Part sebelumnya :
Sri Gundini terlihat membaca sebuah mantra dan kemudian di susul dengan tubuh wanita ini yang bergetar hebat.
***
Wanita ini terlihat mengelepar-gelepar seperti seekor ikan yang dibawa ke daratan, sebuah cahaya hitam muncul dari dalam tubuh wanita ini. Sesaat kemudian, cahaya hitam itu pun segera ditangkap oleh Lysa. Lysa menekan cahaya hitam itu, dengan cara menekan kedua tangannya kuat-kuat. Cahaya hitam itu tiba-tiba hancur dan menguap menjadi debu. Raka hanya menatap Lysa dan kemudian berkata, "Hmm ... kau kuat juga, Lysa! seloroh Raka. Mendengar hal itu, Lysa hanya tertawa dan kemudian berdiri kembali di tempatnya semula, terlihat Lysa membisikan sesuatu kepada Hanes dan tidak lama kemudian, Hanes segera maju ke arah wanita ini.
Dengan duduk berjongkok, Hanes mulai membantu wanita ini untuk duduk. Setelah wanita ini sudah duduk di tanah, Hanes kemudian berkata, "Sebenarnya siapa nama, Mbak ini?" tanya Hanes. Wanita ini segera menjawab dengan suara yang terbata-bata. "Ak ... Aku .... Ratih," ucap Wanita ini pelan. "Ambil ini dan minumlah, Mbak!" Hanes kemudian memberikan sebotol air mineral yang Hanes bawa di dalam tas kecilnya. Raka dan Sri Gundini hanya memperhatikan apa yang Hanes lakukan kepada wanita tersebut.
Wanita ini segera mengambil air mineral itu dan meminum habis isi dari botol air tersebut, tampaknya ia cukup haus pada saat itu. Hanes tersenyum penuh arti kepada wanita ini, tampangnya cukup cantik dengan tubuh semampai dan wajah yang imut. Tapi sayang, wanita ini lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada harus berusaha mencapai kesuksesan dalam hidup. Tidak lama kemudian, kondisi tubuh wanita ini pun berangsur-angsur normal kembali, setelah dirasa cukup tenang Hanes mulai mencoba mengajaknya untuk berkomunikasi. "Hmm ... bisa Mbak Ratih ceritakan, tentang mengapa bisa Mbak Ratih menjadi seperti ini?" Wanita ini terdiam beberapa saat hingga kemudian, ia pun membuka mulutnya. "Aku adalah wanita yang putus asa, Mas. Aku tidak memiliki apa-apa lagi dalam hidupku. Hanya kehampaan yang aku rasakan setelah kedua orang tuaku tutup usia. Kekasih yang dulu mencintai aku pun kini pergi meninggalkan aku," ucap Mbak Ratih dengan tersedu-sedu. Air mata kini meluncur deras dari wajah cantik Mbak Ratih. Tampaknya wanita ini juga memiliki masalah hidup yang kelam, pikir Hanes.
Mbak Ratih kini melanjutkan kembali ceritanya. "Orangtuaku memiliki banyak hutang dengan rentenir, oleh karena itu, mereka akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Setelah kematian orangtuaku, hidupku hancur tidak tersisa. Rumah orangtuaku disita oleh rentenir itu dan aku diusir dari rumah. Keluarga besar orangtuaku sama sekali tidak peduli dengan aku. Mereka tidak menganggap orangtuaku sebagai bagian dari mereka. Mereka hanya menganggap orangtuaku layaknya sampah yang harus dibuang ke tong sampah. Hanya harta dan tahta yang mereka pedulikan, bahkan ketika orangtuaku dikebumikan keluarga besar itu tidak datang. Karena keputusasaan itu, aku memutuskan untuk menjadi orang yang kaya raya dengan cara pintas. Aku pun teringat, tentang cerita-cerita misteri yang pernah aku baca di saat aku kecil. Cerita tentang para siluman dan pesugihan itu sering aku baca saat umurku masih 12 tahun," Mbak Ratih terlihat kembali terisak ketika menceritakan kisah hidupnya.
Tidak lama kemudian, ia mulai melanjutkan ceritanya kembali. "Dengan pengalaman yang aku dapatkan dari membaca buku-buku misteri itu. Aku segera membulatkan tekadku untuk pergi ke hutan larangan. Kabarnya di dalam hutan tersebut, terdapat Raja siluman yang dapat mengabulkan semua permintaan manusia. Berbekal kepercayaan tersebut dan rasa penasaran yang tinggi. Akhirnya aku pun sampai di tempat Raja siluman yang berada di tengah hutan larangan. Raja siluman **** itu menawarkan semuanya kepadaku. Ia mengetahui semua rahasia dan apa saja yang pernah aku alami.
Raja siluman itu juga menjanjikan aku semua kekayaan dan harta benda yang melimpah. Raja siluman ini memiliki satu syarat untuk itu semua yaitu aku harus rela menikah denganya dan menjadi pengantinnya. Karena merasa hal ini dapat menolong hidupku, aku kemudian memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Tapi sekarang aku benar-benar menyesal, dengan semua yang pernah aku lakukan. Raja siluman itu selalu meminta tumbal nyawa manusia. Ia menyuruhku untuk memikat para laki-laki dewasa dan membawa kehadapannya, setelah itu Raja siluman ini akan menghabisi mereka satu persatu. Aku benar-benar berdosa, Mas!" terang wanita yang bernama Ratih ini sembari menangis.
Raka dan juga Hanes yang mendengarkan hal ini hanya mengeleng-gelengkan kepala mereka. Mereka tidak menyangka ada orang yang tega menumbalkan orang lain demi meraih kekayaan. Ratih benar-benar bersalah kali ini, keadaan yang terpuruk itu menjadikan dirinya gelap mata akan harta dunia. Rasa sakit hati di dada Ratih kian membumbung tinggi setelah kematian orangtuanya, seakan ia ingin berkata bahwa dunia ini tidak memihaknya. Tapi di dalam lubuk hati Hanes, ia merasa iba dengan wanita ini. Ia teringat akan dirinya yang pernah berpikir naif seperti itu, jalan yang mereka pilih mungkin berbeda. Tapi tujuannya sama yaitu lari dari kenyataan.
Hanes kemudian mengambil sapu tangan yang ada di dalam saku celananya dan mencoba untuk mengelap air mata Mbak Ratih. "Sudah jangan menangis lagi, Mbak. Jika memang itu adalah kesalahan Mbak di masa lalu, ada baiknya Mbak sekarang bertobat. Mungkin pintu tobat itu masih ada untuk Mbak sekarang ini sebelum semua itu terlambat!" terang Hanes. Mendengarkan hal tersebut, Mbak Ratih terlihat kembali terisak dan dengan cepat tanganya segera memeluk tubuh Hanes, wanita ini menangis sejadinya di dalam pelukan Hanes dengan suara yang pilu.
Raka yang mulai jengah dengan drama ini kemudian berkata, "Ayo kita pulang Gundini! Aku lelah melihat semua ini!" timpal Raka ketus. Naga Sri Gundini menatap Lysa sesaat dan kemudian membuang mukanya ke samping. Tidak lama kemudian, Raka dan Sri Gundini terlihat mulai pergi meninggalkan Hanes dan wanita ini. "Sekarang sudah malam, Mbak. Ada baiknya Mbak segera pulang. Tapi sebelum itu lepaskan dulu jubah hitam ini. Aku rasa orang-orang akan curiga dengan seorang wanita yang memakai jubah hitam di tengah malam seperti ini," ucap Hanes sembari tersenyum.
Wanita bernama Ratih ini seolah mengerti dengan perkataan Hanes. Dengan perlahan, ia pun melepaskan jubah hitam tersebut dari tubuhnya dan memberikannya kepada Hanes. Hanes segera memegang jubah hitam tersebut dan menaruhnya di pundaknya. "Sekali lagi aku ucapkan terima kasih kepadamu, Mas. Andai tidak ada Mas mungkin sampai sekarang aku akan tetap menjadi budak dari Raja siluman **** itu!" seloroh Mbak Ratih. "Iya sama-sama, Mbak semoga hidupmu jadi lebih baik lagi, Mbak dan jangan lupa untuk bertobat kepada yang kuasa!" balas Hanes. Wanita bernama Ratih ini kemudian mendekat ke arah Hanes dan sebuah kecupan lembut dari bibir wanita ini pun bersarang di pipi Hanes saat itu. Sekejap itu juga, wajah Hanes pun memerah karena malu.
Lysa hanya memperhatikan apa yang dilakukan Ratih kepada Hanes. Masih dengan muka yang merah Hanes kemudianberkata, "Apa maksudnya semua ini, Mbak?" Ratih hanya tersenyum penuh arti. "Anggap saja itu adalah ungkapan terima kasihku kepadamu, Mas!" Ratih segera pergi sembari melambaikan tanganya ke arah Hanes. Hanes kini masih memegangi pipinya yang barusan dicium oleh Ratih. Melihat hal ini, Lysa kemudian berkomentar. "Enak dicium oleh wanita cantik?" ledek Lysa. "Anu ... Anu ... ah tidak-tidak ... bukan apa-apa, Lysa!" balas Hanes. "Haha ... dasar lelaki cupu! Baru dicium wanita di pipi saja kau sudah hampir pingsan, apa lagi jika dicium di bibir? Aku yakin kau sudah kena serangan jantung jika itu terjadi!" kembali Lysa meledek Hanes.
Karena merasa malu dengan ledekan Lysa, Hanes segera pergi meninggalkan tempat itu. Di perjalanan, Hanes kemudian bertanya kepada Lysa. "Jadi ... untuk para manusia yang menjadi tumbal dari Raja siluman tadi, apa yang sebenarnya terjadi selanjutnya?" selidik Hanes. "Maksudmu orang-orang yang mati karena Raja siluman ?" timpal Lysa. "Iya, orang-orang itu! Apa benar mereka menjadi budak dari Raja siluman ?" Hanes kembali bertanya kepada Lysa. "Memang benar ... tapi bukan berarti roh orang-orang itu yang menjadi budak Raja siluman . Mereka yang meninggal arwahnya akan pulang ke alam roh, sedangkan yang menjadi budak Raja siluman adalah jin-jin Qarin seperti aku yang mendampingi setiap manusia. Kelakuan kami sama persis dengan manusia yang lahir bersamaan dengan kami. Oleh karena itu, Raja siluman berusaha untuk menjadikan jin-jin Qarin itu sebagai abdi setia mereka di alam jin!" terang Lysa.
Mendengarkan hal tersebut, Hanes hanya menganguk, walau sebenarnya, Hanes juga tidak terlalu memahami apa itu jin Qarin," Tapi kini yang ada di dalam pikiran Hanes adalah ia harus mencari tahu tentang apa itu jin Qarin dari internet atau kitab suci, malam ini seorang Hanes kembali mendapatkan pelajaran hidup yang berarti.
"Harta benda tidak akan kekal di alam manusia. Jika hal itu dihasilkan dari buah kejahatan. Harta itu akan dengan sangat cepat habis dengan sendirinya. Layaknya air yang ditampung dalam sebuah baskom yang berlubang."
***
Tiga orang pemuda sedang berkeliling di suatu kampung pinggir kota. Mereka adalah Ali, Topan dan Budi, tiga pemuda ini mendapatkan tugas ronda malam oleh kepala desa pada malam itu. Hal ini, sebenarnya sudah menjadi kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Seperti biasa tiga orang pemuda ini akan berkeliling kampung dengan membawa kentongan dan juga senter, sedang asik-asiknya meronda tiba-tiba sebuah bayangan muncul dari balik semak-semak. Karena penasaran, Ali pun berteriak kepada Topan yang berada di depannya, "Hoii ***!!! Apa itu!!!" sembari jarinya menunjuk ke arah semak-semak. Topan yang kaget segera langsung menoleh ke arah Ali dan juga Budi. "Ada apa sih? Berisik amat lu pade? Ini udah malem goblok!" sembari menghisap rokoknya dalam-dalam.
Sesosok bayangan dengan bola mata merah kemudian meloncat dari semak-semak itu. Hal ini membuat Ali dan juga Budi yang melihat bayangan hitam itu terkejut bukan kepalang. Dengan cepat Ali dan juga Budi segera ambil langkah seribu untuk menyelamatkan dirinya. Melihat teman-temannya lari tanpa alasan, Topan kemudian berkata. "Sudah pagi tapi masih suka bercanda! Kalian pikir aku takut ronda sendiri? Awas saja nanti aku laporkan ke Pak Kades baru tahu rasa!" umpat Topan. Bayangan hitam yang Ali dan Budi tadi lihat kini sudah berada di belakang Topan, bayangan ini kemudian maju dan mencoba menarik-narik baju yang dipakai oleh Topan.
**Bersambung **
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 456 Episodes
Comments