Part sebelumnya :
Kakek tua dengan jenggot putih berpakaian hitam itu kini muncul di sekitar tempat di mana Hanes berada. Kakek tua ini terlihat hanya memperhatikan Hanes dari kejauhan sembari mengelus-elus jenggotnya yang panjang. "Hmm ... anak itu terlihat baik, tapi tampaknya anak itu memiliki penjaga," ujar kakek tua ini. Kini seorang kakek misterius terlihat sedang memperhatikan Hanes dari kejauhan. Siapa sebenarnya kakek tua misterius ini?
***
Lysa menyadari bahwa ada seorang kakek tua yang memperhatikan Hanes dari kejauhan, tapi ia tidak mengambil tindakan apapun pada saat itu. Hal ini dikarenakan panas matahari sedang terik saat itu, Hanes sudah selesai mengubur jasad kucing yang telah menyelamatkannya tadi. Supir truk yang menabrak kucing tadi terlihat segera meminta maaf kepada Hanes, "Maafkan saya, Dik! Hampir saja saya tadi menabrak tubuh adik," ucap bapak ini sambil menundukkan kepalanya. "Iya pak ... tolong hati-hati dalam berkendara dan jangan kebut-kebutan seperti tadi ya," pesan Hanes. Bapak ini kemudian tersenyum dan segera masuk ke dalam truk yang membawa bahan bangunan tersebut.
Tidak lama kemudian, mobil itu pun pergi meninggalkan Hanes dan juga Theo. Hanes segera membuka tas ransel yang ia gunakan, di dalam tas ini terdapat jaket varsity warna biru tua. Hanes pikir dengan memakai jaket setidaknya dia tidak akan masuk angin. Hal ini dikarenakan baju sekolah Hanes yang terkena cipratan darah kucing tadi sudah Hanes gunakan untuk membalut tubuh kucing dan menguburkannya di depan sekolah.
Theo hanya tersenyum ke arah Hanes dan berkata, "Kau baik sekali, Nes!" Mendengar hal ini Hanes hanya tersenyum penuh arti, "Untunglah yang maha kuasa masih menyayangi aku, Yo!" balas Hanes. Tidak lama kemudian, sebuah mobil taksi terlihat menghampir Hanes dan juga Theo. "Mau kemana, Dik?" tanya bapak supir taksi tersebut. "Bisa antarkan saya ke alamat ini ... Pak?" Lalu kemudian Hanes dan Theo segera masuk ke dalam mobil taksi tersebut.
Sepasang mata sedang mengawasi keberadaan Hanes dari dalam mobil avanza berwarna putih. "Aku tidak menyangka ternyata Hanes itu anak yang baik juga," ucap sosok ini pelan. "Kita mau kemana, Neng?" tanya sang supir kepada wanita yang berada di kursi belakang. "Kita langsung pulang ke rumah, Pak! Mama sudah menunggu di rumah," mobil ini juga segera meninggalkan tempat tersebut.
***
Di lain tempat sang kakek tua dengan blangkon serta baju hitamnya sedang duduk di sebuah akar pohon di tengah hutan. Kakek tua ini kemudian berkata kepada para pengikutnya yang merupakan makhluk-makhluk aneh bermata merah tersebut, "Aku baru saja melihat ada seorang anak yang dapat membimbing kalian seperti aku. Ia adalah anak yang baik. Tapi tampaknya anak ini memiliki penjaga yang cukup kuat. Menurut kalian semua apa yang harus aku lakukan?" sesosok bocah kecil dengan mata merah ini pun maju ke arah kakek tua ini. "Hmm ... tampaknya kakek ingin membuang kami ya?" tanya makhluk ini kepada sang kakek tua. "Oh tidak ... aku hanya mencarikan orang yang akan mengantikan aku kelak. Aku tidak pernah tahu kapan batas umurku berakhir. Karena aku bukanlah seperti kalian yang hidup abadi," ujar kakek tua ini sembari mengelus-elus kepala botak anak bermata merah tersebut.
Anak botak yang mirip tuyul ini pun merasa senang, ketika kepalanya dielus-elus oleh sang kakek. "Terima kasih, Kakek. Tapi ... kami lapar. Kami butuh darah segar, Kakek!" pinta anak botak bermata merah ini. Sang kakek tua ini terdiam beberapa saat dan berkata, "Beberapa hari yang lalu kalian baru saja minum darah manusia. Aku rasa jika kalian ingin darah lagi, hal itu sulit dipenuhi. Tapi ... bagaimana kalau kalian minum darah hewan saja untuk saat ini?" tawar sang kakek kepada makhluk-makhluk botak ini. "Aku tidak masalah asalkan itu darah," ucap salah seorang makhluk botak itu. Kakek tua ini tersenyum dan berpikir di dalam hatinya. "Aku harus segera mencari orang yang akan menjaga makhluk-makhluk ini permintaan mereka setiap harinya semakin tidak terkendali."
Hanes kini sudah berada di rumah, ia benar-benar merasa capek hari ini dan berniat untuk segera beristirahat di kamarnya. Tiba-tiba sebuah pesan SMS pun masuk dan membuat sebuah pemberitahuan di layar HP Hanes. Ketika Hanes melihat nomor yang meng-smsnya tersebut yang pertama Hanes pikirkan adalah "Siapa orang ini?" Karena nomor tersebut tidak tersimpan di dalam HP Hanes sendiri.
Karena penasaran, Hanes segera membaca pesan tersebut, "Halo ... ini benar nomor Hanes?" Mendapatkan pesan seperti itu, Hanes mulai bertanya-tanya di dalam hatinya tentang siapa sebenarnya orang ini. Hanes pun akhirnya memutuskan untuk segera membalas pesan tersebut. "Iya ... benar ini nomorku kalau boleh tahu ini siapa ya?" balas Hanes. Tidak lama kemudian, HP Hanes pun bergetar sekali lagi, menandakan adanya pesan yang masuk ke dalam HP tersebut. Dengan cepat Hanes segera membuka pesan SMS tersebut. "Hai Hanes ... ini aku Andini murid baru yang ada di kelas. Salam kenal, Ya! Maaf kalau lewat SMS soalnya waktu di kelas kamu ini pendiam sekali," ledek Andini.
Hanes hanya tersenyum-senyum sendiri ketika membaca SMS tersebut. Hingga Hanes tidak menyadari bahwa Om Bobi sudah berada di belakang Hanes saat itu. "Hmm ... keponakan om ternyata sudah pacaran ya? Sini coba om lihat, cantik tidak anaknya?" ledek Om Bobi. Hanes pun terkejut bukan kepalang mendengarkan perkataan tersebut. Hanes segera bangkit dari tempat tidur dan menjawab perkataan Om Bobi, "Eh ternyata ada Om Bobi hehe. Ini yang SMS bukan pacarku kok, Om. Dia hanya teman baruku di sekolah," terang Hanes. "Haha kalau pacar juga tidak apa-apa, Nes asal tidak macam-macam ya. Prioritas utama kamu sekarang adalah sekolah dan belajar. Oke?" Mendengar hal tersebut, Hanes pun tersenyum kepada Om Bobi. "Baiklah, Om. Aku janji tidak akan mengecewakan Om Bobi nantinya," balas Hanes.
Om Bobi hanya tersenyum penuh arti dan kemudian berbicara kepada Hanes, "Hmm bagaimana kalau kita ke mall nanti sore? Kamu tidak ada PR kan, Nes?" tanya Om Bobi. "Iya ... kebetulan aku tidak ada PR, Om," balas Hanes. "Baiklah, kalau seperti itu nanti sore siap-siap ya." Setelah Hanes menganguk tanda setuju Om Bobi pun segera keluar dari dalam kamar Hanes. Melihat Om Bobi sudah meninggalkan kamarnya, Hanes segera mengecek Hpnya kembali. Ternyata sudah ada 2 pesan lanjutan dari Andini kepada Hanes. Dengan cepat Hanes segera membalas pesan SMS tersebut, "Maaf lama balasnya, Andini tadi aku baru saja dari kamar mandi," balas Hanes setengah berbohong. Lalu dimulailah malam itu di mana Hanes dan Andini pun mulai saling mengenal lewat SMS.
Di lain tempat seorang kakek tua sedang berjalan di tengah hutan. Kakek tua ini bernama Mbah Parwoto atau Aki Woto. Dia adalah seorang yang sakti mandraguna dan merupakan seorang dukun santet di daerahnya. Karena Mbah Parwoto memiliki banyak kesaktian inilah yang membuatnya hidup di tengah hutan. Dengan alasan Mbah Parwoto dapat bermeditasi dan mencari wangsit di dalam hutan yang disebut sebagai hutan jin tersebut, dengan kedua tangan dilipat ke belakang Mbah Parwoto pun berjalan mencari-cari hewan liar untuk makanan para tuyul yang ia pelihara.
Mbah Parwoto selain adalah dukun santet. Ternyata ia adalah salah seorang yang bisa menjadi penghubung antara manusia pencari kekayaan singkat atau pesugihan dengan para tuyul. Mbah Parwoto mendapatkan kesaktian itu pada saat umurnya memasuki usia 30 tahunan pada saat itu. Di mana pada saat itu, ia sedang berjalan di tengah malam dan bertemu dengan seorang raja jin. Raja jin ini menurunkan kesaktiannya dalam memerintahkan para tuyul sebagai abdi setianya. Mbah Parwoto akhirnya dengan beberapa syarat yang diajukan oleh raja jin ini pun menyanggupi hal tersebut. Oleh karena itu, akhirnya Mbah Parwoto bisa memelihara banyak tuyul dalam waktu bersamaan.
Malam ini adalah malam satu suro, di mana biasanya adalah malam para makhluk halus berkumpul dan mencari makan. Tidak terkecuali para tuyul yang dipelihara oleh Mbah Parwoto sudah sejak siang tadi para tuyul itu meminta agar Mbah Parwoto memberikan mereka darah segar. Mbah Parwoto harus menyiapkan setidaknya 5 liter darah hewan untuk memenuhi nafsu makan 10 ekor tuyul yang ia pelihara setiap satu bulan sekali. Karena jika hal itu tidak dipenuhi, maka para tuyul ini tidak akan patuh lagi kepada Mbah Parwoto dan bisa saja malah Mbah Parwoto sendiri yang dihisap darahnya oleh makhluk-makhluk ini.
Setelah lama berjalan ke dalam hutan akhirnya Mbah Parwoto menemukan seekor kerbau yang sedang tertidur pulas. Mbah Parwoto juga menguasai beberapa ilmu bela diri jaman dahulu. Dengan cepat Mbah Parwoto mengambil sebuah batu sekepalan tangan dan menarik nafas dalam-dalam. Mbah Parwoto memusatkan tenaga dalamnya ke dalam batu tersebut dan seketika itu juga batu itu pun melesat ke arah kerbau yang sedang tertidur pulas itu. Batu itu melesat dengan cepat dan tepat mengenai kepala dari sang kerbau, darah segar pun muncrat dengan deras dari kepala kerbau yang terluka itu. Dengan cepat 10 ekor tuyul yang sudah mengikuti Mbah Parwoto tadi segera melangkah maju. Bagaikan orang yang benar-benar lapar, para tuyul ini pun segera menghisap darah kerbau ini. Kerbau tersebut hanya mencoba meronta-ronta beberapa kali. Hingga kemudian lemas tidak berdaya karena kehabisan darah dan lalu mati.
Hal yang terjadi selanjutnya adalah tubuh dari kerbau tadi menjadi sangat pucat karena kehabisan darah dengan beberapa luka robek di bagian tubuhnya. Hal ini diakibatkan oleh cakaran dan gigitan para tuyul tersebut. Malam itu pesta makan para tuyul pun terjadi sekali lagi dibawah pimpinan Mbah Parwoto. Mbah Parwoto hanya tersenyum ngeri dengan keadaan seperti ini.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 456 Episodes
Comments
Jak Klin
thor ko tuyulnya kaya vamvire suka isap darah dn bunuh orang dn hewan,,
2020-05-26
3
Zainal Abidin
thor jgn pke poto2 yg seram dunk..suka kget kalau tengah mlm baca nya
2020-05-18
3
Yanie Andriansyah
Iiyyhh
2020-03-07
1