengan jenggot putih berpakaian hitam itu muncul di sekitar tempat di mana Hanes berada. Kakek tua ini hanya memperhatikan Hanes dari kejauhan sembari mengelus-elus jenggotnya yang panjang. "Hmm ... anak itu terlihat baik, tapi tampaknya anak itu memiliki penjaga," ujar kakek tua ini. Kini seorang kakek misterius sedang memperhatikan Hanes dari kejauhan. Siapa sebenarnya kakek tua misterius ini?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 456 Episodes
Comments
rossi ahmad
hemmm sejauh ini bgs crt y kenapa like y dikit y apa munkin karna novel horor dan ga romants x y
2020-04-21
1